Rate: 15+
Genre: Songlit
From: L'amour de ma vie🧸
🧸
"Wouldn't it be better if we never met?"
Pertanyaan yang sangat ingin kudengar jawabannya dari Semesta.Akankah lebih baik jika kita tidak pernah bertemu?
"Nebula." Uluran tangan yang menyapaku lebih dulu, seperti mengajakku pada dunia baru yang lebih menyenangkan.
"Nadir."
Namun sayangnya, tak sesuai dengan yang ku mau.Sekian tahun aku dan Nebula jadi orang yang selalu berbagi hal menyenangkan. Pertemanan murni tanpa sedikitpun iri dan benci. Tiap hal baik yang terjadi padanya, aku akan turut senang. Begitupun dia kepadaku. Hal kecil yang remeh bagi orang lain bisa jadi sangat berharga setidaknya untuk kami berdua. Setulus itu, seindah itu.
Sampai satu musuh tiba di tengah-tengah kita. Satu kata yang bisa dengan mudah menghancurkan segalanya. Cinta. Pada akhirnya kutukan itu nyata. Bahwa laki-laki dan perempuan tidak bisa menjalin hubungan pertemanan selamanya. Kita, Nadir dan Nebula yang sudah bahagia sebagai seorang teman dikutuk semesta untuk ambil bagian dalam cinta.
"Nebula, kalau aku bilang, aku mencintaimu, apa yang akan kamu katakan?"
Harusnya tidak pernah aku utarakan. Harusnya rasa sayang tidak boleh tinggi hati dan tidak tahu diri.
"Kalau aku bilang, aku juga mencintaimu, maka hari ini tanggal 19 April akan jadi hari pertama kita?" Dasar kutukan sialan!
Siapa yang bilang kutukan itu sialan? Dia bajingan, meski tak sepenuhnya menjengkelkan. Aku senang kamulah cinta. Namun aku marah kenapa kamu harus menjelma cinta. Harusnya kita bisa dengan kata cukup. Agar banyak hal bisa kita maklumi tanpa perlu ada yang dipaksakan.
"Kamu ke mana aja?"
"Aku sibuk dengan pekerjaanku."
"Lagi, setelah yang ke tiga kali?"
"Nad, aku juga punya dunia!"
"Dan duniaku adalah kamu!"
Sudah kubilang, cinta itu kutukan sialan. Sesudah menjadi cinta kini dia berubah jadi dunia, kemudian menjelma semesta dan segala-galanya. Kenapa? Kenapa kita tidak pernah bisa merasa cukup sampai di situ saja?
Sudah tiga kali Nebula mengingkari janji. Saat kutanya jawabannya selalu sama. Seolah harinya hanya berputar di situ-situ saja. Aku ingat saat kita masih jadi sepasang 'teman'. Hari-hari terasa lebih mudah untuk bersua muka. Sesibuk-sibuknya mengalahkan presiden, akan tersedia banyak detikan jam untuk bercerita di taman kota. Meski telah lewat pukul dua.
"Just say you're done with me." Entah energi langit mana yang kuserap kali ini hingga kalimat itu bisa dengan mudah keluar dari bibir yang hanya tahu meraungkan tangis.
"Jangan mulai, Nad."
"Just say it!"
Dia diam. Menatapku marah seakan apa yang aku minta adalah kesalahan fatal yang patut dihakimi. Sedang menurutku, kesalahanku adalah mencintaimu.
"Say it, Nebula! You're done with me, right?!"
"No! I never gonna done with you!"
Sekali lagi, kutukan cinta sialan. Mengikat sepasang manusia saling cinta meski nyatanya hanya denial saja. Aku tahu masing-masing dari kita hanya saling membodohi saja. Bukan cinta yang mengikat kita. Tapi resah. Resah karena takut tak bisa lagi menemukan yang serupa. Karena meski cinta kita sialan, mencintaimu tetap yang paling indah untuk diceritakan.
"Don't come back again," katanya.
Namun bagaimana bisa aku kembali disaat ia sendiri pun tidak menginginkanku.
Pada akhirnya, kita selesai juga.
𝓻𝓪𝓷𝓹𝓾𝓷𝓰
Lagi stuck nulis cerita Binu-Chalil, terus ketemu tulisan ini di note. Hasilnya pendek banget, padahal dibuku 3 lembar. Ide ini nongol setelah nonton 2521, nggak tau kenapa relationship mereka sedih banget. Terus aku coba remake deh🥲