Selamat Membaca
Siapa sangkah bahwa Saga memperlakukan Mora dengan sangat baik selama tinggal di apartemen ini? Membelikan bahan dapur sesuai request Mora dan beberapa makanan yang Saga sukai, cemilan yang tak ketinggalan, satu kamar tidur, baju-baju sopan dan segala perlengkapan tubuh, alat mandi, pada intinya Mora tak berkekurangan di tempat ini.
Andai sejak dulu ia menemukan sosok Saga yang memiliki uang dan kepekaan yang setara seperti ini. Pasti hidup Mora tak pernah melihat apa itu susahnya kehidupan. Bahkan orang tua Mora saja tak memperlakukan Mora sebaik ini dan selalu berceramah jika Mora menghabiskan banyak uang. Rasanya ingin sekali menjadi anak angkat Saga.
"Kenapa lo senyam-senyum?"
Wajah Mora seperti ditumpahi bara api saat mendengar kalimat tersebut, ia sedang menyiapkan makanan di meja makan saat pemilik apartemen telah kembali dari kantor.
Sangat memalukan.
Mora menggeleng tak tahu harus mengatakan apa.
"Besok lo harus kuliah lagi." Saga mengambil salah satu tempat duduk di meja makan. Sudah menjadi kebiasaan Saga untuk kembali ke apartemen saat jam 9 malam untuk merasakan masakan yang tersedia di meja makan. Biasa Saga akan pergi ke rumah William yang jaraknya sekitar sejam dari kantor untuk merasakan makanan gratis dan enak. Namun, setelah ada Mora di apartemennya, ia sudah betah kembali ke sini.
"Ta-,"
"Gue yang anter-jemput, gak usah banyak alasan." Potong Saga seraya mengambil berbagai jenis makanan yang tersedia di meja makan. "Tadi pagi gue liat teman lo telpon, gue angkat. Lo udah bolos kuliah selama dua Minggu lebih." Jelas Saga singkat membuat Mora mendengus malas. Ayolah, Mora tidak butuh kuliah.
Mora mengambil posisi di depan Saga yang mulai menyuapkan nasi ke dalam mulut. "Bukan apanya, tapi gue rasa, gue tuh salah jurusan, kak. Gue gak suka kuliah."
"Apa yang buat lo gak suka kuliah?" Tanya Saga serius, sudah seperti seorang Ayah yang marah kepada putrinya.
"Gak cocok sama jurusan." Jawab Mora sedikit ragu. "Gue bodoh, selalu dikeluarkan dari kelas, nilai gue banyak yang anjlok."
Saga berhenti mengunyah dan meletakkan sendoknya, meminum sedikit air, ia fokus menatap Mora. "Alasan lo dikeluarkan dari kelas?"
Dengan ragu Mora menjawab, "Gak sengaja tidur di kelas, pernah juga karena ketahuan mabar pas teman lagi presentasi."
"Lo sering begadang?"
"Enggak, kok. Cuma teman-teman gue sering ngajak clubi-," Mora mengalihkan arah pandang matanya saat merasa bahwa hal tersebut tidak seharusnya ia ungkit.
Saga mencoba sabar mendengarkan gadis itu mengungkap aibnya sendiri. "Kenapa nilai lo anjlok?"
Mora mengerucutkan bibirnya lalu berkata, "Gue sering gak kerja tugas. Gue gak ngerti lagi sama mata kuliah di semester tiga ini, susah menurut gue."
Saga menggeleng frustrasi. Saga pikir Samira adalah anak paling malas jika menyangkut tugas, ternyata ada yang lebih parah. "Mora, tugas-tugas yang dikasih gak akan susah kalau lo mengikuti pelajaran dengan baik, lo simak penjelasan dosen dan teman lo kalau lagi presentasi, jangan tidur di kelas dan jangan mabar segala."
Saga melanjutkan acara makan yang sempat tertunda.
"Besok lo masuk kuliah lagi."
Hufffhh!
Mora menghembuskan napas malas. Baru saja ia memuja-muja Saga, eh sekarang jiwa nyebelin om-om ini sudah keluar saja.
"Kak, boleh nanya, gak? Usia lo sekarang berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tendensi
Любовные романыKawasan 21+ Ini cerita tentang Saga. Saga yang pernah terjebak dalam rasa cinta yang 'keliru' hingga merenggut nyawa salah satu adiknya hingga akhirnya ia bertemu seorang figur yang mampu membuat Saga kembali memiliki dunia yang pernah hancur di baw...