|20| Pertikaian Kecil

11 2 0
                                    

Halo semuanya 👋

Sudah siap untuk baca?

Eitts, jangan lupa vote, komen, dan follownya ya

Terima kasih

Selamat membaca

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter XX

| Pertikaian Kecil |

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇





Di satu ruangan yang mendapat pencahayaan remang, lima orang siswa tengah terdiam dengan pemikiran masing-masing. Satria dari tadi menatap Tedy yang mengutak-atik handphone, Davin dan Ian memejam mata, sedang Sadam duduk di kursi masih dengan posisi melipat tangan. Namun, pandangan lelaki itu tertuju ke bawah.

"Yahhh, sinyal buruk banget!" Tedy menggoyangkan handphone ke atas.

Bersamaan dengan itu, Ian membuka mata. Merasa tubuhnya mulai membaik dan segar, lelaki berkacamata ini mengedarkan pandangan. Ia menatap teman-temannya yang memasang muka murung. Lantas, ia bertanya apa yang terjadi.

Davin menoleh mendapati sang teman mulai beranjak dari meja. Langsung ia menjawab segala kronologi dari mereka di kelas hingga sampai di gedung D ini. Sontak penjelasan Davin membuat Ian membesarkan bola mata.

"Ya ampun! Jadi, gimana kita ini? Sekarang gak bisa keluar?" Kepala Ian bergerak ke arah Satria. Satria pun menggeleng lemah dengan tatapan sayu.

"Waduh! Kita harus mikir ini, gak bisa kayak gini terus!" kata Ian mengeluh sambil mondar-mandir. Tingkahnya membuat Tedy berdecak kesal.

"Ck! Bisa gak duduk anteng? Dari tadi aku coba nelpon abangku ini!"

Ian membalas kekesalan Tedy dengan tatapan sinis. Ia bersedekap seraya memiringkan kepala.

"Anteng kau bilang? Davin bilang, kita sudah satu jam lebih di sini! Itu artinya, kita sudah lama dan kalian gak ada pergerakan atau rencana semacamnya gitu?!"

Entah mengapa emosi mulai membara di ubun-ubun Tedy kala mendengar keluhan Ian. Lelaki itu bangkit berdiri, berjalan cepat ke arah Ian lalu menarik kerah baju Ian. Rahang Tedy sudah mengeras, tatapan lelaki itu kian menajam.

"Lama kau bilang? Kalau bukan kau yang kesurupan dan lari ke sini, kita semua gak bakalan ada di ruang ini!"

Seketika Ian terdiam. Pandangan lelaki berkacamata itu menurun, tak menatap sang teman. Alhasil nuansa hening menyelimuti suasana di dalam ruang itu. Tak berselang lama guntur dan petir mulai beradu di langit, disusul rintik-rintik air hujan.

"Sudahlah. Tidak ada gunanya kalian bertengkar." Giliran Sadam mengambil alih.

Lelaki berompi hitam itu bangkit dari duduk. Ia berjalan pelan mendekati kedua temannya. Setibanya di depan dua anak adam tadi, Sadam melepas cengkeraman tangan Tedy di baju Ian. Kemudian ia menatap dua temannya itu bergantian dengan tatapan datar.

SIURUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang