Dystopia: Diving To Utopia - Chapter 1, Definitely A Strange World.

5 2 0
                                    


Saidie Marine, satu satu nya korban -mungkin- yang selamat pasca insiden tsunami besar-besaran. Berenang kesana kemari, merekam semua benda dan tempat asing bagi matanya. Ternyata hampir setengah abad dia tidak membuka matanya. Banyak yang berubah, bahkan gedung-gedung pencakar langit sudah hancur lebur menyatu dengan pasir laut.

Semuanya ditumbuhi dengan tumbuhan laut yang indah, tapi anehnya, entah mengapa Marine tidak menemukan makhluk hidup sama sekali di lautan ini.

Marine mencoba menimbulkan kepalanya di atas air dan melihat kedaratan- ternyata tidak ada daratan sama sekali. Hanya ada laut, tanpa pasir pantai, tanpa ada bebatuan. Dunia ini sudah ditenggelami oleh laut.

Aneh, ini aneh. Seketika Marine panik. Panik, bagaimana jika dia lelah, bagaimana jika dia ingin tidur, ingin melakukan hal lain yang dilakukan manusia? Kepanikan itu membuatnya sesak nafas, dada nya bergerak maju mundur dengan cepat seperti pembalap.

"Kyungg??"
Bola mata Marine mengecil, dia terkejut melihat makhluk kecil yang ternyata sedari awal menempel di punggungnya berada di depan nya.

"Kyungg.." Makhluk itu hanya mengeluarkan suara aneh, Marine pun tak mengerti apa yang dikatakan oleh makhluk itu.

Makhluk bulat kecil oranye itu kemudian mengangkat tangan kanan Marine, lalu mengusap-usap kepalanya pada tangan Marine.

Seketika sengatan listrik terasa di kepalanya. Kepanikan yang tadi menguasainya, kini sudah hilang. Seketika, Marine mengerti bahwa dirinya bukan manusia biasa seperti dulu. Sekarang Marine adalah penghuni laut, sama seperti makhluk bulat yang ada di depannya ini.

Dengan percaya diri, Marine menyusuri kedalaman lautan dengan ditemani makhluk yang ia beri nama Dumbi.
Di kedalaman kira-kira 1000 meter, Marine bertemu dengan ikan besar bewarna abu-abu dan bercorak totol-totol putih.

Hiu paus, itu adalah hiu paus.

Takut, makhluk itu sungguh besar. Saat mencoba berenang berbalik arah seketika tubuh Marine kaku, sepertinya otot tubuhnya mengingat bahwa Marine memiliki megalophobia.

"Tidak, kenapa harus sekarang?!" Keluhnya, sambil mencoba menggerakkan tubuhnya namun hasilnya nihil.

Dekat, makhluk besar itu mendekat. Sangat dekat, hingga hanya tersisa sejengkal jarak antara sang hiu paus dan Marine.

Marine mencoba mengedipkan matanya beberapa kali, saat mengedipkan matanya ke 10 kalinya, betapa terkejutnya saat dia membuka mata yang ada di hadapannya bukanlah Hiu paus. Seorang lelaki berkulit gelap dengan paras wajah yang ramah sedang menatapnya dengan lekat.

Marine pingsan di tempat.

Sudah kedua kalinya Marine tak sadarkan diri, lagi-lagi di tempat asing. Marine merasakan ada udara aneh yang masuk ke lubang hidungnya. Oh, oksigen, bagaimana aku bisa hidup tanpa oksigen? Batinnya.

Reflek Marine mengambil posisi duduk, melihat di sekelilingnya yang ternyata pasir. Jadi perasaan aneh ini karena dia duduk di atas pasir. Pasir pantai berwarna putih bercampur kuning menempel pada bagian tubuhnya yang basah.

Saat itu juga Marine baru sadar, sedari awal dia telanjang bulat tanpa sehelai kain pun.

Marine ingin berteriak karena malu, tapi dia ingat bahwa tidak ada manusia yang melihatnya telanjang seperti ini- eh? tidak ada?

"Kamu sudah sadar?"
Suara lelaki yang lembut, sedikit cempreng menerobos masuk ke gendang telinga Marine. Marine gelagapan, tentu saja, ia pikir tak ada yang melihatnya tanpa busana. Ternyata ada, lelaki pula!

Marine mengambil helaian rambutnya dan menutupi tubuhnya layaknya sedang memakai busana. Ternyata, selama Marine tertidur, rambutnya terus memanjang. Rambutnya bahkan panjang melebihi tinggi Marine.

Hitung saja, kira-kira setahun rambut dapat tumbuh sepanjang 15 cm. Kali kan saja dengan 49 tahun. Begitu kan, cara hitungnya?

"Saya terkejut ketika kamu pingsan tadi, buru-buru saya mencari daratan agar kamu tidak segera kehabisan oksigen." Sambung lelaki itu.

Apa? Enggak salah denger, daratan? Sedari tadi sejauh mata memandang Marine bahkan tidak melihat ada pulau kecil, sekarang malah mereka sedang berada di atas pulau.

"Bagaimana caranya kamu bisa bawa aku ke sini?" Marine penasaran, keningnya mengerinyit.

"Saya masukin kamu ke dalam mulut saya, lalu saya berenang ke sini."

Speechless. Semua ini nggak masuk akal, dari awal juga semua nggak ada yang masuk akal.
Mulai dari Marine bisa bertahan di dalam air, hewan bulat kecil lucu yang menempel di punggungnya, hingga Hiu paus yang bisa berubah wujud menjadi manusia.

Stress, pasti Marine sudah gila.

"Kamu kan sejatinya ikan, kenapa bisa bernafas di daratan?"

"Dulu. Semenjak sepuluh tahun terakhir, saat saya asyik berenang di kedalaman, ada gelombang dan suara mengerikan di sana. Seketika membuat tubuh saya tersetrum, dan saya merasa tubuh saya dipisah-pisah," ungkapnya.
"Tau-tau saja saya sudah menjadi manusia. Manusia amfibi."

"Oh, gelombang itu ya?" Batin Marine, mengingat sebuah gelombang dan suara gema membangunkannya dari tidur panjangnya.

"Terus makhluk itu, kenapa dia enggak bisa berubah jadi manusia? Sudah dua hari aku bersamanya." Marine menunjuk ke Dumbi yang serang asyik berendam di bibir pulau.

"Saya kurang tahu, mungkin saja ia termasuk makhluk paling lemah, atau sebaliknya."

"Saya sudah lama mengamati kamu, kamu terlihat rapuh. Matamu tak kunjung terbuka, aku takut tubuh mu yang kurus itu ikut terurai seperti bajumu." Sambung lelaki itu.

Hanya ada satu yang Marine pikirkan.
(Yang tau tau aja.)

DYSTOPIA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang