"Ano mau batalin pernikahannya, Bu."
Seberapa kuat pun Revano mempertahankan Greysia, kalau sang kekasih tak kunjung hadir, ia ujung-ujungnya pun menyerah untuk menantinya kembali, karena sampai saat ini pun wanita itu belum ada kabar sama sekali.
Dengan telapak kaki telanjangnya, Revano memperhatikan ombak kecil yang menyapa lembut kakinya yang menapak di atas pasir.
Tidak tau ingin sedih atau tertawa melihat buih-buih yang datang bersama ombak namun tidak bertahan lama buih itupun pecah, menghilang, seolah-olah buih di lautan itu sedang mengejeknya atas menghilangnya sang kekasih.Sudah hampir satu bulan ini pesan yang dikirimnya tak kunjung dapat balasan satupun, juga panggilan yang tersambung dengan operator terus-menerus membuatnya lelah. Otak juga hatinya menjadi ramai dengan kata-kata perasangka yang selama ini ia enyahkan.
"Dari awal juga ibu sudah peringatkan. Ini kan jadinya kalo kamu gak dengerin omongan ibu. Terus sekarang yang malu siapa? Apa nanti kata tante mu juga sanak saudara yang lain kalau kamu tidak jadi menikah."
Di balik telepon, bukan perkataan halus yang ibunya keluarkan. Ia tak berani berbicara langsung kepada ibunya. Namun Revan hanya terdiam dengan raut wajah kosong menatap hamparan laut biru di hadapannya. Ia tak menyanggah ataupun menerima perkataan ibunya.
Karena ia tau Greysia, ia tau bagaimana wanita itu memperlakukannya, ia tau Greysia tidak mungkin meninggalkan nya, apalagi sampai main di belakangnya. Semua begitu baik-baik saja.
Namun kembali lagi, wanita yang kini ia bela menghilang tanpa jejak. Setelah semua persiapan pernikahan yang seminggu lagi akan di langsungkan. Revan tidak mendapati balasan juga keadaan wanita itu.
"Udahlah Bu, kasian kakak."
Terdengar suara adiknya, Zara, yang ikut menimpali.
"Ini juga untuk kebaikan abangmu.. Kamu tau? Mau seminggu ke pelaminan, Abangmu malah bilang gak jadi nikah. Di tanya kenapa, malah gak ada jawaban. Siapalagi kalo bukan si anak yatim piatu itu masalahnya."
Revano hanya diam, mendengarkan sahut paut antara adik juga ibunya.
Ia tak mungkin memberitahukan kepada ibunya kalau Greysia menghilang. Sedari dulu ibunya tidak suka kepada wanita itu, kalau ia membicarakan ini pasti ibunya akan semakin membenci Greysia."Jangan gitu Bu. Mungkin kakak juga punya alasannya sendiri. Harusnya ibu support kakak, bukannya diomelin."
"Kamu itu masih kecil gak tau apa-apa_____"
Suara dari balik telepon ternyata kalah dengan riuk ricuh isi kepalanya yang lebih nyaring, membuat Revano menyelam lebih dalam memikirkan nasib pernikahannya yang gagal.
Hembusan angin membawa angannya pada kenangan yang membuat matanya perih. Tanpa sadar jejak air mata yang tadinya sudah kering kini kembali membasahi pipinya.
"Kak?"
"Halo kak??"
Panggilan dari suara sang adik menyadarkannya. Revano lalu menyeka airmatanya dengan lengan baju.
"Ah iya dek kenapa?" Jawab Revano dengan cepat."Kakak lagi dimana?"
"Itu.. kakak lagi di.. rumah Gerry."
Deburan ombak membuat pihak yang lainnya belum membuka suara. Revan tau adiknya itu sulit untuk di bohongi.
"Oh iya kalo gitu cepetan pulang. Aku udah buatin soto, masih panas. Takutnya kakak nanti gak kebagian, soalnya ada Dira di rumah."
Dira, sepupu nya yang masih berumur tujuh tahun itu suka sekali dengan soto buatan Zara. Ia yakin sang adik hanya menggertak agar ia tidak melakukan hal yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate In The Middle
ChickLitKisah Revano Adipradana cerita Romantis Komedi yang akan membawa kamu hanyut kedalam alurnya. Dari yang tergalau hingga gagal move on. Revano akan memberitahukan sisi gelapnya sebagai lelaki. Published: 6 February 2024 Finish: __