Mungkin, cerita ini terdengar klise dan mirip cerita-cerita di platform digital. Namun, apa yang terjadi antara aku dan Khairani Atmaja memang nyata. Walau ketika mengalami itu, aku ingin memukul diriku sendiri karena merasa sangat brengsek.
Khairani atau Khair adalah senior manager di tempat kerjaku, PT Duta Paras Nusantara. Perusahan yang bergerak di bidang kecantikan dengan produk kosmetik dan skincare bernama Paras.
Secara fisik, Khair benar-benar definisi alpha woman yang mandiri. Cantik, modis, good public speaking, dan cerdas. Namun, dia juga sosok atasan yang kaku, gila kerja, dan dingin. Sebagai salah satu bawahannya, aku juga merasakan ‘kekejaman’ Khair seperti teman-temanku.
“Gue mau resign,” ujar Raka putus asa. Dia adalah salah seorang rekan kerjaku di kantor Paras. Kami berkumpul bersama dua orang rekanku lainnya di cafe usai lembur. Beruntung masih ada coffeeshop yang buka 24 jam dan menyediakan menu berat untuk mengisi ulang tenaga kami yang sudah terkuras habis karena pekerjaan.
“Sabar, Ka. Ingat cicilan rumah lo masih sepuluh tahun lagi,” cegah Andre.
“Ingat juga sama impian lo bawa Nisa ke Maladewa. Tabungan lo aja masih sepertiga dari target,” imbuh Eric seraya menyebut nama pacar Raka.
“Tapi itu manusia beneran nggak ada hati tahu, nggak?” kesal Raka. “Lo bayangin aja. Gue udah capek-capek hire ilustrator terkenal buat campaign baru Paras, bikin tiga alternatif—ingat, tiga alternatif!—desain poster, revisi sampai tiga kali, dan tiga-tiganya nggak di-approve sama dia. Kalian tahu apa yang lebih kocak lagi? Dia pakai desain anak magang yang masih keponakan HRD kita, Pak Muchtar.” Raka mendesah kuat setelah berapi-api, lalu menyambar gelas mocchalatte-nya dan menyedot isinya hingga tandas.
“Tapi,” Eric angkat bicara. “Kalau boleh jujur, desain ponakan Pak Muchtar emang lebih masuk, sih.”
“Tapi seenggaknya hargai usaha gue!” sambar Raka yang membuat Eric berjengit dan beberapa orang menoleh sekilas ke meja kami.
“Udah, udah. Iya. Mbak Khair emang keterlaluan sama lo,” ujarku menenangkan seraya menepuk-nepuk bahu Raka.
“Lo nggak tahu perasaan gue, harga diri gue. Gimana bingungnya gue ngadepin ilustrator itu dan bilang kalau desainnya batal gue pakai,” imbuh Raka dengan raut hampir menangis.
“Iya. Kita ngerti. Maaf, ya, Ka. Nih, nih, makan burger dulu.” Andre menyodorkan cheese burger yang langsung diterima Raka. Laki-laki 28 tahun itu langsung melahapnya meski raut hampir menangisnya belum hilang.
“Maksud gue bukan ngebela Mbak Khair juga, Ka,” jelas Eric. Dia masih takut jika Raka tiba-tiba kembali meledak. “Sorry, ya.”
“Kayaknya, kita maklum nggak, sih, kalau Mbak Khair kayak gitu?” celetuk Andre. “Dia kan jomlo.”
“Lha apa hubungannya, Pak RT?” timpal Eric.
“Gini, deh. Lo perhatiin yang seusia Mbak Khair di kantor kita. Nggak ada yang kaku sampai bikin darah tinggi kayak atasan kita itu,” jelas Andre. “Mbak Tantri yang kepala bagian pemasaran, Mbak Chintya yang supervisor kita itu, dan jangan lupakan Mbak Nita yang jabatannya di atas kita semua alias Vice President Paras. Kalem semua. Tegas, tapi masih mengayomi, gitu. Kan, kita senang, ya, kalau dipimpin sama mereka.”
“Iya juga, ya.” Eric mengangguk-angguk. “Mereka kan udah berkeluarga semua. Apalagi Mbak Tantri baru nikah, ‘kan? Lagi anget-angetnya, tuh. Kayaknya, kita doang yang menderita karena dipimpin Mbak Khair. Kayaknya keberadaan pasangan emang pengaruh, sih.”
“Ya udah, sih. Cariin aja Mbak Khair cowok biar nggak jomlo dan nggak galakin kita lagi,” sahutku seraya menyesap americano-ku. Mendadak, suasana sunyi. Ketika menoleh, aku mendapati Raka, Andre, dan Eric kompak melihat ke arahku. “Kenapa lihatin gue semua?” tanyaku curiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Noona, You're So Pretty (Short Stories)
Short StoryIni kisah yang tidak biasa. Ketika para laki-laki jatuh cinta pada perempuan yang lebih dewasa. Seorang murid yang jatuh cinta pada ibu gurunya, seorang junior bandel yang suka membuat masalah hanya demi bisa dipanggil ke ruang kedisiplinan di mana...