bab 11 setitik ke kebahagiaan hilal dan alan

386 36 0
                                    

Gahar

"Bangun gahar!!" suaranya samar samar, semacam suara teriakan, suara itu terus gue dengar, hingga akhirnya tubuh gue merasa terguncang.

"Ahhhh dingin," gue langsung sadar 100 persen saat tiba tiba muka gue disiram pake air, "astaghfirullah bunda, masih pagi udah siram siram aja, muka gahar bukan taneman kali," gerutu gue melihat bunda sudah berdecak pinggang.

"Ini udah hampir jam 7, sana bersih bersih badan! Kenapa malah tidur di teras si, pasti abis ngobrol sama ayah ya kamu sampe pagi? Kebiasaan banget." gerutu bunda dipagi pagi, gue memilih kabur, walau bunda teriak teriak.

Gue pun balik ke kemar gue, saat gue buka ternyata masih sama seperti dulu, ga ada yang berubah kecuali, beberapa tambahan foto foto polaroid yang tertempel di tali khusus untuk pajangan foto, itu pasti foto yang alan ambil dari kamera hpnya lalu dicetak terus ditaroh kamar gue.

Gue turun dengan stelan yang rapi, "bang nanti gue ikut kekantor ya, gue kelas siang hari ini," gue mulai duduk dimeja makan, bunda menyiapkan makanan gue.

"Okeh," jawaban yang sangat singkat bukan.

"Wih bunda masak banyak banget, kesukaan gahar semua lagi," gue merasa antusias mau makan, ngeliat semua menu yang bunda siapin adalah makanan kesukaan gue semua.

"Iyaaa dong, buat jagoan bunda, jadi makan yang banyak,"

Hilal terlihat murung, Alan juga terlihat biasa saja, "hilal berangkat pake motor mas aja," soalnya gue ga bisa anter hilal, jadi biar dia pake motor gue aja.

Belum sempat hilal berbicara, bunda sudah menyela, "jangan deh mas, nanti motor kamu rusak, biar aja dia naik bus," bunda melirik hilal dengan tajam.

"Bun-"

"Iya mas, hilal berangkat naik bus aja, gapapa, biasanya naik bus soalnya," hilal menyela ucapan gue.

🫀💫

Hilal

"Pake motor mas gahar aja Lal," ayah, ayah ngebela gue? sebenernya apa yang mas gahar omongin sama ayah ya?

"Ga usah gapapa yah, bener kata bunda nanti bisa rusak motornya mas," gue kembali menolaknya.

"Kalo rusak tinggal dibenerin, gitu aja dibikin susah, kalo ga bisa dibenerin ya tinggal beli," jangan nangis jangan nangis, mendengar ayah membela gue rasanya gue mengatakan terimakasih sebanyak banyaknya.

"Nah tuh dengerin ayah, pake aja Lal," bang Jerry ikut berucap, gue mengangguk, gue dibela kali ini.

"Makasih ya," gue tersenyum lebar, tapi tidak dengan bunda yang memasang raut wajah tak suka.

Alan

"Lan pulang jam berapa kamu?" Mas gahar, tiba tiba nanya ke aku.

"Pulang jam 4 jam 5 biasanya si mas kenapa?"

"Nanti biar mas aja yang jemput, mas beliin kamera sama bola basket, itung itung kado ultah kamu selama dua tahun ini,"

Aku cukup terkejut, bohong kalo aku ga kaget, dari dulu aku pengin beli kamera sama bola basket, tapi kalau minta pasti bakal dimarahin, kalau aku beli sendiri juga bakal dimarahin, tapi kali ini ga ada yang bersuara untuk menolak, aku bersorak senang dalam hati.

"Beneran mas? Ga bohong kan???" tanya aku memastikan.

"Iyaa, nanti kabarin mas kalo udah pulang, biar mas yang jemput, okay?" aku mengangguk antusias.

"Dasar bocah," suara bang Jerry bikin aku sebel, enak aja bilang aku bocah.

"Aku bukan bocah ya," ketus ku menatap tajam bang Jerry.

Rumah Berteduh Untuk 4 Jagoan Ayah [END] TAHAP REVISI!!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang