Chapter 7: Kembali Ke Akademi

25 5 1
                                    

Sikap Elaine berubah menjadi lebih baik. Bisa di bilang, setelah kembali dari kuil dua minggu terakhir, gadis itu terlihat lebih bebas seakan terlepas dari suatu belenggu yang mengekangnya.

Dan kini untuk pertama kalinya sejak kembali dari kuil, Elaine menginjakkan kaki nya lagi di halaman akademi. Akademi tampak sama saja seperti terakhir kali dia pergi, tapi yang berbeda adalah dirinya. Elaine tidak lagi sama seperti dirinya yang waktu itu.

Dengan raut wajah penuh percaya diri, Elaine melangkahkan kaki memasuki gerbang akakademi. Segala hal berjalan lancar. Elaine menemui ketua akademi untuk melaporkan kedatangannya kemudian bergegas pergi ke asrama untuk beristirahat. Selama perjalanan menuju asrama, Elaine memang sedikit menjadi pusat perhatian. Dia mengerti, ini karena dia yang tiba-tiba pergi meninggalkan akademi selama dua minggu tanpa sebab. Pastinya murid lain akan bertanya-tanya mengapa dia melakukan itu? Apa yang terjadi? Dan apa yang tengah dia lakukan hingga mengambil libur?

Dia yakin setelah ini pasti para penggosip di akademi akan menjadikannya sasaran empuk selama satu bulan ke depan.

Tapi biarlah. Elaine tidak cukup peduli dengan hal itu. Bahkan dia yang tidak melakukan apapun saja tidak pernah absen menjadi topik hangat dalam bergosip, jadi dia tidak terlalu mempedulikan hal-hal remeh semacam itu lagi.

Setelah menghabiskan waktu untuk beristirahat sejenak, Elaine memeriksa jadwal. Dia ada kelas sejarah sore ini. Otomatis mau tidak mau dia harus menghadiri kelas jika tidak ingin nilai jelek.

Setelah memastikan perlengkapan untuk menghadiri kelas sudah lengkap, Elaine segera bersiap. Jika dia ingin menjadi seorang Guardian Suci, maka dia tidak boleh mengeluh dalam belajar. Karena nilai pelajaran juga berdampak besar dalam kualifikasi penilaian. Nilai pelajaran menjadi poin penting, karena karakter seorang calon Guardian akan terlihat melalui nilainya. Jika nilainya bagus, itu menunjukkan bahwa calon tersebut memiliki semangat dalam menggapai sesuatu dan belajar giat berarti memahami banyak ilmu. Hal seperti itu sangat penting sebagai karakter yang dimiliki untuk seorang Guardian.

Waktu berlalu hingga tibalah saat kelas sore akan di mulai. Elaine tiba tepat waktu, lima belas menit sebelum master datang. Begitu memasuki ruang kelas, ada beberapa murid yang sudah hadir lebih awal. Kira-kira sekitar tujuh orang. Mereka sudah memilih kursi mereka, rata-rata memilih untuk duduk di depan. Elaine yang biasanya datang sedikit terlambat pun mengerti, mereka yang datang lebih awal pasti mengincar kursi paling depan.

Meskipun datang terlambat, tapi Elaine selalu dapat kursi di depan. Mengapa? Karena dia selalu menargetkan untuk duduk di sebelah putra Duke Lestern, Azriel Lestern. Sebagai putra Duke yang berkuasa, Azriel menerima perlakuan khusus dimana dia akan selalu duduk di kursi depan tanpa ada satupun orang yang berniat untuk mengganggunya.

Namun meskipun begitu, ada banyak orang yang ingin jadi teman duduknya. Kebanyakan para perempuan yang ingin cari muka. Mereka semua akan berebut untuk duduk di sebelah Azriel yang sama sekali tidak peduli siapapun teman duduknya.

Biasanya, Elaine akan datang belakangan dan merebut tempat yang mereka perjuangkan itu. Dengan statusnya sebagai tunangan putra mahkota, tidak ada yang berani menentangnya. Tapi meskipun begitu setiap hari mereka akan melakukan hal yang sama, berebut untuk duduk di sebelah Azriel sampai Elaine datang. Dengan harapan suatu hari Elaine tidak bisa menghadiri kelas dan itulah menjadi kesempatan mereka untuk duduk di sebelah Azriel dan membuat Duke bersifat kaku tersebut mau melirik mereka.

Elaine sendiri memilih duduk di sebelah Azriel dengan tujuan yang sama, ingin cari muka. Karena mereka satu kelas, Elaine berpikir akan lebih mudah merayu Azriel untuk berada di pihaknya. Namun meski begitu Azriel tidak pernah menanggapinya. Menganggapnya ada pun tidak pernah. Elaine benar-benar di abaikan total, sekeras apapun Elaine mengajaknya untuk bicara.

Biasanya setelah kelas berakhir, Sizey akan datang untuk menjemputnya. Disitu Azriel yang berwajah kaku akan tersenyum begitu lembut dan hangat. Mereka seakan melupakan kehadiran Elaine yang ada di sana, menahan rasa geram karena perubahan sikap yang signifikan itu. Saat dengannya Azriel mengacuhkan nya dengan dingin, namun saat Sizey datang dia berubah menjadi lelaki paling hangat dan murah senyum, hanya untuk perempuan itu.

Lalu saat dipikir-pikir lagi, Elaine mengakui bahwa dia sangat bodoh. Elaine mengaku malu dengan dirinya di masa lalu, yang seakan rela melakukan apapun untuk merebut kebahagiaan Sizey, meskipun akhirnya dia justru terlihat murahan dan menyedihkan.

Dan setelah kembali dari kuil dan mendapatkan pencerahan, mana mungkin Elaine akan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya?

Dengan memantapkan tekad, Elaine mengabaikan beberapa murid yang sudah mulai berdebat untuk kursi dan berjalan melewatinya. Sontak hal itu mengundang bisik-bisik dari mereka yang tengah berkumpul. Elaine bahkan bisa merasakan Azriel sedikit melirik nya. Mungkin lelaki itu merasa heran mengapa Elaine tidak berulah seperti sebelumnya.

Hoho, Elaine sudah mendapatkan pencerahan dari Arshan, mana mungkin dia akan melakukan hal yang sama lagi. Setelah merenung sejenak, Elaine akhirnya memutuskan dimana dia harus duduk. Dengan senyuman, Elaine duduk di sebelah seorang gadis pendiam yang terlihat sangat terkejut dengan kehadirannya.

Gadis itu terlihat kikuk dan wajahnya panik, tapi Elaine tetap memasang senyuman cerah dan melambai kecil, "Hai, teman sebangku."

Gadis itu gagap dan tampak megap-megap seperti ikan yang di lempar ke darat. "Apa kau baik-baik saja?"

"Ke--kenapa anda duduk di sini? Bu--bukannya tuan Azriel di depan sana?" Bahkan suaranya pun bergetar.

"Iya aku tahu." Elaine terkekeh kecil melihat reaksi gugup itu.

"Lantas mengapa..." Wajahnya memucat, "Apakah saya berbuat salah?"

"Oh tidak kok!" Buru-buru dia menyangkal, "aku hanya bosan duduk di depan, jadi aku memilih untuk duduk di belakang. Karena Yuna adalah murid netral yang tidak membenciku, aku memilih untuk duduk dengan Yuna."

Yuna Misferia. Dia putri dari keluarga Count Misferia. Keluarga itu terancam bangkrut tiga tahun ini karena gagal panen yang berulang kali terjadi, itu sebabnya mereka serba kekurangan. Sejak awal Yuna adalah anak yang pendiam, dia tidak pernah peduli dengan hal-hal yang terjadi di Akademi. Hanya sekedar tahu, bukan mengurusi. Yuna adalah salah satu murid netral yang tidak peduli pada masalah Elaine, putra mahkota dan Sizey. Baginya itu sama sekali bukan urusannya. Jadi dia tidak pernah betul-betul memihak dan membenci. Karena itu Elaine memilih untuk duduk dengan Yuna saja. Dia merasa lebih aman.

"Ta--tapi--"

"Yuna merasa tidak nyaman ya?" Elaine memasang ekspresi sedih, semakin membuat Yuna gelagapan. "Ti--tidak sama sekali!"

Yuna itu kutu buku. Dia jarang berinteraksi dengan orang-orang bahkan teman sekelas. Karena itu dia tidak punya teman. Apalagi soal masalah keluarganya, banyak murid yang memilih menghindar dan mengabaikan nya. Hal itu mungkin yang menyebabkan dia menjadi orang yang gugup dan penakut.

Yuna itu tidak mau mencerca orang, juga tidak mau di cerca. Dia tidak mau menyakiti orang, juga tidak mau disakiti. Mungkin itu sebabnya Elaine memilih Yuna, yang bukan siapa-siapa, sebagai teman pertamanya setelah berubah menjadi lebih baik.

"Kalau begitu mohon bantuannya." Elaine tersenyum cerah, tanpa permisi meraih kedua telapak tangan berkeringat Yuna dan menggenggamnya erat.

Yuna terlihat seakan mau pingsan karena ini adalah pertama kalinya ada yang sudi menggenggam tangannya.

Elaine tertawa. Bagus, dia sudah berhasil mendapat teman.  Mungkin kedepannya kehidupan akademi Elaine akan semakin seru.

TBC

Update lagi nih.
Jangan lupa vote dan komen ya biar aku semakin semangat nulisnya. Makasih juga buat yang sudah baca.

Sampai jumpa di next chapter!

The Holy GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang