𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟏𝟑: 𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 [𝐄𝐍𝐃]

132 8 0
                                    

Iwaizumi sangat panik hari ini. Sungguh, ia tak pernah sepanik ini. Daritadi Iwaizumi hanya berjalan bolak-balik di depa  ruang persalinan Oikawa. Shera sudah datang saat Iwaizumi menelponnya setelah mengantar Oikawa kerumah sakit.

"Kau jangan bolak-balik seperti itu. Membuat kepala ku masin pusing saja." Shera berkata seperti itu karena sudah jengah dengan apa yang dilakukan anaknya.

"Aku sangat panik mah, Aku gak mau terjadi apa-apa dengan Tooru."

"Jangan berpikiran seperti itu, cobalah berpikiran positif."

Lalu seorang suster keluar dari ruangan itu. "Apakah suami pasien Ada di sini?" Tanya sang suster dan Iwaizumi langsung mengajukan dirinya.

"Saya sus? Ada apa?" Tanya Iwaizumi dengan nada kecemasan.

"Anda di minta dokter masuk ke dalam untuk menemani pasien."

Iwaizumi menatap Shera, dan Shera hanya menganggukkan kepala. "Temanilah Tooru di dalam, dia membutuhkan mu." Ucap Shera sambil mengelus punggung sang anak.

Lalu Iwaizumi masuk ke dalam ruangan persalinan. Iwaizumi sudah mengenakan baju steril dan dia berjalan ke dekat ranjang tempat Oikawa terbaring lemah dan mengeluh sakit pada perutnya.

"Jime sakit."

"Kamu sabar ya, kamu bisa." Iwaizumi memberikan kata penenang. Sungguh Iwaizumi tak sanggup melihat wajah Oikawa yang kesakitan seperti ini.

"Dok, janin sudah ingin keluar!!" Ucap dokter yang lain.

"Jime sakit hikss...." Oikawa menggenggam tangan Iwaizumi dengan erat.

"Kamu tenang, atur nafas." Oikawa menggelengkan kepalanya. Sungguh Oikawa tak pernah terbayang akan merasakan sakit yang seperti ini.

"Ibuk atur nafas, siap mengejan ya buk." Salah satu dokter memberi intruksi kepada Oikawa. Oikawa mengikuti intruksi dari dokter. "Saat saya bilang dorong, ibuk mengejan ya." Oikawa hanya mengangguk sambil mengatur nafas.

Tangannya tak lepas dari menggenggam tangan Iwaizumi.

"Dorong!!"

"AAAAAGHHHHHH!!" Oikawa menggenggam tangan Iwaizumi dengan kuat hingga berbekas.

Iwaizumi pasrah tangannya yang di genggam kuat oleh Oikawa. Karena ia tau, sakit yang ia rasakan tak sebanding dengan sakit yang dirasakan oleh Oikawa saat ini.

"Lagi buk, kepala bayinya sudah keliatan."

Oikawa kembali mengejan dengan sekuat tenaga. Iwaizumi mengelap keringat yang ada di kening Oikawa.

Keadaan Oikawa sangat lemah. "Ayo, kamu bisa." Iwaizumi mengelus kepala Oikawa dan mengecup pucuk kepala Oikawa. Setidaknya apa yang dilakukan Iwaizumi bisa sedikit membuat Oikawa tenang.

"Ooekk.... Ooekk...." Iwaizumi dan Oikawa yang mendengar suara tangis anaknya yang menandakan bahwa anaknya sudah lahir kedunia membuat mereka menangis bahagia. Ada rasa bahagia tersendiri bagi Oikawa saat berhasil melahirkan anak pertamanya.

"Selamat bapak, ibuk. Anaknya laki-laki sehat." Ucap sang dokter.

"Kamu berhasil." Ucap Iwaizumi tersenyum dan menghujami wajah Oikawa dengan kecupan. Oikawa juga ikut tersenyum.

"Jime..... Mata ku berat." Oikawa sangat kelelahan dan matanya terasa berat.

"Hei..... Kamu jangan tutup mata dulu hei....." Ucap Iwaizumi sambil menepuk pelan pipi Oikawa. Tapi mata Oikawa sudah tertutup. "Dok istri saya kenapa?" Tanya nya panik.

"Istri bapak baik-baik saja, ia hanya kelelahan habis melahirkan. Tidak yang perlu di khawatirkan." Jelas sang dokter setelah mengecek keadaan Oikawa.

# 𝐝𝐢 𝐫𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐕𝐈𝐏

Oikawa sudah di pindahkan ke ruang rawat. Oikawa masih belum sadarkan diri sehabis melahirkan. Iwaizumi terus menggendong bayi nya setelah bayi nya di bersihkan. Ia menatap ke arah Oikawa yang belum sadar.

"Ugh....." Leguhan Oikawa membuat pandangan Iwaizumi beralih kepada Oikawa.

Oikawa membuka matanya dan melihat sekitar. Oikawa melihat Iwaizumi yang sedang menggendong seorang bayi dan ia tersenyum kepada Iwaizumi dan senyumannya juga di balas oleh Iwaizumi.

"Aku panggil dokter dulu."

Setelahnya dokter datang dan memeriksa keadaan Oikawa. Setelah memeriksa keadaan Oikawa, dokter tersebut permisi keluar dari ruangan itu.

"Apa sudah baikan?" Tanya Iwaizumi dan di angguki oleh Oikawa. Posisi Oikawa sekarang, ia sedang duduk di atas kasur.

Iwaizumi duduk di samping Oikawa sambil menggendong anaknya. Oikawa mengelus pipi anaknya dengan perasaan senang. "Apa kamu sudah memberinya nama?" Tanya Oikawa.

"Belum, tapi aku sudah memikirkan namanya." Ucap Iwaizumi lalu menyerahkan bayi yang ada pada dekapannya kepada Oikawa. Oikawa menerimanya dengan baik, setelahnya ia mengusap kepala anaknya.

"Siapa namanya?"

"Iwaizumi Sachiro."

"Artinya?"

"Pemimpin pembela kebenaran." Jawab Iwaizumi dengan senyuman nya.

(іᥒі ᑲіsᥲ ძі ᑲіᥣᥲᥒg kᥲrᥲᥒgᥲᥒ ᥲkᥙ 𝗍ᥱᥒ𝗍ᥲᥒg ᥲr𝗍іᥒᥡᥲ. ȷᥲძі, kᥲᥣ᥆ kᥲᥣіᥲᥒ ᥴᥲrі ძі g᥆᥆gᥣᥱ gᥲk ᥲkᥲᥒ ძᥲ⍴ᥲ𝗍 ᥲr𝗍іᥒᥡᥲ. ȷᥲძі іᥒі ᥴᥙmᥲ kᥲrᥲᥒgᥲᥒ ᥲkᥙ:')

"Nama yang bagus." Ucap Oikawa dengan raut wajah yang senang.

Tiba-tiba Iwaizumi mengecup keningnya dan setelah itu juga mengecup kening sang anak yang ada di dekapan Oikawa. "Makasi."

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Karena mu, sekarang keluarga kecil kita sudah menjadi lengkap. Semoga kita bisa mnghadapi semuanya kedepannya bersama-sama." Oikawa hanya tersenyum dan mengecup pipi sang suami.

"Aku juga berterima kasih pada mu. Andai saja orang tua kita tak menjodohkan kita, mungkin kita tidak akan pernah seperti ini dan mungkin juga aku akan hidup sebatang kara setelah kepergian ayah." Tiba-tiba liquid bening membasahi pipi Oikawa dan Iwaizumi langsung mengusapnya. Oikawa kembali teringat dengan sang ayah, sudah lama ia tidak berziarah ke makam ayahnya.

𝘊𝘦𝘬𝘭𝘦𝘬......

Tiba-tiba ada yang membuka pintu.

"Are, apa aku mengganggu?" Ucap seseorang masuk kedalam. Tak hanya satu orang, tetapi ada delapan orang dewasa dan itu adalah teman-teman mereka, juga tak lupa mereka yang membawa buah hati mereka

Seketika ruangan itu di penuhi dengan gelak tawa dan suasananya terasa riang gembira.





𝐄𝐍𝐃

Yak guys..... Udah tamat aja ceritanya walau akhirnya agak gak jelas. Ini gegara kehabisan ide. Makasi banyak yang udah baca dan vote. Dan terimakasih juga karena sudah 1k yang baca cerita aku. Terimakasih untuk semua, sampai jumpa di cerita-cerita ku yang lain🤗

𝐓𝐞𝐚𝐜𝐡𝐞𝐫 𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang