Gempa tak tau apakah kakak keduanya itu memang suka menghilang atau bagaimana. Tetapi dia akan memastikan memasang alat pelacak di tubuh Taufan nantinya.
Pagi itu berjalan seperti biasa sebenarnya. Halilintar yang membangunkan Ice dengan gerutuan, Taufan dan Blaze yang berlarian dengan Solar yang meneriaki mereka, Duri yang menyirami tanamannya, dan dirinya yang membuat sarapan untuk keluarganya.
Pagi yang biasa dan rutinitas yang biasa pula, hingga tak ada yang menyadari jika hari itu akan menjadi masalah.
Yang pertama pergi adalah Halilintar karena dia harus mengantar Duri dan Solar ke sekolah sebelum berangkat kuliah. Lalu disusul Blaze dan Ice yang berangkat bersama. Gempa menyusul tak lama setelah kedua adiknya pergi. Yang berarti Taufan adalah orang terakhir yang keluar hari itu. Taufan berkata dia tak memiliki kelas pagi dan akan pergi pada sore hari. Pada saat itu, Duri dan Solar seharusnya sudah pulang sekolah. Dan semestinya mereka menemukan Taufan masih di rumah ketika pulang sekolah. Namun kenyataannya, kedua adiknya itu berkata saat mereka pulang, Taufan sudah tidak ada di rumah.
Gempa sempat panik mengingat insiden hilangnya Taufan baru-baru ini, tetapi Halilintar berkata Taufan mengirimi pesan padanya. Katanya sang Dosen tiba-tiba saja mengganti jadwal masuk kuliah mereka dan membuatnya harus pergi lebih awal.
Seharusnya hal ini membuat Gempa merasa lega, namun nyatanya tidak. Dia tak tau mengapa dirinya masih merasa khawatir pada kakak keduanya itu. Dan kekhawatiran Gempa terbukti benar saat waktu telah menunjukkan 10.23 malam namun Taufan belum juga pulang ke rumah.
Halilintar sudah mulai mendumel tentang Taufan yang selalu saja suka membuat mereka khawatir tanpa pemberitahuan apapun. Hujan turun dengan lebat di luar sana. Guntur dan petir saling bersahut-sahutan dikala mereka sibuk memikirkan keberadaan saudara mereka. Halilintar mencoba menelepon Taufan berkali-kali yang mana tak ada satupun yang dijawab. Gempa mencoba menghubungi teman-teman Taufan yang dia ketahui, namun hasilnya nihil. Dia juga sudah menghubungi Fang. Mana tau Taufan kembali menginap di rumahnya. Meski begitu, Fang mengatakan dia belum melihat Taufan seharian ini.
Tak menyerah, Gempa mencoba menghubungi Yaya, Ying dan Gopal. 2 diantaranya menjawab hal yang sama dengan Fang. Hanya Gopal yang mengatakan jika dia bertemu dengan Taufan dan terakhir kali dia melihat Taufan berada di perpustakaan fakultas mereka. Tetapi setelahnya Gopal tak tau lagi dimana Taufan.
Tidak mungkin Taufan masih berada di perpustakaan, Gempa tau benar perpustakaan fakultas Taufan hanya buka sampai pukul 4 sore. Bahkan Taufan sering mengeluh mengenai pegawai perpustakaan yang menutup perpustakaan lebih awal dari waktu tutup padahal dia ingin mencari buku yang tak dimilikinya.
Lalu kemana Taufan?
Halilintar sudah mulai bergumam tidak jelas tentang akan memukul kepala Taufan jika menemukannya. Blaze dan Ice terus berusaha menghubungi Taufan, Duri dan Solar hanya duduk menatap mereka dengan wajah khawatir karena tak ada yang dapat mereka lakukan.
Jam 11 malam, suara guntur dan guyuran hujan yang belum reda menjadi latar kepanikan mereka. Mengapa setiap Taufan hilang, dia selalu memilih hari dimana hujan turun dengan begitu lebat? Bahkan Gempa yakin jika akan ada badai malam ini.
Mungkin ada baiknya mereka memasang alat pelacak di tubuh Taufan agar selalu tau dimana lokasinya.
Tiba-tiba saja ponsel Gempa berbunyi. Panggilan dari nomor tak dikenal. Halilintar mendekat. Blaze dan Ice juga. Gempa menjawab panggilan tersebut dengan perasaan was-was.
"Halo..?"
"Halo? Gempa? Ini Gempa kan?"
Itu suara Taufan. Walau teredam oleh suara derasnya air hujan, Gempa tetap bisa mengenali suara saudaranya. Ada perasaan lega mengalir di tubuh Gempa saat mendengar suara tersebut.