5. Gue udah jadi korban novel rom-com, kayaknya.

45 5 0
                                    

Pukul sepuluh pagi, mereka sudah tiba di tempat pelaksanaan pra-LDK. Ada kiranya enam puluh siswa dan siswi dari kelas sepuluh dan sebelas yang mengikuti kegiatan tersebut. Tempat yang mereka sewa untuk acara itu adalah sebuah Villa dengan enam kamar yang cukup luas. Jika diperhatikan, villa itu terlihat sedikit menakutkan. Saat melihatnya, Melody sempat bergidik. Untungnya, nanti satu kamar akan berisi sekitar sepuluh orang, jadi semoga saja tidak akan sepi di kamar.

Melody mencari-cari Tari dan Kalista di antara kerumunan murid-murid. Setelah beberapa detik, dilihatnya Tari dan Kalista sedang berbicara dengan beberapa anak cowok kelas sepuluh. Melody menghampiri mereka dengan langkah panjang.

"Tariii, Kalistaaa, ikutan dong ngobrolnya." Sahut Melody.

"Suttt, diem, Mel. Ini si Aryo lagi cerita, katanya di vila ini ada penunggunya." Kata Tari dengan wajah cemas.

"Ah, santai aja kali, makanya banyak-banyak ibadah kayak gue, jadi gak digangguin insya Allah." Kata Kalista.

Melody memutar matanya mendengar ucapan kedua temannya. Sebenarnya, Melody tidak mau percaya cerita-cerita tidak jelas seperti itu, tapi memang dari tadi dia sudah merinding, jadi susah untuk tidak merasa takut.

"Kalau lo takut, entar gue peluk deh, Ta." Kata Aryo dengan senyuman yang mengandung sejuta makna.

Tari menatap cowok itu dengan death stare-nya. "Gamau, enak aja. Kal, Mel, ke dalem yuk. Itu udah dipanggilin sama kakak-kakaknya."

***

Setelah pengumuman pembagian kamar, Vero langsung menuju kamarnya yang juga ditempati oleh Sembilan orang lainnya. Beberapa diantaranya adalah Prima yang merupakan teman sekelas Vero, Aryo yaitu anak kelas X-1, dan teman Vero di kelas sebelas yang bernama Rafif. Sisanya, Vero belum terlalu kenal.

Meskipun tampang Vero tidak terlihat seperti anak OSIS yang rajin dan aktif pada umumnya, Vero sebenarnya sangat jago berpolitik dan berorganisasi. Vero bahkan hafal semua pasal dalam tata tertib sekolahnya saat SMP dulu karena kegigihannya dalam menerapkan kedisiplinan di sekolahnya. Hobinya Vero itu berdebat, baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Makanya, saat SMP dia banyak ikut lomba debat Bahasa Inggris.

Pagi itu, mereka diberi waktu bebas untuk menjelajahi Vila sampai pukul dua belas. Setelah itu, mereka melaksanakan solat Dzuhur kemudian memasuki materi pertama. Prima dan Aryo sebenarnya telah mengajak Vero keluar untuk melihat-lihat Vila, tapi Vero terlalu gabut untuk melakukannya. Dia bingung, kenapa yang dia pikirkan hanya wajah manis Melody saat tidur. Dia mengubur wajahnya di bantal dan hampir tertidur pulas kalau saja tidak ada Kak Rafif yang membangunkannya.

Vero nyaris saja melempar bantal kearah pengganggu istirahatnya jika saja yang dikatakan Kak Rafif tidak penting. Dan nyatanya, memang tidak penting.

"Vero, Melody lagi duduk di sofa ruang bawah, tuh." Katanya dari ambang pintu.

Tangan Vero langsung mengayunkan bantal yang ada di sampingnya ke kepala Kak Rafif. Sayangnya, dia meleset.

"Kak, lo penting amat sih ngapdetin gue tentang Melody setiap dua detik sekali. Nyesel gua cerita sama lo kak." Gerutu Vero.

"Cewek banget sih lo, turun sana, anak-anak pada mau main Truth or Dare sambil nunggu adzan."

"Sut, iya dah iya nanti gue turun." Kata Vero akhirnya.

Dengan langkah malas-malasan, Vero menuruni tangga menuju ke ruang bawah. Sesuai dengan laporan tidak penting dari Kak Rafif, Melody sedang duduk di sofa. Rambutnya yang hitam legam digulung dan beberapa helai yang terlepas membingkai wajah perempuan itu dengan indah.

Well, damn. Kayaknya gue udah jadi korban novel romance comedy gitu, ya. Pikir Vero.

Akhir-akhir ini Vero memang banyak menonton film rom-com. Bukan karena mau sih, tapi adiknya, Reva, sedang dalam masa pubertasnya dan yang Reva tonton hanyalah rom-com. Adiknya itu bahkan melarang Vero memasang DVD atau sekedar menonton berita di TV. Pokoknya, TV itu dikuasai oleh Reva.

Prima sedang duduk bersama Aryo, Dafi, dan beberapa anak kelas sebelas yang Vero tidak tahu namanya. Begitu Prima melihat Vero, dia langsung melambaikan tangannya sebagai isyarat agar Vero duduk di sampingnya.

Vero menghampiri temannya itu. Dia melewati sofa yang diduduki Melody dan dia melirik Melody yang terlihat asik dengan Truth or Dare yang tengah berlangsung. Dia agak kecewa sebenarnya. Dia mengharapkan begitu dia lewat, Melody bakal melihatnya atau apalah.

Aduh, gue terkesan sangat menyedihkan. Batinnya.

Singkat cerita, giliran Melody tiba. Seperti biasa, Melody memilih Truth. Dia tahu, teman-teman dan kakak kelasnya pasti akan memberikan dare-dare gila. Oleh karena itulah dia memilih Truth.

"Truth ya? Gak seru, deh. Tapi gapapa, nih, nih. Kan ada rumor nih katanya lo naksir Vero..." kata Priana yang kemudian melirik Vero yang tengah memperhatikan Melody dengan serius sebelum melanjutkan, "Nah, bener gak tuh?"

Melody menarik nafas panjang. Memang sih, Vero ganteng. Tapi dia tidak suka dengan Vero. Yang ada, dia kesal. Tapi dia tidak tahu dia suka atau tidak. Masih terlalu awal untuk menentukan itu.

Setelah beberapa detik, akhirnya Melody pun menjawab pertanyaan dari Priana tersebut.

"Gue..."




A/N: Ini agak pendek, ya? Maklumin aja gue dari jam 8 pagi sampe jam set9 malem ada acara OSIS di sekolah sama ada bukber sekolah gitu. Capek banget demi. Doain aja gue gak tepar ya, teman. 

Maaf gue emang banyak ngomongin hal gak penting kalo lagi gabut+capek. Maaf ya.

Anyways, vote and comment!

Letters You'll Never ReadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang