Gahar
Toyota Camry Hybrid abu-abu, membelah jalanan malam, lampu gemerlap ditepi jalan, membuat jakarta begitu indah, Lampu yang menghiasi sejumlah gedung pencakar langit, kerlip lampu kendaraan menambah daya tarik dan memberikan suasana syahdu malam di Ibukota.
Terangnya cahaya lampu Jakarta di malam hari, bukan hanya menarik untuk dipandang. Panorama kota ini juga tampak dan indah ketika diabadikan dengan kamera. Bidikan kamera yang menyorot berbagai sisi Jakarta di malam hari dengan teknik slow shutter speed, untuk mengabadikan keindahan seperti ini, gue cukup mengingatnya dalam memori, namun berbeda dengan Alan, sudah dipastikan akan muncul ratusan atau bahkan ribuan foto yang sudah dia abadikan.
Alan adalah tipikal orang yang mengabadikan kenangan yang abadi, berbeda dengan gue yang membiarkan kenangan itu hilang atau tetap ada didalam memori.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan, gue sampai di gedung terbengkalai, malam ini gue memutuskan untuk melihat lalu lalang kendaraan dari atas gedung pencakar langit, melihat lampu lampu jalan semakin kecil, tempat sepi dan akrab lebih merasa menenangkan, terkadang rokok Marlboro akan mulai menyatu dengan asap kendaraan, mulai mengepul terbang menyentuh awan.
Gue ga sendirian disini disebelah gue ada bang Jerry, dia juga membawa mobil sendiri, Nissan GT-R 2022 adalah mobil yang sering bang Jerry pakai, mobil hitam mengkilat yang sering ia panggil dengan sebutan blackcar, nama yang sangat tidak aesthetic, kita menikmati suasana sendiri sendiri.
Berbaring dilantai rooftop gedung pencakar langit, hembusan angin membuat gue hampir terlelap.
"Lo ngantuk har?"
"Lumayan, angin malamnya seger jadi kaya kebawa, Lo ga kerumah sakit bang?"
"Bentar lagi,"
"Har? Lo masih suka diemin bunda?"
"Kalo ditanya ya gue jawab, gue kalo perlu doang, Lo gimana bang?"
"Gue sama kaya Lo, dosa ga si kaya gitu? Salah ga si, kita ke bunda kaya gitu,"
"Salah, tapi perasaan gue lebih ngendaliin gue dari pada akal pikiran gue bang,"
Kita berdua sama sama berlalut, kita berdua mengabaikan bunda dan berbicara jika perlu, ada rasa sedikit tidak suka, mengingat perlakuan bunda dulu, walau ke gue ga parah parah banget si, gue masuk kuliah diaustria aja butuh perjuangan, gue berjuang biar bisa sekolah disana. Gue ga suka dimana perlakuan bunda yang selalu mengutamakan academic, meninggikan academic, dan sangat merendahkan hal hal non academic. Gue menutup mata untuk kembali menikmati malam.
Dtrrrr,drttt, gue membuka mata, saat tiba tiba ponsel gue bergetar, bang Jerry? Bukannya jadi disampingi gue? OH ANJIR KURANG AJAR, JANGAN JANGAN DIA NINGGALIN GUE? BANGKE EMANG!
gue segera mengangkat nya, Hampi marah marah, tapi setelah mendengar salam dari sebrang telfon, gue mengurungkan niat marah gue tadi.
"Assalamualaikum har,"
"Waalaikumsalam ada apa?"
"Lo kapan ke rumah sakit? Hari ini hilal pulang,"
"pulang aja duluan, gue nunggu dirumah,"
Setelah itu panggilan dimatikan, entah kenapa gue merasa enggan untuk pergi kerumah sakit.
Mungkin gue akan pulang saat semua sudah sampai dirumah, ada sedikit rasa sesak didada yang ga bisa gue jabarkan alasannya.
Jerry
"Ayo udahh?"
"Udah yah, udah siap semua," Alan menjawab pertanyaan ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Berteduh Untuk 4 Jagoan Ayah [END] TAHAP REVISI!!!!!
RandomBEBERAPA BAB TAHAP DIREVISI‼️ PERINGATAN!! INI TERMASUK CERITA POV, SETIAP KARAKTER MEMPUNYAI PART-NYA MASING MASING dan punya sisi pandangya masing masing, jadi jangan bingung, setiap pov ditandai dengan nama karakter sebelum POV dimulai. 4 jagoan...