10. Fury

4.2K 291 2
                                    

Judy's POV

Baru satu hari berlalu, kemaren aku baru mendengar insiden kedua ini. Dan juga, aku mendengar gosip soal Sandra itu.

Hari ini, gosip itu sudah tersebar kemana-mana. Dari Sabang sampai Merauke disekolah kami. Dari SD sampai SMA. Orang-orang langsung menatap Sandra seakan-akan dia adalah manusia cicak yang menjijikan. Menjauhinya seakan dia terkena penyakit kusta. Sumpah, bahkan semua orang berdiri 1 meter menjauhinya.

Soal kebenaran gosip itu, bahkan belum ada yang tahu pasti. Bukti saja tidak ada. Aku sangat bersimpati pada Sandra. Bisa saja ini hanya gosip untuk membuatnya dibenci. Atau walaupun benar dia yang menemui Heather belum tentu dia yang membunuhnya.

Tentu saja tidak seperti yang lain, aku Sam dan Bella tidak menjauhi atau menatap Sandra seperti yang lain. Aku hanya berusaha memperlakukannya seperti biasa-biasa saja. Dan biasa-biasa saja berarti aku tidak pernah berbicara pada nya. Karena kami memang bukan teman.

Bell recess kedua sudah berdering. Aku dan Bella dipanggil untuk menemui Ms. Penelope. Aku yakin ini tentang detention, karena selama 3 minggu Ms. Penelope harus cuti--yang merupakan saat-saat terbaik murid-murid karena tidak perlu diomeli guru itu-- kami yang terkena detention didelay dulu, dan beberapa hari yang lalu juga Ms sudah balik, tapi kami belum mendengar apa-apa soal detention. Kupikir dia sudah melupakan kesalahan-kesalahan kami, tapi setelah dipanggil sekarang, kurasa tidak juga, Ms. Penelope lagi melupakan kesalahan kami.

Kami tidak repot-repot mencari Sam karena dia ada rapat dengan sesama osis. Ohya? Kalian belum tau ya. Dia daftar ikut osis dan terpilih.

Dengan tidak nyaman aku dan Bella berjalan berdampingan keruang guru karena semua orang membicarakan Sandra.

"Ih, pantes aja tau dia serem banget!"

"Rambutnya minta gue potong."

"Kayak setan sumpah. Rambutnya panjang kayak sadako."

"Orang kayak gitu harus cepet-cepet dikeluarin dari sekolah tau ngga. Virus banget. Ew."

Aku langsung menatap Bella dengan mata disipitkan. Lalu kami menggelengkan kepala. Kasihan Sandra. Oh, kasihan juga Heather, bukannya berduka padanya, orang-orang malah lebih memilih menggosipkan Sandra.

"Judy! Bella!" panggil suara nyaring dari belakang.

Aku dan Bella langsung menoleh. Siapa lagi kalau bukan Giselle. Kalau ada gosip terhot yang baru pasti dia langsung aja dengan bahagia mencari kami.

"Udah dengerkan?" tanya setengah hos-hosan setelah berlari kearah kami. Dia menaruh kedua tangannya, satu dipundakku, satu dipundak Bella.

"Udah udah," jawab Bella.

"Belom," kataku sarkastik.

Setelah berhasil menguasakan diri dari ngos-ngosan, Giselle langsung berdiri tegak. "Kasian banget si murid baru," katanya sambil menggelengkan kepala menghiraukanku sarkasmeku.

"Makanya, padahal belom tentu dia. Bisa aja ini semua cuman palsu," kata Bella curiga.

Aku menghembuskan nafas. "Iya."

"Kalian tau kan kemaren pacarnya Heather, si Ben dari the wolfpack, ngga masuk sekolah, tapi hari ini denger-denger dia masuk," kata Giselle. Ohya, The Wolfpack itu bukan cuman nama panggilan Giselle ke gerombolan, tapi juga nama group basket mereka, walau dikejuaraan dipakai nama sekolah.

"Terus kenapa?" tanyaku dan Bella secara bersamaan seakan itu ngga penting.

Giselle mendengus mendengar reaksi kami. "Masalahnya dia masuk karena denger berita Sandra dalang dari ini semua," katanya dengan suara dipelankan ketika berkata dalang.

The Haunted SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang