Chapter 2: Segalanya Begitu Sempurna Sebelum Hari Ini

36 7 0
                                    

Awal mulanya semua berjalan sesuai keinginan Elaine. Di umur keenam tahun dia menjadi salah satu kandidat yang akan di tunangkan dengan putra mahkota. Bersama kelima gadis kecil lainnya, Elaine bersaing menjadi yang terbaik dalam segi apapun. Sejak kecil dia harus mempersiapkan diri untuk menjadi permaisuri yang baik di masa depan.

Masa-masa kecil Elaine di habiskan dengan belajar ini itu, melakukan ini itu, dan selalu di tanamkan pemikiran untuk sempurna dalam segala aspek. Siapapun yang melihat gadis itu, merasa bangga dan ikut senang karenanya. Memangnya siapa yang tidak ingin menjadi putri Mahkota dan di tunangkan dengan calon penerus tahta dan satu-satunya ahli waris Kekaisaran?

Elaine melakukan yang terbaik. Dia belajar dengan giat, berlatih dengan sungguh-sungguh, mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Kedua orang tua Elaine memujinya, para pelayan menyukainya. Bahkan para penduduk wilayah Winksens juga mengenalnya dan menyukainya.

Meskipun di penuhi dengan ambisi menjadi yang terbaik, bisa di katakan masa kecil Elaine menyenangkan.

Di beberapa kesempatan Count berhasil mengatur pertemuan nya dengan putra mahkota. Elaine melakukan yang terbaik untuk menjamu dan menyenangkan sang ahli waris. Hasilnya benar-benar sesuai harapan. Putra mahkota Eric juga senang padanya. Sejak itu pertemuan antara dirinya dan Eric di atur begitu saja atas keinginan keduanya, bukan lagi berkat Count. Eric senang berkunjung ke kediaman milik Elaine, begitu pula Elaine yang senang menyempatkan waktunya untuk datang ke istana dan bermain dengan Eric.

Pada akhirnya keduanya bersahabat dan tumbuh besar bersama. Masa kecil mereka di habiskan bersama-sama. Elaine semakin percaya diri bahwa dialah yang akan di pilih menjadi tunangan pangeran, mengingat betapa dekatnya mereka sekarang.

Namun meskipun begitu, Elaine tidak berhenti untuk terus mempersiapkan dirinya agar yang menjadi yang terbaik dan layak bersanding dengan Eric di masa depan. Mungkin Elaine tidak terlalu menunjukkan di depan Eric bahwa dia berminat, tapi di belakang Elaine benar-benar berusaha keras.

Beberapa kali pelajaran membuatnya mimisan, namun dia tidak menyerah untuk belajar. Elaine masih kecil, namun sudah di haruskan untuk mengetahui dan ikut membantu mengelola keuangan agar ketika dia menjadi permaisuri, Elaine bisa mengelola keuangan dengan baik.

Sejujurnya Elaine tertekan, namun di sisi lain juga menikmati nya.

"Apa kau sakit Ele?" Eric pernah bertanya dengan nada penuh kekhawatiran padanya.

Elaine menampilkan senyuman lembut, "aku hanya kelelahan belajar, bukan masalah besar. Ini kewajiban ku."

Eric menunduk sebentar sebelum berdiri dari kursinya dan menghampiri Elaine. "Kau harus istirahat, jangan belajar terlalu keras. Aku paham rasanya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu."

"Aku mengerti. Aku akan istirahat nanti."

Eric menggeleng cepat, "jangan nanti. Aku tahu kau lelah dan kurang tidur. Aku bisa melihat kantung matamu."

Tanpa sadar Elaine menyentuh kantung matanya, "apakah sejelas itu?"

"Tentu saja. Itu berwarna hitam."

Mendadak Elaine merasa cemas, "maafkan aku karena menampilkan penampilan yang tidak pantas ini dihadapan mu Eric."

Eric mendengus geli, "kau pikir aku peduli? Meskipun penampilan mu acak-acakan, itu tidak masalah untukku."

"Tapi kau putra mahkota! Ini tidak sopan."

"Dan kau adalah sahabat ku, juga kandidat pasangan ku. Aku tidak peduli bagaimana penampilan mu di depan ku. Lagipula hanya aku yang bisa melihat, tidak perlu malu dan jangan terlalu formal."

The Holy GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang