Kalau dihitung dengan jari Taufan, mungkin ini sudah sebanyak tujuh hari dia dan Gempa tinggal bersama Halilintar. Mereka banyak melakukan hal baru. Seperti memasak bersama, tidur bersama, bahkan dimandikan Halilintar juga. Oh, tidak lupa kemarin mereka berpiknik di taman depan.
Bagi Taufan itu semua seru sekali! Dia bisa tersenyum lebih banyak dan Gempa juga bisa bicara lebih banyak.
Lalu, Kak Yaya dan Kak Suzi juga seru sekali! Kak Suzi setiap hari bermain dengannya dan Gempa saat Halilintar pergi bekerja. Taufan bermain puzzle, bermain tebak-tebakan, bermain lempar tangkap. Banyak sekali sampai Taufan lupa yang dia mainnya selain itu apa saja.
Hari ini dia bangun pagi seperti biasa. Gempa sudah di sampingnya dan siap cuci muka. Mereka sekarang sudah bisa cuci muka sendiri tanpa bantuan Halilintar. Kata Halilintar, mereka hebat. Taufan sedikit malu tapi dia sangat senang saat dipuji seperti itu. Dulu saat mereka tinggal dengan paman, paman tidak pernah memuji seperti Halilintar. Paman hanya berteriak saja dan membuat Taufan sakit kepala.
Uhh, mengingat paman Taufan jadi sakit kepala juga sekarang.
"Taufan? Kenapa?"
Taufan melihat ke arah Gempa. Kembarannya itu menatapnya khawatir. Jangan khawatir Gempa.
"Kepalaku sedikit sakit, tapi tidak apa-apa kok," kata Taufan.
Gempa mengangguk tapi masih menatapnya khawatir. Memang kalau kembaran bisa merasakan yang dirasakan yang lain ya? Taufan sering mendengar seperti itu tapi dia tidak paham.
"Nanti aku pijat ya," kata Gempa. Taufan mengangguk. Mereka melanjutkan acara cuci muka itu lalu keluar dari kamar mandi setelah selesai.
Halilintar juga sudah bangun dan menyiapkan sarapan. Halilintar memang yang paling awal bangun daripada mereka. Kalau saat bersama paman dulu... Uh, tidak, jangan diingat lagi, Taufan. Taufan sudah tidak tinggal dengan paman lagi dan Halilintar sangat baik sampai seperti mimpi.
"Sudah selesai? Ayo duduk dan makan dulu," kata Halilintar. Halilintar duduk di mejanya biasa dan Taufan bersama Gempa menyusul di meja mereka yang biasanya.
Sarapan hari ini nasi goreng, Taufan suka nasi goreng. Ah, Taufan suka semua yang dimasakkan Halilintar untuknya dan Gempa. Walau kadang sedikit keasinan, atau kadang malah tidak asin sama sekali karena Halilintar lupa memberi garam, Taufan suka semua.
"Ah, iya juga. Hari ini kalian akan melihat rumah baru kita. Setelah sarapan bersiap-siap ya," Halilintar menatap keduanya datar.
Rumah baru? Mereka tidak tinggal di sini terus? Oh, Solar dulu pernah bilang tidak sih? Jadi rumah barunya sudah jadi?
"Rumah baru?" Gempa bercicit kecil.
Halilintar mengangguk.
"Rumahnya agak jauh dari sini. Jadi kita berangkat lebih awal. Aku, hmm...ada urusan, jadi tidak bisa mengajak kalian lebih lama. Solar juga sedang sibuk. Tapi besok, kita akan pindah permanen," kata Halilintar.
"Uh, jadi kita akan lihat saja?" tanya Taufan mencoba memahami yang dibicarakan Halilintar. Halilintar mengangguk.
"Benar. Jadi selesaikan sarapan kalian dulu," Halilintar mengangguk pada mereka. Menyuruh mereka untuk segera menyelesaikan makan.
Untuk rasa nasi goreng Halilintar hari ini, Taufan beri nilai delapan dari sepuluh jarinya. Tidak keasinan.
.
.
.
Taufan melihat Solar. Solar sudah wangi seperti biasa dan selalu keren. Kacamata Solar juga keren. Tapi kata Halilintar, Solar terlihat tidak pantas.
KAMU SEDANG MEMBACA
everything will be okay
FanfictionMungkin bagi Halilintar terasa sangat sulit untuk memulai awal baru dengan mereka. Dari berbagai kejadian, potongan masa lalu menyakitkan, sampai masa depan yang buram. Semuanya terlihat samar, tidak ada yang menggenggam tangan mereka. Tapi Halilint...