TIGA BELAS

91 15 0
                                    

Assalamu'alaikum teman-teman, maaf ya kalau aku sering telat up. Soalnya kadang ada kegiatan yang menunda aku menulis, semoga kalian tetap enjoy membaca cerita aku!

Sebelum membaca, sholawatan dulu yuk, biar hati kita semakin tersambung dengan Rasullulah.

(اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ)

"Allahumma Sholi Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad"

*

Happy reading!

*

"Kok, ke sini?!" Naya menghentikan langkahnya saat menyadari Zayyan membawanya ke belakang pesantren.

"Ayo," ajak Zayyan.

Naya menggeleng lalu menatap wajah Zayyan penuh curiga. "Mau ngapain kita ke sini? Lo mau macem-macem, ya?!"

Zayyan menghela napas kasar. "Bisa berhenti berprasangka buruk tentang saya? Mau saya melakukan apapun ke kamu juga, saya suami kamu. Tetap halal dan dapat pahala."

Naya melotot tak terima. "Masa mau ngelakuin di semak-semak, sih?!"

Senyum di bibir Zayyan terbit, ternyata gadis itu memikirkan hal yang lain. Lalu, wajah Zayyan mendekat membuat Naya memundurkan tubuhnya. "Mau pulang ke rumah sekarang?"

Seketika seluruh tubuh Naya meremang, apalagi Zayyan membisikkannya tepat di telinga Naya. Dengan cepat Naya mendorong tubuh Zayyan agar menjauh darinya.

"A-apaann sihh! Kalau lo macem-macem gue aduin ke Umma!" ancam Naya mencoba menatap Zayyan galak untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Zayyan terkekeh kecil lalu kembali meraih tangan Naya. "Saya tidak akan melakukan apapun sampai kamu mengizinkannya."

Naya terdiam dan membiarkan tubuhnya diseret oleh Zayyan menuju suatu tempat.

"Itu artinya gue bakal perawan terus dong?"

Seketika Naya tersenyum lebar seolah dirinya akan selalu aman dari malam pertama.

"Woahhh!" Naya berdecak kagum menatap tempat yang terdapat kolam ikan kecil berdesain batu, serta pohon besar menjulang tinggi yang meneduhkan dan dengan langit senja yang memancarkan cahaya orange menambahkan keindahan pada tempat ini.

"Kok, bisa ada tempat ini?" tanya Naya heran padahal tempat ini menurutnya sangat sedikit kemungkinan untuk ditemui banyak orang, apalagi jalan menuju tempat ini sedikit gelap.

Zayyan berjalan lalu duduk di bebatuan dekat kolam. "Dari dulu, Abah sangat tahu kalau saya susah bersosialisasi dengan teman sebaya saya dan Abah selalu tahu sering kali saya bersembunyi di tempat sepi untuk lebih fokus menghafal. Sejak saat itu, Abah membuatkan tempat ini dan sengaja melarang para santri dan santriwati untuk tidak mendatangi tempat ini agar saya bisa menghafal dengan nyaman."

Naya memanggut-manggut mengerti setelah mengetahui asal mula tempat ini dan sifat Zayyan yang introvert.

"Sini." Zayyan menepuk tempat sebelahnya. Naya hanya menurut, lama-lama pegal juga ia berdiri. Lalu, Naya mendekat dan duduk di sebelah Zayyan yang sedang asik memberi makan ikan-ikan.

Our destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang