END

67 9 3
                                    

Nagisa Kaworu.

Enam bulan sudah berlalu semenjak ia pindah ke sekolah ini. Anak laki laki yang berusia satu tahun lebih tua dariku. Parasnya tampan. Rambutnya putih keabuan. Kedua matanya pun cantik bak sepasang ruby ditengah padang salju. Sebuah definisi dari kesempurnaan dan keindahan. Ya, namanya Kaworu Nagisa.

Kaworu duduk dikelas yang sama denganku dan Asuka. Ia merupakan kakak kembar dari salah satu teman kami, Ayanami Rei, yang sayangnya tidak berada dikelas yang sama dengan kami. Benar, mereka kembar, kalau dilihat sekilas, mereka memang tampak mirip. Warna kedua mata mereka senada, sama sama memiliki kulit putih pucat. Kalau bisa kubilang, Ayanami seperti Kaworu versi perempuan, dan Kaworu seperti Ayanami versi laki laki, yang membedakan hanyalah warna rambut dan aura yang mereka pancarkan saja.
Walaupun menurutku, semakin kulihat mereka, semakin tampak berbeda keduanya. Jelas sekali mereka berbeda.

Meski sudah berjalan enam bulan, adik kembarnya itu masih menyimpan dendam pada Kaworu. Ya, sebuah dendam antara kakak dan adik. Kupikir wajar saja Ayanami seperti itu, ia pindah lebih dulu ke sekolah ini namun ditempatkan dikelas lain karena kelas kami saat itu tidak kekurangan murid, padahal ia sangat ingin berada dikelas yang sama dengan kami. Namun setelah liburan musim panas, satu orang dari kelas ku pindah dan disaat yang bersamaan juga Kaworu datang. Akhirnya sekolah menempatkannya dikelas ini. Aku masih ingat bagaimana marahnya Ayanami ketika mengetahui kakak kembarnya itu mendapat kesempatan untuk belajar dikelas yang sama denganku dan Asuka, ia bahkan tidak mau berbicara dengannya selama dua minggu, atau mungkin lebih?. Mau bagaimana lagi, Kaworu tidak bisa apa apa yah walaupun memang niat awal dirinya pindah ke sekolah ini karena ingin bertemu kami. Jadi, ketika dia ditempatkan dikelas yang sama denganku dan Asuka pun dia senang bukan main. Dia terlalu beruntung.

Bel sekolah berbunyi beberapa kali. Aku tersadar dari lamunan panjang yang membawaku berkeliling ke masa lalu. Lucu rasanya. Lamunan siang hariku diisi oleh Kaworu. Anak laki-laki itu seperti memiliki ruang tersendiri di ingatanku. Ia selalu muncul setiap aku melamun, bahkan dalam keadaan sibuk sekalipun, seperti sekarang ini.

Jam di ponselku sudah menunjukkan pukul dua kurang sepuluh menit. Aku membuka selembar kertas yang ada dimeja. Helaan nafas panjang terdengar. Senyum tipis terlukis diwajahku saat melihat kertas putihku yang dipenuhi coretan pensil. Mengingat bahwa hari ini adalah hari terakhir ujian kenaikan kelas membuatku kembali menghembuskan nafas lega. Libur akhir tahun tinggal menghitung hari.

Sensei mengumumkan waktu pengerjaan tinggal sisa sepuluh menit. Setelah memeriksa beberapa soal terakhir, aku bergegas maju kedepan untuk menyerahkan kertas ulanganku dengan percaya diri.

"Baik, semoga berhasil, Shin-chan!" ucapnya sembari memberikan sebuah kedipan padaku. Aku tersenyum lalu mengangguk sekali. Seraya menyampirkan ranselku ke pundak, aku berjalan keluar dari kelas.

"Shinji-kun." Aku menoleh ke kanan setelah menutup pintu dibelakangku dan mendapati Kaworu yang sedang berdiri sambil menggenggam dua kaleng minuman dingin. Bulir-bulir air menempel di sekeliling kaleng. Beberapa tengah meluncur turun dan membasahi telapak tangan Kaworu.

"Kaworu-kun." sapaku. "Kau menungguku?"

Ia mengangguk sekali dan memberikanku sekaleng minuman dinginnya.
"Ini untukmu. Shinji-kun. Mengerjakan ujian matematika pasti membuat tenggorokanmu kering.. " katanya seraya tersenyum.

Aku mengangguk dan menerima kaleng minuman tersebut, "Kau benar, haha... tenggorokanku sangat kering, ekhem. Terima kasih kaworu-kun .."

Kaleng minuman itu langsung kosong dalam beberapa tegukan.
Dahaga ku langsung hilang. Rasanya begitu menyegarkan sampai-sampai tanpa sadar aku melakukan gestur seperti Misato-san yang meneguk bir nya. Dan, rasanya memalukan sekali saat Kaworu malah terkekeh karenanya. Aku menggaruk pipi dengan jari telunjuk seraya tersenyum canggung karena tidak tau harus ikut tertawa atau pergi dari situ.

A Confessions Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang