32. Extra Chapter

159 76 20
                                    

Eight years later

Seorang pria jangkung terlihat sibuk memasang kancing tuxedo hitam miliknya dengan sebelah tangan. Satu tangannya lagi dipakai untuk menyanggah benda pipih yang terselip di antara telinga dan bahunya.

"Selamat pagi Pak Arghi, saya hanya ingin mengingatkan bahwa satu jam lagi kita akan take off ke Semarang," ucap seseorang di seberang sana.

"Setengah jam lagi saya sampai di bandara,"

Tut

Telepon dimatikan sepihak, lantas pria itu meraih koper hitam miliknya kemudian berlalu keluar apartemen dengan langkah lebar.

Kaki jenjangnya memasuki mobil Merchedez Benz miliknya, dengan sang supir yang sudah siap dibalik kemudi.

"Langsung ke bandara Soekarno Hatta aja ya, Mang. Ngebut aja, saya hampir telat," titah pria itu sembari terus menatap jam tangan rolex miliknya.

"Baik, Tuan." Pak Mamang langsung saja menarik tuas kemudi, mengantarkan bosnya ke bandara.

Bandara Internasional Soekarno Hatta

"Lama banget sih lo, bisa telat nih kita," sinis pria berkulit sawo matang dengan mata sipit ketika melihat sahabatnya baru saja datang.

"Buktinya gak telat kan," jawab pria itu santai.

"Bacot lo, Ghi, ini tuh project penting tahu gak lo?" Kaivan masih mencak-mencak tidak jelas.

Sedang Arghi hanya acuh. Tak lupa Pak Beni, yang kerap disapa pak Ben-asisten pribadi Arghi yang sedari tadi menjadi korban kecerewetan Kaivan.

"Pak Arghi, setengah jam lagi kita akan take off ke Semarang. Sesampainya disana kita langsung ke peletakan batu pertama pembangunan hotel Mega Lintang. Bapak sudah ditunggu," ujar Pak Ben, Arghi hanya mengangguk.

"Lo kenapa ikut sih?" ketus Arghi ke Kaivan. Pria itu lantas menatap manusia jangkung di hadapannya dengan ekspresi tak percaya yang dibuat-buat.

"Lo lupa gue juga terlibat dalam project ini? Gue investor yang menaruh saham paling besar kalau lo lupa," sombongnya.

"Pemilik saham kok tiket pesawat aja minta dibayarin," sindirnya.

Pasalnya, ketika Kaivan tahu mereka terlibat dengan project yang sama, langsung saja Kaivan menghubungi Arghi agar mereka memesan tiket dengan jadwal yang sama. Kai juga meminta Arghi yang membayar tiket kesana, hitung-hitung sedekah katanya.

Kaivan nyengir lebar. "Jangan pelit-pelit pak direktur," ujarnya jenaka. Sedang Arghi hanya memutar bola matanya malas.

Selamat pagi. Boarding untuk penerbangan Adijaya Airlines nomor 36K76 tujuan Semarang akan segera dimulai. Harap semua penumpang melanjutkan ke gerbang C2 dan menyiapkan boarding pass serta ID Anda. Terima kasih.

Announcement dari pengeras suara membuat ketiga orang itu melangkah ke area boarding pass. Setelahnya mereka mengantri untuk naik ke pesawat yang akan membawa mereka ke Semarang.

"Selamat pagi Capt, sepertinya wajah Anda sangat cerah secerah matahari pagi ini," canda Kai ketika mereka berpapasan dengan pilot blasteran Indonesia-Jepang yang akan membawa mereka ke Semarang.

"Selamat pagi, semoga Anda menikmati perjalanan dengan maskapai kami," balas sang pilot tak kalah formal. Lantas ketiganya terkekeh, ganti saling memeluk ala laki-laki sekilas. Tak lupa Pak Ben yang menjabat tangan Hideki.

"Hati-hati Capt nyetir pesawatnya. Ikutin rambu-rambu lalu lintas di atas sana ya,"

"Diam atau gue ceburin lo ke laut?!" Ketus Hideki. Kai ini tidak berubah, hobinya bercanda terus.

Thief Girl [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang