10. Heaven : Perhatian

15 2 0
                                    

Ini para readers ga mau votmen kah?
Absen siapa aja yg udh baca gtu wkwk
Yaudah deh, up to u darl.


<<heaven>>


STAK!

Suara dari tongkat tombak kebanggaannya terketuk di atas lantai berdebu bangunan terbengkalai. Menandakan pekerjaan Jeno hari ini telah selesai, sampai ke pekerjaan tambahan yang harus berkejar-kejaran dengan roh terkutuk, pun, sudah selesai.

Jeno mendengus, memegang tongkatnya dengan kedua tangan sedikit membungkuk sebelum menghembuskan nafas panjang.

"Letih sekaliiii." Eluhnya ditambah dengan raut wajah cemberutnya.

Merasa nyaman, Jeno memejamkan matanya sejenak untuk sekeder merilekskan tubuh nya yang sendari tadi tidak berhenti-henti berlari kesana-kemari.

Sampai Jeno tersentak, langsung berdiri tegap. Kini tombaknya ia peluk erat. Wajahnya berubah lagi menjadi wajah berfikir keras.

"Perkataanku tadi kayaknya udah terlalu jauh." Jeno mengelus dagunya, dahinya ikut berkerut perlahan.

Ia berdesis. "Tapi gak salah juga kok!" Tekannya merasa bahwa ucapannya tadi benar.

Ia harus segera menyadarkan pikiran buruk Jaemin tentang kehidupan sebelum terlambat. Sebelum ia menghilang dari dunia ini untuk selama-lamanya.

Ngomong-ngomong tentang menghilang, wajah Jeno berubah tenang sekarang. Ia perlahan berjalan mendekati pintu masuk bangunan tersebut.

"Anak kecil itu seharusnya tau kalau dia itu sangat beruntung telah ku selamatkan." Tombak panjang dengan mata pisau melengkung itu menghilang perlahan dari pelukan Jeno.

Jeno membuka jubahnya sambil terus berjalan, menyampirkan jubah kebesarannya di tangan kirinya. Ia menarik nafas dalam.

"Aku yakin dia pasti tersinggung dengan ucapanku, maafkan aku." Tangannya memutar knop pintu dan mendorongnya.

CKLEK!

Tubuh Jeno tersentak begitu berbalik, mendapati dirinya malah berada di dalam kamar Jaemin bukannya di rumahnya.

Bahunya turun, wajahnya masam. Ia sudah lelah tapi malah berakhir disini. Jeno memukul jidatnya sendiri sambil geleng-geleng.

"Seheresnye eku mehihirken rehah." (Seharusnya aku memikirkan rumah) Sangkin kesalnya, Jeno dengan merapatkan giginya, berujar begitu.

Merasa sudah terlanjur berada disini, ia pun mengecek keadaan Minhyung yang berbaring tidur di sofa untuk kedua kalinya menemani Jaemin di rumah sakit.

"Mana selimutmu?" Jeno memeriksa paperbag keperluan Jaemin dan Minhyung selama Jaemin dirawat di rumah sakit, mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Minhyung.

Jeno menolehkan kepalanya ke arah bangkar, tidak lupa untuk mengecek anak kecil bagi Jeno. Ia berjalan perlahan agar tidak menganggu mereka berdua yang sedang tertidur.

Melihat wajah dengan dahi berkerut serta bulir-bulir keringat dingin di dahinya menandakan bahwa demam Jaemin kambuh lagi.

Tanpa berfikir panjang Jeno mengelap dahi Jaemin menggunakan lengan kemeja putih milik nya penuh hati-hati.

"Cepatlah sembuh, katanya takut ada disini " Bisik Jeno juga mengelap leher Jaemin, setelah selesai Jeno mendudukkan diri pada kursi tunggu di samping bangkar.

STAK!

"ARGGGRHHH!!"

Suara teriakan makhluk aneh yang terbakar setelah Jeno menjentikkan darinya, menyentak tidur Jaemin.

HEAVEN [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang