Harsa

3 0 0
                                    

Minggu pagi waktunya bersantai dan bangun siang, Gendhis melakukan hal itu dengan baik, bangun pukul 11 siang pada saat libur adalah kebiasaannya.

Namun karena hari ini ia memiliki rencana untuk membeli beberapa aksesoris yang sebelumnya telah ia lihat pada video TikTok alias teracuni, ia berfikir harus membelinya.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk bersiap, ia sudah rapih dengan polo shirt pendeknya yang agak crop dan celana kulot jeans yang panjangnya hanya sampai betis, outfit hari ini cukup simple karena ia hanya pergi ke pasar Santa yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

"Sama siapa dhis?" Tanya sang Mama saat Gendhis sudah menginjakkan kakinya di dapur untuk izin keluar.

"Sendiri ma, cuma ke Santa kok sebentar, Gendhis bawa mobil ya, panas naik motor."

"Yaudah hati-hati, kalo ada yang lucu beliin mama juga ya."

Gendhis mengangguk dan segera keluar rumah karena tidak ingin kesorean dan berdesakan dengan banyak orang di pasar, terlebih ini hari minggu.

Tidak butuh waktu lama, 10 menit Gendhis sudah sampai ke tempat tujuannya, sekarang ia akan memfokuskan diri untuk membeli aksesoris saja, bukan yg lain.

"Hai? Gendhis?"

Sedikit terkejut, tidak, tidak sedikit maksudnya. Lelaki yang baru saha menyapa Gendhis itu Harsa!

"Eh? Harsa?"

Saat sedang memilih beberapa cincin dan gelang yang terlihat menarik di matanya, ia dikejutkan oleh suara yang sangat ia kenali, bahkan kagumi.

"Kebetulan banget ketemu, lagi cari apa di sini?" Gendhis melanjutkan omonganya karena tidak ingin terlihat terlalu kaget.

"Ga tau sih, liat liat aja, kebetulan yang punya toko ini juga temen gue, lo cari apa? sendirian?" Balas Harsa sambil tersenyum dan memberikan pertanyaan beruntun.

Tidak, Gendhis tidak mungkin pingsan di tengah pasar ini karena baru saja Harsa tsersenyum sangat manis bukan?

"Eh iya? hahahha gue keracunan tiktok, jadi penasaran aja, gelangnya lucu lucu banget."

"Sendiri?" Harsa mengulang pertanyaannya yang tidak di balas oleh Gendhis, maklum saja, gerogi.

"Iya, lo?"

"Sama."

Sudah, selesai ber basa basi yang sangat basi itu selesai, mereka melanjutkan kegiatanya masing-masing. Walau sepertinya Gendhis tidak bisa fokus lagi karena Harsa.

"Jadi beli yang mana aja dhis? Biar gue bantu tawar ke temen gue, lumayan kan hahahaha." Harsa mendekati Gendhis lagi setelah selesai membayar barang yang ia beli.

"Emm kayanya ini aja deh, biar gua aja yang tawar, Harsa."

"Gapapa, sini." Harsa mengambil semua barang yang ada di genggaman Gendhis dan membawanya ke penjual yang memang terlihat akrab dengan Harsa.

"Total berapa bro?"

"Emm, dua ratus, sa."

"Mahal banget, yang beli cantik tuh, masa ga di diskon ben." Balas Harsa sambil melirik Gendhis yang menunggu aksi tawar menawar.

"Hahaha sial, yaudah 180."

"Masih mahal anjing."

"Nawarnya maksa banget setan, 160 mentok."

"150, gua beliin teh solo sama ketoprak."

"Lu kira toko gua toko apaan bisa ditawar sama teh solo, yaudah."

Setelah perdebatan panjang itu dan Harsa berhasil menawar, akhirnya Gendhis menerima barang yang ia beli dan membayarnya.

"Thankyou ya, sa."

"Iya santai aja dhis, lu mau langsung cabut?" Tanya Harsa.

"Ehm iya sih kayanya."

"Ga mau makan dulu? udah pernah cobain puding telur di sini belum?"

"Gua baru pertama kali kesini, baru denger ada puding telur."

"Nah cocok, ayo mau ga?"

"Lu ga ada planning lain emangnya?"

"Apa?"

"Ya kemana gitu abis ini?"

"Free, makanya gue ngajak lo."

"Yaudah ayo." Gendhis menerima tawaran Harsa dan berjalan mengikuti Harsa dari belakang.

*******

Harsaya Pramadipta nama lengkapnya. Lelaki bertubuh jangkung dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, tidak terlihat cupu, malah menjadi ciri khas kalau lelaki yang bertubuh tinggi, hidung mancung, dan kacamata dengan frame tipisnya adalah seorang Harsaya.

Tipikal lelaki yang suka membaca buku, namun tidak terlihat seperti kutu buku. Buku yang dibacanya juga bukan buku pelajaran atau buku mata kuliah yang ditempuhnya, melainkan novel sejarah, reformasi, atau buku yang ditulis oleh penulis terkenal pada masanya.

Itulah yang membuat Asmarani Gendhis sangat memuja lelaki tampan namun berisi otaknya dan terlihat seksi di mata Gendhis.

Mereka bertemu saat satu kelompok masa ospek kampus, dan Gendhis jarang melihat Harsa lagi semenjak masa ospek selesai karena mereka memang beda fakultas. Gendhis ilmu komunikasi, dan Harsaya ilmu budaya.

Namun beberapa kali Gendhis melihat keberadaan Harsa saat acara kampus, Harsa memang aktif ber-organisasi, tidak seperti Gendhis yang memilih menjadi kupu-kupu walau beberapa kali mengikuti kepanitiaan itupun karena dipaksa.

Mereka melanjutkan pertemanannya dari teman kelompok, menjadi teman instagram, beberapa kali saling me-reply story, hanya itu sih, tapi Gendhis menganggapnya spesial.

******

FRIEND(ly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang