Langit mendadak mendung. Cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Langit biru itu kian tertutup gumpalan abu-abu. Angin yang semula tenang,mulai berhembus menggerakkan ranting pohon di jalanan. Beberapa orang nampak tergesa gesa. Bergerak cepat mencari tempat perlindungan.
Dalam hitungan detik suasana berubah sunyi. Tetesan air mulai jatuh menjutai tanpa permisi. Terjun bebas hingga hanya suara hujan yang mendominasi keadaan. Bahkan riuhnya suara kendaran tak mampu menyainginya.
Airi mendesah pelan. Kedua matanya menatap nanar ke atas langit. Kemudian bergerak turun mengamati genangan air di jalan. Tangan kirinya menenteng sebuah plastik putih kecil. Sedangkan jari tangan kanannya terus bergerak gelisah di atas layar ponsel pintar.
17.53.
Hari semakin gelap. Dan hujan sepertinya tidak akan berhenti. Tidak ada yang bisa Airi lakukan selain menunggu. Ditemani suara gemiricik air dan keheningan. Hingga tanpa sengaja ekor matanya menangkap seekor anak kucing yang berhenti di bawah lampu remang remang.
Hey! Kenapa di sana?! Bagaimana jika tubuhmu basah?!
Kucing itu nampak meringkuk kebingungan. Mungkin menunggu indukya untuk menolong. Tapi sepertinya mustahil.
Airi celingukan ke kanan dan kiri. Berharap ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menerjang hujan. Tapi sepertinya ia benar benar harus menerjang tanpa pelindung apapun.
Dimasukkannya ponsel itu ke dalam plastik. Meletakkannya di bawah. Tanpa aba aba Airi berlari kecil. Tersenyum lega ketika kucing itu tidak lari karena kedatangannya. Airi berjongkok berusaha menggapai anak kucing. Tapi,tunggu dulu. Ada yang aneh. Kenapa mendadak hujan berhenti?
Airi mengamati sekitar. Hujan masih turun. Lalu mengapa seperti ada yang melindungi tubuhnya?
Airi perlahan mendongak. Hingga dirinya dibuat terkejut oleh siluet seseorang yang sedang berdiri menjuntai di hadapannya. Refleks,Airi bergerak mundur. Matanya mengerjap bingung. Sambil mendekap anak kucing itu,Airi mencoba bangkit.
Orang itu,ralat laki laki itu nampak asing di mata Airi. Laki laki berhoodie hitam,topi hitam,tak lupa sebuah masker putih yang menutupi wajah laki laki itu. Airi mematung saat kedua matanya bersitatap dengan kedua bola mata hitam legam yang menusuk. Seperti ada sesuatu yang mengunci Airi. Airi terdiam sesaat.
Hingga kesadaran Airi kembali saat laki laki itu menarik lengan kanannya. Menyerahkan payung biru itu untuk dipegangnya. Airi mengernyit heran. Tanpa berlama lama,laki laki itu segera berbalik lalu berlari tanpa takut basah.
"HEY!"
Airi reflek berterika kaget. Namun,sayang. Seperti menghilang di balik derasnya hujan,punggung laki laki itu kian menjauh.
Airi menggenggam erat payung biru itu sambil menatap nanar ke depan. Siapa sebenanya dia?

KAMU SEDANG MEMBACA
Downpour
Novela JuvenilTepat di bawah lampu jalan yang remang-remang, suara gemericik air hujan dan sebuah payung biru asing. Airi tidak menyangka pertemuan singkat saat hujan deras di malam hari itu menjadi awal dari segalanya. Note📌 • Segala jenis plagiarisme dilarang...