Setelah menikmati segala makanan yang udah di antar oleh Siska.. Aku sejenak memperhatikannya.. Siska tergolong anak yang biasa aja.. Ia tidak kaya, tidak juga berkekurangan.. Mamanya pergi ketika dia masih berusia 3 tahun, dan kini ia hanya tinggal berasama neneknya, karna papanya pun gak mau mengurusnya..
Sejenak lamunanku buyar ketika Siska membantingkan dirinya ke kursi yang ada di hadapanku..
"Capek yaa?" Tanyaku pada Siska yang sedang ngos-ngosan karna kecapean meladeni para pembeli yang sangat ramai..
"Tumbenan kali hari ini pembelinya lebih rame ketimbang dengan kemaren, biasanya gua gak sampai segini ngeladeninya" Sahut Siska sambil menarik nafas dalam-dalam..
"Bahh... Bagus dong.. Itu berarti berkat aku juga dong, makanya tadi rame kali" Balasku sambil tertawa sambil sesekali mengedipkan mata padanya..
"Oh yaa.. Trus klo tiap hari kamu kerja seperti ini, kapan kamu kerjain PR?" Tanyaku heran..
"Hhhfff....." Siska menarik nafas panjang sejenak.. "Tiap pulang sekolah, Ga" Lanjutnya sambil membuang gas karbondioksida yang ada di dalam tubuhnya dengan sangat plong..
"Klo gitu, tadi siang kan kamu ngejenguk Papaku, kapan dong ada waktu buat ngerjain PRnya?" Tanyaku heran..
"Klo tugas itu udah sejak lama aku kerjakan, Ga.. Kan itu tugas dua hari yang ditambahkan bapak itu tadi sedikit, jadi sebagian udah selesai.."Terangnya padaku...
"Beeppp...."Tiba-tiba saja Hpku berbunyi, dan dengan sigap aku pun mengangkat telpon tersebut..
"Iyaa, pak. Iyaa, saya segera kesana secepatnya..."Jawabku pada si penelpon tersebut dengan nada yang tiba-tiba memberat, gak percaya dengan apa yang dikatakan barusan oleh si penelpon tersebut...
"Ada apa, Ga?? Lo kok kayak shock gitu?" Tanya Siska dengan nada heran sambil memperhatikan raut wajahku yang tiba-tiba berubah menjadi pucat asam..
"Lo sekarang temanin gua balek ke Rumah Sakit dulu" Kataku sambil meraih dan menarik lengan kirinya secepat-cepatnya..
"Tapi, masak gua ke Rumah Sakit dengan baju yang kayak gini?" Tanya Siska bingung..
"Udah.. Gak apa-apa, temanin dulu bentar"
"Yaa iyaa.. Udah ayok kita pergi..."
Aku pun berlari secepat mungkin sambil tetap memegang tangan kiri Siska seolah-olah aku gak ingin melepaskannya sedetik mungkin.. Dan ketika saat itu juga pikiranku benar-benar kacau gak menentu, dan gak karuan.. Pikiranku terus menerawang jauh kedepan, memikirkan hal apa yang sedang terjadi dengan Papa disana saat aku gak ada bersamanya.. Dan gak bisa ku bayangkan gimana jadinya jika Papa pergi tanpa ngelihat aku untuk terakhir kalinya..
Aku gak tau.. Gak akan pernah tau jika emang sudah waktunya Papa buat pergi, dan Papa ingin menyampaikan pesan terakhir sebelum kepergiannya.. Intinya malam ini aku benar-benar sangat hancur..
=====
Setibanya di depan pintu masuk Rumah Sakit, aku dan Siska pun sesegera mungkin untuk berlari menuju ke ruangan Papa dirawat.. Namun, setibanya di ruangan tersebut, aku sudah gak melihat Papa lagi.. Sesegera mungkin aku pun menanya kepada suster yang sedang membersihkan ruangan Papa dirawat dan yang selalu menjaga Papa..
"Sus.... Papa saya kemana?" Tanya ku pada suster tersebut..
"Ehh, dek Rangga, Papamu dipindah keruangan ICU" Terang suster tersebut padaku..
"Haa?? Separah itu kah kumatnya penyakit Papa sampai-sampai harus di pindahkan ke ruang ICU" Tanyaku dalam hati..
"Hey.. Kenapa melamun lo..??" Sergah Siska membuyarkan lamuyanku..
"Ahhh kagak kenapa kok.. Yaudah sekarang kita buru-buru ke ruang ICU yok" Ajakku pada Siska, dan diapun membalas dengan anggukan ringan.. Tak lupa ku ucapkan terima kasih kepada suster tersebut..
Berlari melewati setiap koridor yang ada, naik ke dalam lift dan harus turun ke lantai tiga.. Melewati belokan-belokan yang ada, dan mencari ruangan ICU tempat Papa dirawat, tak sungkan-sungkan aku bertanya kepada semua para medis yang ada untuk mempermudah pencarianku pada ruangan Papa dirawat..
Setiap detik tanganku terlepas dari genggaman tangan Siska, ntah kenapa dengan sigap tanganku menarik kembali tangan Siska seolah-olah aku gak mau kehilangan dirinya sedetik aja..
Akhirnya kamipun menemukan ruangan ICU tempat Papa dirawat, dan pada saat akan melangkahkan kaki menuju ke ruangan Papa dirawat, tiba-tiba keluar sosok pria, berpakaian serba putih, berkacamata, dan kelihatan berwibawa dengan setelan jas putihnya.. Gak usah bertanya lagi, dan aku udah menduga bahwa itu adalah dokter yang merawat Papa pada saat Papa kumat lagi..
Sesegera mungkin pun kami pergi menuju ke ruangan Papa dirawat dan menjumpai dokter yang merawat Papa..
"Dokter, gimana keadaan Papa saya dokter?" Tanyaku setengah shock..
"Kamu yang namanya Rangga?" Tanya sang dokter sambil melepaskan kacamata yang menggantung di kepalanya..
"Iya benar dong, dengan saya sendiri"..
"Begini nak.. Keadaan Papa mu sekarang sudah lebih baik daripada keadaan tadi sebelum dirimu datang kemari" Terang sang dokter..
"Maksudnya pak dokter apa?" Tanyaku heran penuh tanda tanya
"Begini nak.. Saya harap anda sudah siap untuk mendengarkan semuanya"
"Iyaa dokter, saya sudah siap untuk mendengarnya dan menerima kemungkinan apapun yang akan terjadi" Sergahku setengah teriak pada sang dokter..
"Siapa wanita yang ada disampingmu itu?" Tanya sang dokter sambil memperhatikan wanita yang tepat sedang berdiri disampingku...
"Saya temannya Rangga pak dokter" Jawab Siska singkat membalas pertanyaan sang dokter..
"Ohh.. Bisakah kita bicara berdua saja nak?" Tanya sang dokter sambil memperhatikan kami berdua..
"Bisa pak" Jawabku cepat "Tapi dimana pak?" Lanjutku sambil menghela nafas dalam-dalam..
"Tenang nak, tenangkan dulu dirimu" Kata sang dokter sambil memegang pundak kiriku..
"Gimana saya mau tenang pak, pak dokter saja blum ada menjawab pertanyaan saya" Kataku setengah teriak..
"Mari kita bicara diruangan saya" Kata sang dokter sambil menuntun jalan menuju ke ruangannya.. Aku sempat menoleh ke arah Siska sejenak, namun Siska mengangguk seolah ia mengijinkan aku untuk meninggalkan dirinya sejenak..
Ketika sampai didalam ruangan sang dokter, segera aku pun disuruh untuk duduk oleh sang dokter, dan dokter itu pun duduk tepat di depanku..
"Begini nak.."
"Begini gimana pak?"
"Begini.. Sebenarnya keadaan Papamu sekarang sudah lebih baik ketimbang tadi" Penjelasan sang dokter
"Trus.. Keadaan Papa saya tadi kayak gimana dok?" Tanyaku dengan nada sedikit tinggi..
"Tadi keadaan Papamu sangat kritis, dan kini sangat membutuhkan transfusi darah dengan segera" Terang dokter tersebut..
bersambung-
Jangan lupa di favorite jika suka yaa ^_^
![](https://img.wattpad.com/cover/40430199-288-k323991.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Ada dan Tiada [COMPLETED]
RomanceSebelum membaca cerita ini.. Ada satu pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu.. Apa artinya cinta dalam hidupmu?? Silahkan jawab dalam hati masing-masing.. Tapi, tahukah kata orang cinta itu sebuah perasaan yang timbul yang berawal dari sebuah...