11. K

3.9K 286 7
                                    

Batang hidung Sandra tidak terlihat lagi dimana-mana setelah kejadian itu. Dikelas, hanya tas nya yang terlihat. Guru-guru sama sekali tidak menyebutkan sedikit pun tentang kejadian tadi, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.

Seharusnya aku mengejar Sandra ke taman belakang tadi. Tapi Bella bilang pasti Sandra mau sendirian. Benar juga, jika aku jadi dia, aku juga akan butuh waktu sendirian.

Aku berusaha berhenti memikirkan kejadian tadi, dengan fokus pada buku-buku yang aku harus tata dilemari buku tinggi diperpus yang sekarang baru terisi sedikit. Ketika aku akan mengambil kardus buku-buku lagi, aku melihat lemari kedua dari belakang masih ada celah dibarisan kelima dari bawah. Jadi aku membawa kardus itu kesana.

Karena disamping celah itu adalah buku sejarah. Aku mengambil buku dari kardus yang juga bertema sejarah.

Teka-teki soal sejarah. Hhmm, judulnya menarik juga, siapa tahu aku bisa memakai buku ini untuk belajar. Karena aku paling males, dan ngga bisa sejarah.

"Jangan liatin bukunya dengan garang gitu dong. Kasian."

Aku langsung mendongak dan langsung bertatapan mata dengan cowok yang sedang tersenyum miring lewat celah dirak ini.

Tanpa bisa berbuat apa-apa kedua ujung bibirku terangkat. "Hai Ethan."

"Dihukum lagi?" tanya nya sambil menaruh buku yang sedang ia pegang kebarisan lebih atas jadi dia harus menjinjit. Dia berdiri diantara lemari ketiga dan kedua, sedangkan aku diantara lemari pertama dan kedua. Kami saling berbicara lewat celah yang tadinya mau kuisi, tapi karena dia mengajak kuberbicara, buku sejarah yang kuambil masih kupegang.

"Masih hukuman yang sama, Ms. Penelope nyuruh murid-murid yang kena detention buat bantu diperpus aja," jelasku. Lalu Ethan sambil mengangguk mulutnya membentuk o. "Kalo lo?"

"Gara-gara si Jason," katanya lalu mendengus dan mengangkat kepala kearah lelaki yang sedang menaiki tangga lipat sambil mengelap tembok kaca perpustakaan sambil menggerutu pada diri sendiri. "Dia umpetin barang anak yang baru masuk club basket, terus karena gue bantu dikit. Dikit loh. Juga ikutan dihukum sama couch."

Cara berceritanya lucu jadi aku tertawa. "Oohh, makanya jangan iseng," kataku pada Ethan sebelum mengisi celah dirak depanku dengan 3 buku dan kami tidak bisa saling melihat lagi. Lalu aku berpaling kebelakang dan mengisi lemari pertama yang juga masih ada beberapa celah untuk diisi buku.

Beberapa detik kemudian Ethan sudah berdiri disampingku dan mengambil buju dari kardusku dan mengisi dicelah lemari ini juga. "Ngomong itu sama Jason," ujarnya padaku lalu jeda sebentar. "Senengnya ada temen ngobrol pas dihukum. Gue sama Jason dipisahin, biar kira ngga ngobrol. Couch udah pesen sama si kakek perpus buat liatin kita. Katanya kita troublemaker." Dia meringis.

Aku tertawa sambil menggeleng. "Mungkin emang kalian troublemaker."

Ethan menatapku dengan alis diangkat dan tatapan tidak terima. "Jangan jahat deh adik kelas," katanya padaku menekan kata adik kelas. Sebelum aku sempat membalasnya dia memotongku. "Lo hebat banget loh tadi." Dia menatapku serius.

"Hm?" Aku mengangkat sebelah alisku tidak mengerti.

"Yang lo nyelamatin murid baru itu," kata Ethan.

"Oh itu!" Aku bahkan sampai lupa kejadian itu karena mengobrol dengannya. "Itu mah bukan apa-apa," kataku sambil mengibaskan tangan.

"Bukan apa-apa? Lo berani banget tau, liat yang lain, cuman nontonin padahal bisa bantu," kata Ethan menatapku dengan sungguh-sungguh yang bisa membuatku pingsan dengan bunga-bunga.

Aku tertawa sambil menggeleng-geleng dan mengibaskan tanganku, salting.

"Katanya ada cowok yang nolongin lo?" tanyanya.

The Haunted SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang