Dystopia: Diving to Utopia - Beginning, Prolog.

4 1 0
                                    


Setahun. Dua tahun. Tiga, empat, lima, bahkan lebih. Sudah berapa lama aku tidak membuka mataku? Mau membuka mata saja rasanya berat, basah, kelopak mataku kebas. Rasanya aku sudah tenggelam dalam waktu yang lama.

Aku merasakan sebuah gelombang besar, dan suara yang menggema di dalam air. Gelombang itu menggerakkan jari-jari ku yang sudah lama tidak ku gerakkan. Rasanya tulang jariku akan patah, rasanya lengket, seperti diselimuti oleh lumut.

Suara yang menggema itu kian membesar, dan berdenging di telinga ku. Aku tersentak, mataku akhirnya terbuka. Aku bisa melihat bahwa aku berada di dalam air.

Sinar asing masuk menerobos mataku. Ah, itu matahari ya? Sudah berapa lama aku tidur?

Perlahan aku menggerakkan leher, serta kedua tanganku. Aku melihat sekeliling, aku melayang di dalam air. Kedua tangan dan kaki ku diselimuti oleh lumut hijau.

Aku baru ingat, bahwa empat puluh sembilan tahun yang lalu, terjadi tsunami yang sangat besar hingga menenggelamkan seluruh negara. Lalu, kenapa aku masih bisa hidup?

Aku mulai berenang, entah kenapa tubuh ini sangat terbiasa dengan air. Bahkan aku mencoba berenang ke bagian terdalam, tak ada tekanan air yang membuatku lelah ataupun tenggelam.

Entah kenapa, aku bisa berenang.

DYSTOPIA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang