Chapter 4: Guardian Suci

53 9 1
                                    

Elaine mengeratkan genggaman pada sapunya. Pada pandangan pertama, Elaine terpaku pada sosok lelaki yang tengah serius berdoa di depannya. Kepala di tundukkan, tangan di satukan dan mata yang terpejam rapat. Benar-benar fokus hingga tidak mengabaikan kehadiran Elaine yang masih setia berdiri di depan pintu.

Jadi kira-kira seperti itulah sosok guardian suci yang selama ini di agung-agungkan. Bahkan dari aura yang dia pancarkan saja, Elaine sudah tahu seberapa kuat orang ini. Penampilan sederhana namun terlihat suci, benar-benar cocok di sandingkan dengan gelar suci yang di anugerahkan Kekaisaran. Elaine kagum, bahkan hanya dengan melihat punggung lelaki itu, Elaine bisa tahu seberapa berat tanggung jawab yang dia emban.

Sebenarnya Elaine tidak berniat untuk menyapa, namun ketika dia membalik badan untuk pergi, suara lelaki itu menghentikan niatnya.

"Kamu, ada keperluan apa?"

Elaine berbalik dengan cepat dan beradu tatap dengan lelaki berambut perak itu. Nampaknya lelaki itu sudah menyadari kehadirannya sejak awal. Lidah Elaine sedikit kelu, apalagi di tatap oleh orang yang merupakan penjaga suci di Kekaisaran. Bagi nya, posisi itu adalah suatu hal yang luar biasa. Meskipun Elaine bangsawan dan di besarkan sebagai calon putri mahkota, Elaine tetap saja merasa hormat pada orang-orang tertentu seperti ini. Baginya saat ini dirinya tidak layak dan tidak pantas untuk hanya sekedar menatap. Mungkin ini adalah salah satu efek aura dominan yang di keluarkan oleh lelaki itu.

"Uh, aku hanya ingin menyapu, sudah tugas ku." Ujarnya menunjuk dedaunan yang berserakan di atas lantai.

Lelaki itu mengikuti arah yang di tunjuk oleh Elaine, lalu menyunggingkan senyum tipis. "Aku bisa membantumu kalau kau mau."

Tercengang beberapa detik, Elaine segera menarik kembali kewarasannya, "eh tidak perlu, anda bisa beristirahat saja. Saya dengar anda baru menyelesaikan tugas dari Kekaisaran dan mampir untuk istirahat disini. Jadi sebaiknya anda segera kembali ke kamar untuk istirahat."

Namun tanpa pernah dia duga, lelaki itu berjalan mendekatinya dan mengambil alih sapu di tangannya. "Bukan berarti ini pertama kali aku kesini. Aku datang bukan hanya untuk istirahat dan di layani."

"Tapi ini sudah tugas saya! Anda tidak perlu repot-repot."

"Seperti nya kau terlalu menghormati aku hanya karena aku seorang guardian." Lelaki itu nampak tidak senang, "semua orang yang datang kesini memiliki status yang sama, tidak ada perbedaan antara rakyat biasa, bangsawan ataupun guardian. Jadi bukan hal aneh jika aku membantumu, karena kebetulan aku juga ada disini."

Memang benar apa yang di katakan lelaki itu, tapi ini semua terlalu tiba-tiba untuk nya!

Tanpa mengatakan apapun, lelaki perak itu mulai menyapu bagian Elaine, tidak menghiraukan Elaine yang sudah kembali menyerukan protes.

Pada akhirnya Elaine terpaksa mengalah dan memilih untuk membantu orang keras kepala ini. Biar bagaimanapun juga, ini merupakan sebuah keuntungan untuknya, sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk bekerja. Dan orang ini juga tidak keberatan membantunya, lalu mengapa dia harus sungkan?

Setelah menyapu sampah-sampah dedaunan, mereka mulai menyirami tanaman di sekitar kuil. Beberapa percakapan kecil mulai terlontar, hingga tanpa sadar berubah menjadi sebuah obrolan seru. Hanya sebentar saja kedua orang itu menjadi akur dan kompak, membicarakan banyak hal yang seru berdua.

Di mulai dari bagaimana kuil ini di bangun, bagaimana perasaan mereka selama berada di sana, para pengurus kuil yang mereka sukai, merambat hingga makanan favorit mereka dan hewan-hewan lucu di belakang asrama.

Tidak terasa keduanya menyelesaikan pekerjaan mereka dan kini berjalan beriringan menuju asrama.

Elaine dalam hidup nya tidak pernah membayangkan akan berteman dan mengenal guardian yang seakan berada di alam berbeda dengannya. Hal seperti ini terasa baru untuk nya, asing namun menyenangkan.

The Holy GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang