8. Teman Baru Alara

3 0 0
                                    

Pukul setengah satu malam, Diva mendengar deru mobil memasuki pekarangan rumah. Dirinya yang sejak tadi gelisah, kini bergegas keluar menyambut suaminya pulang. Diva tidak bisa tidur setelah melihat kemarahan di raut wajah suaminya sebelum pergi.

"Mas!"

Mas Ghibran yang baru saja masuk terkejut melihat Diva yang datang menghampiri. Perempuan itu tidak mendengarkan perintahnya untuk segera tidur. Mas Ghibran menatap tajam ke arah Diva.

"Kenapa tidak menurut dengan ucapan saya?"

"Mas... Diva khawatir Mas Ghibran belum pulang." Kata Diva halus.

"Sudah saya katakan untuk tidak menunggu."

"Tapi Diva mau. Diva mau menunggu Mas Ghibran pulang." Bela Diva.

"Sebelum pergi, Mas Ghibran belum makan sama sekali. Diva kepikiran dengan kondisi Mas Ghibran."

"Diva,--"

"Mas Ghibran boleh marah dengan Diva, tapi jangan larang perasaan khawatir Diva untuk Mas Ghibran."

Mas Ghibran terhenyak mendengarnya, segala rasa kesal sirna seketika. Diva memang perempuan yang baik dan perhatian padanya. Meski keduanya sama-sama baru mengenal satu sama lain, namun Diva menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik, tak terkecuali menjadi ibuk tiri untuk anaknya.

Melihat Mas Ghibran yang diam, Diva memberanikan diri bertanya, "Mas Ghibran tadi sudah makan diluar?"

"Belum sempat,"

"Ya sudah, Diva panaskan makanannya terus temenin Mas makan ya." Ajak Diva dengan senang hati Mas Ghibran menurut.

Pria itu duduk dengan tenang di kursi meja makan, melihat Diva yang lincah kesana kemari memanaskan makanan untuknya. Menyajikan makanan di atas meja, tak lupa mengambilkannya makanan.

"Segini cukup Mas?"

"Cukup." Diva mengangguk.

"Minumnya mau air putih saja atau Diva bikinkan sesuatu?"

"Air putih dingin."

"Oke, Diva ambilkan."

Tak membutuhkan waktu lama, Mas Ghibran selesai dengan makannya. Menghabiskan minum tanpa sisa sedikit pun, kerongkongan terasa kering setelah makan.

"Kamu sudah makan?" Tanya Mas Ghibran balik, melihat Diva benar-benar menemaninya tanpa menyentuh makanan.

"Sudah, tadi makan sama Alara." Mas Ghibran terdiam mendengar jawaban istrinya.

Hingga suara Mas Ghibran selanjutnya membuat Diva terkejut bukan main.

"Saya tidak suka kamu dekat dengan anak itu."

Diva menatap Mas Ghibran tak percaya, "Maksud Mas Ghibran? Alara adalah anak Mas."

"Memang, tapi saya tidak menyukai kehadirannya."

"Kenapa? Apa salah Alara pada Mas Ghibran?"

"Tidak ada, hanya saja saya tidak ingin melihat wajahnya yang mirip dengan ibunya."

Diva menggeleng tidak percaya, "Mas, bahkan Alara tidak mengetahui siapa ibunya. Bagaimana bisa Mas bilang seperti itu?"

"Karena saya membenci ibunya, sialnya anak itu malah mirip dengan ibunya."

"Mas, mau bagaimana pun Alara adalah anak Mas. Sudah sepantasnya Mas memperlakukan Alara dengan baik, Alara sayang banget sama Mas, sama Papanya sendiri."

Karena Mas Ghibran membawa masalah terkait Alara, Diva mencoba untuk membujuk suaminya. Diva tidak tega membiarkan Alara selalu sakit hati atas sikap tega Papanya.

Keluarga Sempurna untuk Anak Tunadaksa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang