Hawa dan-yi saat ini sangat suram, dia hanya mencolak-colek parfaitnya dengan bibir yang sedikit maju.
"Kenapa ada eun ji-hoo disini.."
"Maaf maaf, aku bersalah. Anak ini memaksaku ketemuan, katanya mau traktir." Sedari tadi (nama) hanya tertawa memperhatikan dan-yi yang langsung berwajah masam saat melihat ji-hoo, dan ji-hoo yang merengut karena mereka sempat bercekcok tidak mau mengalah. Keduanya ingin duduk di samping (nama).
"Siapa yang memaksamu?!"
"Ayolah chagiya, jangan malu-malu begitu."
"Kau-" Perlahan, pipi ji-hoo merona malu.
Dan-yi terperangah, "Chagi? Chagiyaa?? (Nama), kau pacaran dengan orang ini ?!" Tanyanya mengebrak meja.
"Siapa yang kau maksud orang ini ?!" Kesal ji-hoo.
"Tidak, aku hanya memacari hartanya." jawab (nama) mengajukan jempol.
"Nice, aku suka itu!" dan-yi membalas dengan 2 jempol.
"Kau hanya ingin hartaku saja, ya?" Cemberut ji-hoo.
"Yah, aku ingin hartamu bonus dirimu. Bagaimana?"
"..."
"(Nama), lebih baik kau gombali laki-laki lain, jangan makhluk ini." Saran dan-yi berface flat.
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ting !
"Siapa?" Tanya Ji-hoo cepat.
"Eunhyeong," jawab (nama).
Dia duduk di sebelah ji-hoo, dan-yi di sebrang. Awalnya (nama) dan dan-yi duduk bersebrangan. Karena dan-yi pikir, mereka pergi berdua saja.
Tapi begitu ji-hoo datang, dia langsung duduk di samping (nama). Keduanya cekcok, dan-yi ingin pindah, tapi ji-hoo menolak dan berkata kursi itu sudah memilihnya.
Dasar gila. Memangnya ini kursi tahta?
(Nama) mengalihkan wajahnya kesamping "jiho- " begitu dia menengok, wajahnya dengan ji-hoo hanya beberapa jarak saja.
