2. Cafe Resto milik Jamal

167 10 2
                                    

Happy Reading!!!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

•••

Teng Tong!

Teng Tong!

Jam belajar telah selesai, para siswa diperbolehkan untuk pulang, dimohon untuk meninggalkan kelas dalam keadaan rapi.

Suara bel sekolah sontak membuat semua murid yang ngantuk menjadi heboh kegirangan, tidak sabar untuk keluar dari kelas sambil menggendong tas-nya masing-masing.

Hari ini Hanna dan Jian memiliki janji untuk pergi ke PIM. Sebenarnya janji ini terlalu mendadak dan Hanna belum bicara dengan Kakak-nya, Hanna tidak yakin apakah dia akan mendapatkan izin jika mendadak seperti ini.

Notes;
RULES KAKAK UNTUK HANNA;
- kalo ada janji mau jalan-jalan harus minta izin sebelum hari H, minimal 3 hari sebelum hari H.
- kalo gak ada janji tapi tiba-tiba mau jalan dihari itu juga tetap harus izin dan kasih tau detail mau kemana, ngapain, dll.
- kalo mau pergi sama cowo, cowo itu harus datang ke rumah dan minta izin secara langsung.
- paling lambat ada dirumah jam 9 malam.

"Sebenarnya Gue nggak yakin bakal diizinin sama kakak Gue atau nggak,"

"Lo mau Gue bantu izin ke kakak Lo, Nggak?"

Hanna menggeleng, "nggak usah, biar Gue aja yang bicara sama kakak Gue."

Hana dan Jian saat ini berada di depan gerbang sekolah. Karena jam belajar telah selesai maka semua murid diperbolehkan untuk pulang dan kedua murid itu berencana untuk langsung ke PIM.

Hanna merogoh ponsel didalam saku cardigan nya dan mencari kontak Tio untuk menghubunginya.

Drrtt!
Drrtt!
Drrtt!

10 detik awal panggilan tersebut tidak diangkat. Meminta izin kepada kakaknya adalah hal yang paling menegangkan bagi Hanna, padahal setiap hari Hanna bertemu dengan kakak-nya di rumah tapi setiap kali ingin meminta izin pasti selalu deg-degan dan takut, entah takut karena apa tapi intinya dia merasa takut. mungkin karena Kak Tio beda dari kakak-nya yang lain. Tio adalah kakak-nya yang paling tegas, ketat, dan selalu mau tahu kemanapun ia ingin pergi. Jika Hanna ingin pergi dan meminta izin dengan kakak-nya yang lain pasti mereka akan mengatakan "izin sama Tio aja dek".

Drrtt!
Drrtt!

"Kenapa?"

Deg!

Suara itu selalu saja membuatnya menjadi takut. Bukan Halo kata-kata yang keluar pertama melainkan Kenapa, mungkin itulah yang membuatnya menjadi hati-hati untuk berbicara.

"Kenapa nggak ada suara?"

Hanna sadar dari lamunan singkatnya, "Eh! Iya kak?"

"Kenapa nelpon?"

"Ah, itu kak, aku... anu... mau itu-"

"Bicara yang jelas, Hanna."

Hanna menggigit bibir nya. Padahal hanya ingin meminta izin tapi susahnya minta ampun.

"Mau apa?"

"Aku mau jalan sama Jian, boleh, Kak?"

"Kemana?"

"PIM, boleh nggak, Kak? sebentar aja kok,"

"Kapan?"

Hanna melirik Jian dan Jian memberi kode dengan mengangguk dan tersenyum semangat. Hanna menarik napas lalu menghembuskannya.

10 Bersaudara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang