12 February 2024
Daun yang terikat pada ranting-ranting pohon itu bergoyang, mengikuti irama angin yang berhembus melewatinya.
Di siang yang tidak terlalu terik ini, seorang lelaki tengah berdiri dengan gagahnya, mengamati sekitar lapangan sekolah—tempat yang saat ini menjadi arena anak futsal latihan. Matanya berpendar kesana-kemari, mencari sesuatu yang menjadi objek utamanya sedari tadi.
"Aria?"
Lelaki itu—Aria—terkejut, kala mendengar ada yang memanggil namanya dengan suara yang gamang dari balik tubuhnya. Kepalanya lantas menoleh, berniat melihat, siapa gerangan yang membuat dia terkejut.
Diam, memilih tak menjawab dan membiarkan, setelah melihat siapa pelaku utamanya. Ternyata, Radita, gadis yang enam bulan terakhir mengejarnya, bagai seorang vampir yang haus akan darah manusia.
Ya, Radita seorang vampir.
Radita, sih gadis vampir yang selalu haus akan darah milik Aria.
Jangan menanggapinya dengan serius, itu hanya lelucon yang diberikan Aria untuk Radita, hahaha!!
Karena nyatanya, Radita itu adalah seorang gadis cantik juga anggun. Namun begitu, setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, kan? Ya, Radita pun sebagai manusia juga pasti memilikinya. Kekurangan gadis ini hanya satu, selalu obsesi dengan apa yang di inginkannya. Alasan itu juga, yang membuat Aria langsung ilfeel akan dirinya.
"Kok masih disini? Gak pulang?"
Lagi, suara merdu itu kembali mengalun, kala panggilannya tak disahuti oleh sang empunya nama. Mau sampai berbuih pun rasanya perkataan Radita tak akan pernah di tanggapi oleh Aria, dan tentu saja hal itu membuat gadis ini sakit hati setangah mati.
Langkahnya maju selangkah, mempersingkat jarak antara dirinya dan Aria. Tangannya menggapai lengan lelaki itu yang sedang ber-sidekap dada dengan tatapan mata yang menghindarinya. "Ya, kok gak di jawab sih? Jawab dong," rengeknya pada lelaki itu.
Tak akan pernah ada kata menyerah di setiap kamus milik Radita, mau di tolak sejuta kali pun, dia tetap akan terus melangkah maju tanpa setitik gentar di hatinya.
"Gak penting."
Respon yang dikeluarkan pun tak sesuai ekspektasi dan harapan seorang Radita dan tentu saja itu semua membuat gadis itu meradang.
"Lo kenapa sih, Ya? Kayaknya sensi banget deh, sama gue," ucapnya dengan nada suara yang sedikit meninggi. Emosinya sungguh sudah tidak terbendung lagi, sudah di ujung tanduk.
Alis Aria terangkat, menukik tajam layaknya sebuah tikungan. Semakin tak suka akan kehadiran Radita yang menghampirinya, setelah mendengar suara gadis itu yang naik beberapa oktaf.
"Lo itu pengganggu!!" Dengan tenang namun tetap terdengar tajam.
Setelahnya, Aria pergi begitu saja, meninggalkan Radita yang semakin meradang ditempatnya, semakin meningkat pula emosinya, namun apalah daya? Aria seorang yang disukainya. Radita pun tak bisa berbuat apa-apa.
***
Jalanan tengah kota, siang kini terasa padat akan kendaraan beroda. Bisingnya suara klakson terdengar, melintasi rungu telinga.Di salah satu mobil dari banyaknya sekian mobil di jalanan, terdapat beberapa orang di dalamnya. Banyaknya percakapan tak membuat suasana di sana terasa canggung, tak sekali dua kali, candaan juga lelucon pun di lontarkan oleh beberapa orangnya.
"Bonyok lo, gimana Re?"
Yang tadinya ramai langsung senyap, terdiam, setelah pertanyaan sensitif itu terlontar dari salah seorang.
Semua mata kini tertuju pada seorang gadis—Azure—menanti jawaban yang mungkin saja tak akan pernahkan ada jawabnya. Manik mata hazel itu kini berpendar, menatap rinci setiap wajah yang juga sedang menatapnya dengan penuh harap. Menghela nafas ringan, ada rasa malas yang melingkupi ketika salah satu dari mereka menyinggung permasalahan ini.
Hanya mengangkat kedua bahunya, tak ada niatan mengeluarkan suara, mood nya anjlok seketika. Wajah pias tanpa sengaja di tunjukkan olehnya, membuat beberapa orang sebagian merasa iba akan dirinya.
"Lo apa-apaan sih, Tam?" ujar Binar ngegas. Dia tidak suka kala salah satu dari mereka tak jarang menyinggung masalah keluarga yang tidak akan pernah ada habisnya.
"Tau tuh, privacy tau." Lanjut Kesuma yang tak kalah kesalnya.
Naratama, orang yang menjadi sasaran amukan massa teman-temannya—akan pertanyaan sensitif yang ditujukan—hanya bisa pasrah dengan keadaan.
"Sorry Re, gue gak bermaksud nyinggung masalah ini," ucap Naratama meminta maaf. Rasa sesal menyelimuti hatinya. Sungguh, pertanyaan itu muncul begitu saja, tanpa di duganya.
Azure hanya mengangguk, tak berniat memperpanjang ini semua. Sudah biasa rasanya dia merasakan sakitnya saat di tanyai mengenai keluarga.
Bukan tanpa alasan, Azure merasakan itu semua. Orangtuanya bercerai dan itu juga baru lima bulan yang lalu, dan alasan orang tua bercerai juga hanya karena hal sepele yang di besar-besarkan. Azure muak akan semuanya, saat di suruh memilih ingin ikut 'Mama atau Papa' dia malah lebih memilih tinggal sendirian dan kembali ke tempat dimana dia lahir. Menikmati kesendirian, tanpa berlarut akan kesedihan, hidup mandiri juga bebas tanpa ada yang mengekang.
Hidup dengan salah satu orangtuanya, hanya akan menimbulkan trauma yang berkepanjangan, dan Azure memilih menyelamatkan mentalitas-nya sebelum melanjutkan perjalanan hidup dalam kesunyian tanpa peluk hangat kedua orang tua yang disayanginya.
Alasan Azure kembali 'Yogyakarta' ya ini, namun ada alasan lain yang menjadi alasan terkuatnya, mengapa ia harus kembali ke tempat kelahirannya.
"Santai aja kali, udah biasa juga gue," katanya kelewat santai. Senyum yang terlihat manis itu dengan perlahan mengembang, sebagai tanda bahwa dia baik-baik saja.
Entah benar Azure memang baik-baik saja, atau malah dia sangat piawai dalam menyembunyikan perasaan rapuh dalam jauh lubuk hatinya, hingga membuat semua teman-temannya percaya.
***
Ga tau, aku selalu bingung nulis part pertama di setiap ceritaku.
Maaf kalo bahasa nya kurang pas, atau banyak typo.
Note: kalo ada kritik dan saran, tolong dikomen, penulis amatir ini masih butuh banyak kritikan juga saran dari kalian.
Thank u, see u soon.
Jangan lupa vote dan komen nya temen-temen.
KAMU SEDANG MEMBACA
1543: I still Love you
Novela Juvenil"Tempat itu, seakan saksi bisu antara aku dan kamu sebelum menjadi kita." Aria, kembali bertemu dengan seorang gadis yang di kaguminya setahun terakhir. Tidak ada yang tahu akan takdir? Mungkinkah ini awalan indah dari semua rasa kagum yang telah be...