4. A day filled with Vania's anger

93 3 0
                                    


Saat mereka tengah sibuk menyiapkan makanan,bell rumah Jihan kembali berbunyi.

“buka sana Van!” perintah Biru.

“lo aja kenapa sih” Vania malah kembali menyuruh Biru.

“lo kan lebih deket”

“heh, kalo dihitung pake rumus piythagoras, lo yang paling deket ege”

“ya udah kita hitung aja”

“kelamaan banget si kalian, biar gue aja” putus Caema setelah malas mendengarkan keributan Vania dan Biru.

“makanya jangan ribut mulu, bangunkan singanya” kompor Jihan.

“mending sekarang kalian hitung pake rumus pythagoras, siapa yang paling deket sama pintu” ejek Hida dengan tawanya yang membuat Jihan ikut tertawa.

Sedangkan disisi lain.

“ehh bunda kok udah sampe aja sih” Ucap Caema sambil mencium punggung tangan Bundanya Hida.

“iya dong,biar kalian gak nunggu lama”Ucap Bunda Hida sambil mengelus lembut kepala Caema.

“masuk aja bun, yang lain lagi diruang tv nyiapin makanan”

Mereka pun menuju ruang tv.

“kok cepet banget, bun?” Tanya Hida dengan memakan satu sendok kwetiau.

“bunda beli ayamnya ditempat biasa”

“bunda habis dari mana emangnya?” tanya Jihan.

“habis dari butik, terus kepikiran kalo hari ini jatah kalian kumpul”

“makanya bunda niat mau beliin cemilan sekalian mau bilang sama Hida kalo bunda besok gak dirumah” sambung bunda Hida.

“bunda mau kemana lagi?” tanya Hida.

“besok bunda mau ke temu klien sekitar satu bulan disana, soalnya mau jalan-jalan juga, bosen ketemu Hida terus dirumah” jawab bunda Hida dengan candaan.

“kita ada rencana  pengen pergi tanpa Hida juga, bun”jawab Biru dengan tawa kecilnya.

“ohh jadi gitu ya? Jadi cuman sampe sini ni perteman kita” Vania, Jihan, dan  Biru memasang wajah jijik setelah mendengar perkataan Hida.

“okedeh. Selamat tinggal, usai sudah kita disini” sambung Hida.

“Da, sumpah jangan drama deh, yang ada gue usir dari sini” Ujar Jihan sambil menepuk punggung Hida lumayan keras.

“usir juga gak papa Han” setuju bunda Hida yang dari tadi hanya diam saat gadis-gadis didepannya mengejek anaknya.
“bun, sebenarnya aku apa mereka sih yang anak nya bunda” rengek Hida.

“kalo bunda jawabnya kamu bukan anak bunda gimana?”

“kemungkinan sih Hida memang bukan anaknya bunda, bun. Soalnya beda banget gitu” bukannya Hida yang menjawab justru Biru yang menjawab.

“bunda nemu Hida dimana bun?” tanya Vania setelah selesai mempersiapkan makanan.

“bunda juga kurang inget sih”

“bunda kenapa mau mungut Hida sih bun, Hida itu kalo disekolah sering dihukum lo bun” kompor Jihan.

Hida yang merasa mulai dibully oleh sabat dan bundanya memasang wajah marah dan memilih mendekat Caema untuk meminta pembelaan.

“Ca, lihat deh masa pada bully gue” rengek Hida pada Caema yang dari tadi hanya diam sambil menyomot makanan yang disiapkan Vania.

“kan memang bener, Da” oke Hida merasa kalah, sebab Caema langsung mengultinya.

ineffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang