Menjadi istri seorang Ghibran Batsya Alfarizi cukup membuat Diva mengenal kepribadian pria itu lebih jauh. Sifatnya yang dominan, keras kepala dan berpendirian tegas membuat Diva sedikit banyak mulai memahami karakter suaminya.
Apalagi menyangkut putri mereka, Alara. Mas Ghibran selalu acuh dengan keberadaan putrinya yang manis. Meski begitu, Diva selalu menceritakan segala hal tentang Alara pada suaminya. Setidaknya, Diva ingin Mas Ghibran melihat Alara. Sebentar saja.
Semenjak kepulangan mereka dari makam kedua orang tuanya, Mas Ghibran di sibukkan dengan pekerjaan hingga membuatnya harus pergi ke Bali. Hanya melalui sambungan telepon keduanya berkomunikasi, untuk saat ini.
Cutinya pun sudah usai, Diva kembali ke rutinitasnya mengajar di Taman Kanak-kanak swasta. Apalagi Mas Ghibran tak pernah melarang apapun keinginan Diva, tentu saja Diva membalas dengan melayani suaminya sebaik mungkin.
Ting!
'Malam ini, saya pulang.'
Satu pesan masuk, muncul di layar notifnya. Senyum merekah terbesit begitu saja. Bergegas, Diva menyelesaikan pekerjaannya. Ia akan mengajak Alara untuk ke supermarket membeli bahan masakan.
Malam ini, suaminya pulang. Setelah dua Minggu lamanya berada di Bali. Diva akan menyambutnya bersama Alara.
'Mau dimasakkan apa?' Balas Diva.
'Apapun, saya ingin makan masakan kamu.'
'Oke, ayam goreng dengan cah jamur plus sambal cumi, gimana?'
'Boleh.'
'Diva dan Alara tunggu dirumah ya, Mas. Hati-hati pulangnya, jangan lupa nanti kabarin kalo udan otw.'
'Ya.'
Sebelum keluar dari pelataran TK, Diva menghubungi Pak Iman untuk menjemputnya. Tak lupa, Diva meminta Pak Iman mengajak Alara bersama. Agar Diva bisa langsung pergi ke supermarket dan memasak makanan untuk suaminya.
***
"Bunda, Papa nanti pulang jam berapa?"
"Alara udah kangen banget sama Papa."
"Kira-kira, Papa kangen tidak ya dengan Alara?"
Mendengar rentetan pertanyaan dari Alara, Diva tersenyum. Di hampirinya Alara yang kini duduk di sofa ruang tamu dengan tak sabar menunggu Papanya pulang.
"Jelas dong, Papa kangen."
"Alara juga kangen! Hihihi." Alara terkikik geli.
Bayangan dirinya berada dalam gendongan Papa membuat senyum semakin merekah. Alara tidak sabar menyambutnya pulang. Bahkan, di atas meja sudah ada kue brownies hasil buatannya dan Bunda. Rencananya Alara akan memberikan kue itu sebagai ucapan selamat datang.
Suara deru mobil memasuki pelataran rumah membuat Alara seketika gembira. Dengan riang ia turun dari sofa, membawa nampan berisi kue brownies untuk ia berikan pada Papa. Diva yang melihat antusiasme Alara tak kuasa menahan senyum bahagia.
"Pelan-pelan Alara, Papa pasti masuk rumah kok. Kita tunggu dulu ya,"
Kini, Alara dan Diva berdiri di depan pintu. Begitu pintu utama terbuka, nampak Mas Ghibran datang dengan menyeret koper disusul Pak Iman yang membawakan beberapa paper bag.
Diva menyambutnya dengan senyuman, "Selamat datang dirumah Mas."
"Selamat datang Papa!" Alara tak kalah heboh menyambut kepulangan Papanya.
Di salimnya tangan Mas Ghibran, pria itu membalas dengan kecupan mesra di kening istrinya. Mau tak mau, Mas Ghibran mengukir senyum mendapat sambutan hangat dari istrinya. Tak sulit mencintai Diva dengan kepribadian positif yang melekat pada perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Sempurna untuk Anak Tunadaksa
ChickLit📌#2 Mas Duda series Terlahir dengan istimewa tak membuat Alara Diba Afsana putus asa dan minder di tengah kalangan anak seusianya. Sejak kecil, Alara di titipkan di rumah sang Nenek karena Papa yang sibuk bekerja. Sedangkan Mama? Alara tidak menget...