"Sumpah enak banget?"
Gendhis mencoba suapan pertama puding telur yang telah Harsa pesan 5 menit lalu.
"Iya kan? Mnimal seumur hidup sekali harus makan ini di sini dhis."
"Hahhahaha alay lo."
"Yeee bener kan tapi."
Gendhis mengangguk setuju dan melanjutkan makannya dengan lahap. Tidak butuh waktu lama, satu piring sudah bersih dilahap.
"Langsung balik?" Tanya Harsa.
"Iya sa, gua bawa mobil kok."
Harsa mengangguk dan ikut berdiri saat Gendhis hendak membayar pesanan mereka.
"Gua aja yg bayar." Harsa langsung memberi uang cash kepada bapak penjual puding telur sebelum Gendhis membuka dompetnya.
"Eh ga usah sa-"
"Iya nanti gantinya lu yg nraktir gua, gimana?"
"Eh?"
"Gimana?"
"Hhmm oke, kabarin aja kalo lu free ya." Gendhis berfikir sejenak sebelum menyetujui tawaran Harsa.
Gendhis segera pamit karena mengingat tugas dan project kuliahnya yang menumpuk.
••••••••
"Sebentar banget."
Gendhis memasuki ruang keluarga setelah selesai memarkirkan mobilnya di garasi.
"Kan gendhis bilang sebentar ma."
"Sebentar kamu kan minimal sampe jam 10."
"Hahahaha, ngapain lama lama di pasar."
"Mana titipan mama? ada yang bagus ga?"
Gendhis bersemangat mengeluarkan barang yang sudah ia beli dari dalam tasnya.
"Ma..."
"Kenapa?"
"YANG GENDHIS BELI KETINGGALAN MA!!"
Sang mama hanya menggeleng tak heran, sementara Gendhis masih sibuk mencari keberadaan aksesoris yang telah ia pilih secara teliti tadi.
"MAA BENERAN GA ADA!!"
Gendhis berlarian ke mobil untuk mencari barang yang hilang namun hasilnya nihil.
"Inget pelan pelan kamu tinggal di mana tadi." Ucap sang Mama membantu menenangkan Gendhis.
Gendhis berusaha mengingat kemana jinjingan kresek putih yang seharusnya ia simpan ke dalam tasnya karena ukuran belanjaannya yang tidak terlalu besar.
Harsa...
••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND(ly)
RandomBackground pada cover akan selalu berubah, bertambah, atau berganti warna sampai Asmarani Gendhis tahu apa arti dari setiap kata yang bertambah menjadi kalimat ini dibuat. I can't describe a lot here, happy reading