Part 3: Cinta?

47.6K 1.8K 80
                                    

Ali terusik tidurnya saat ada pergerakan di pelukannya. Dia membuka matanya dan mendapati barbienya meringkuk di dalam dekapannya. Sepertinya dia kedinginan. Ali lalu menarik selimut yang berada di kaki mereka hingga menutupi tubuh gadisnya. Dia kembali memeluknya dan berencana untuk kembali menyusulnya ke alam mimpi.

"Bie... Bangun sayang. Ayo turun sarapan." Teriak Milla sambil mengetuk pintu kamar Prilly. Karena tidak kunjung ada reaksi dari sang empunya kamar maka Milla langsung membuka pintu dan berjalan ke arah jendela untuk membuka tirainya. Biasanya cara itu sangat ampuh membuat putrinya terbangun. Alangkah kagetnya Milla saat melihat ranjang putrinya kosong. Milla lalu berlari ke kamar mandi, mungkin saja putrinya sudah bangun dan langsung mandi. Di semua sudut ruangan itu sudah dicari tapi tidak ada tanda keberadaan Prilly. Jantungnya berpacu cepat, ketakutan menguasainya. Dia takut kejadian yang dulu-dulu terulang. Prilly waktu kecil pernah menjadi korban penculikan oleh lawan bisnis suaminya. Karena itu seiring pertumbuhannya Prilly dibekali ilmu beladiri.

Tadi malam Bie mengetuk pintu kamar. Apa mungkin saat itu ada penculik masuk?
Pikiran buruk berkecamuk di dalam otaknya. Dia keluar dari kamar Prilly dan memanggil Kevin, sang suami.

"Sayang... sayang Bie nggak ada. Bie hilang." Teriak Milla di depan pintu kamar Prilly. Air mata sudah meluncur deras membasahu pipi cubbynya. Dia tidak sanggup kehilangan putri semata wayangnya. Kalau ada yang tanya kenapa Milla tidak hamil lagi setelah mempunyai Prilly, maka jawabannya adalah tidak mungkin. Prilly lahir saat usia kandungannya baru 7bulan. Bukan lahir tapi terpaksa harus dilahirkan. Kecelakaan membuatnya harus begitu dan kecelakaan itu pula membuatnya harus rela tidak bisa hamil lagi. Karena itu dia sangat protektif dengan menjaga putri satu-satunya itu. Di tambah lagi dengan penyakit putrinya itu.

"Sayang, ada apa?" Tanya Kevin sambil memeluknya.

"Bie nggak ada di kamarnya. Bie hilang. Mungkin ketukannya tadi malam itu untuk meminta pertolongan." Kata Milla dalam pelukan suaminya. Ya, karena terlalu asyik sampai-sampai mereka tak menghiraukan putrinya yang memanggil mereka tadi malam.

"Kita harus tenang sayang. Mungkin saja Barbie sedang joging. Dia kan jago judo dan taekwondo, nggak mungkin ada yang berani menculiknya." Kata Kevin menenangkan.

"Bagaimana kalau paniknya kambuh?" Sangkal Milla. Kevin juga jadi ikut merasa takut. Putrinya tidak akan bisa apa-apa jika merasa panik. Karena mendengar kegaduhan di luar kamar maka Ali terpaksa bangun dan keluar untuk mencari tahu.

"Ada apa ini?" Tanyanya saat membuka pintu kamar dan mendapati Milla menangis di pelukan Kevin.

"Bie tidak ada. Milla takut dia diculik." Kata Kevin sambil mengelus kepala istrinya. Ali mengerutkan dahi mendengar perkataan kakaknya.

"Dia tidur di kamarku." Kata Ali dan membuat sepasang suami istri itu membelalakkan mata ke arahnya. Mendengar perkataan Ali, Milla lalu melepas pelukan Kevin dan berlari masuk ke kamar Ali. Alangkah leganya dia saat melihat putrinya meringkuk seperti bayi. Badannya luruh hingga terduduk di lantai dan tangisnya makin pecah. Tangis bahagia.

Mendengar isakan, Prilly perlahan membuka matanya. Dia langsung terduduk saat melihat mommynya sedang menangis dan duduk di lantai.
"Mommy kenapa?" Tanyanya sambil mengucek-ucek mata agar pandangannya lebih fokus. Cahaya matahari pagi masuk ke kamar saat Ali menyibakkan gorden jendela. Prilly bisa melihat hidung mommynya merah dan matanya sembab.

"Mommy kenapa nangis?" Tanyanya sambil membawa sang ibu duduk di ranjang.

"Mommy kira kamu hilang sayang?" Jawab Milla yang sekarang sudah menghentikan tangisannya. Prilly mengerutkan dahinya. Dia tidak menyangka mommynya itu bisa sangat ketakutan jika dia tak ada.

"Aku mimpi buruk tadi malam. Aku ketuk kamar kalian tapi nggak di buka." Kata Prilly sambil cemberut.

"Maaf sayang, tadi malam kami sedang mendaki ke puncak jadi tidak bisa membuka pintunya." Kata Kevin yang sudah duduk di sofa yang berapa di ujung ranjang. Prilly mengerutkan kening karena tak mengerti dengan apa yang dikatakan daddynya. Ali yang paham langsung terbakar emosi.

"Yak! Tadi malam kalian enak-enakan bercinta sementara aku harus menahan nyeri semalaman?! Oh kakak macam apa kalian! Kalau tidak mengingat permintaan sialanmu itu, aku pasti sudah menerkamnya tadi malam!" Kata Ali berapi-api.

Kevin hanya cengar-cengir melihat kemarahan adiknya. Memang tadi malam saat Prilly mengetuk kamar, dia dan Milla sedang bercinta. Karena nanggung jadi mereka mengabaikan panggilan putrinya. Sedikit egois memang. Tapi mau gimana lagi, kan nggak enak kalo diganggu pas di puncak.

"Hey, masih ada anak di bawah umur di ruangan ini. Berhenti dengan pembicaraan mesum kalian." Kata Milla angkat bicara. "Ya udah sayang, ayo sarapan." Katanya pada Prilly.

"Bie mau mandi dulu mom. Badan Bie penuh keringat." Kata Prilly.

"Baiklah, kami tunggu di bawah." Kata Milla yang lalu keluar dari kamar diikuti Kevin. Ali yang masih di kamar memandangi Prilly dengan pandangan kagum. Gadisnya itu tetap terlihat cantik walaupun baru bangun tidur. Muka kusut, rambut acak-acakan dan kemeja yang sedikit menerawang membuat si junior langsung mengeras. Hufh, sepertinya dia harus segera melaksanakan acara berendam yang gagal tadi malam.

"Bie, kamu mandi di kamarmu ya. Uncle juga harus mandi sekarang. Tapi kita bisa mandi bersama jika kau ingin mandi disini." Kata Ali menggoda.

"Uncle Ali mesum." Kata Prilly yang lalu berlari keluar dari kamar Ali.

*****-------*****

Prilly PoV

My Uncle LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang