Part 6: Sakit

58K 1.9K 160
                                    

"Bie? Apa yang kalian lakukan?"
Suara itu menghentikan aktifitas Prilly dan Ali. Buru-buru Ali membenarkan celananya. Prilly turun dari pangkuan Ali dan duduk di sampingnya.

"Eh El, tadi bilang mau kesini malem." Tanya Prilly menutupi kegugupannya.

"Kalo gue mo kesini malem, jam segini lo mau apa?" Tanya El sambil duduk di samping Prilly.

"Aku ke kamar saja." Kata Ali yang langsung beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

"El! Lo mau gue hajar?!" Ancam Prilly setelah Ali tidak terlihat lagi.

"Ciuman kalian tadi sangat menggairahkan. Pasti om-om mesum itu langsung ngajak lo bercinta kalo gue nggak dateng." Kata El yakin.

"Sok tau lo!" Kata Prilly ketus lalu melanjutkan melihat DVD yang sempat ia abaikan tadi.

"Tante masak apa, Bie? Gue laper lom sarapan." Tanya El setelah mereka beberapa saat terdiam.

"Masih ada rica-rica ayam. Mau?"

"Boleh, dari pada tidak ada sama sekali."

Prilly lalu berjalan ke arah dapur dan menghangatkan masakan untuk sarapan El. Prilly menemani El sarapan sambil bercerita dan entah apa yg mereka obrolkan. Sesekali mereka tertawa terbahak. Prilly membereskan meja makan setelah El selesai dan mereka pun kembali duduk di sofa depan tv.

"Sepertinya rencana kita kemarin berhasil." Kata El setelah mereka mendaratkan pantatnya.

"Gue panik kemaren." Jawab Prilly singkat dan yakin kalau sepuounya itu pasti tau maksudnya.

"What?! Duh penyakit lo yg itu selalu bikin rencana berantakan. Jadi lo belum tau perasaan om lo?"

"Gue panik dan cuma bisa nyebut nama lo. Dia sangat marah saat gue nyebut nama lo. Apa itu artinya dia cemburu?"

"Bisa dipastikan begitu. Jadi tanpa disadari walaupun ini melenceng jauh dari rencana awal, lo berhasil buat dia cemburu."

"Ya. Apalagi saat dia bilang cinta ma gue. Oh rasanya gue bahagia banget." Kata Prilly sambil tersenyum lebar mengingat kejadian kemarin.

"Pantes tadi ciumannya hot banget." Celetuk El yang lalu diikuti mendaratnya sebuah jitakan di kepalanya.
"Aaaawww! Sakit Bie! Tangan lo terbuat dari besi ya?!"

"Dari beton!" Lalu mereka tertawa terbahak.
"Katanya mau kencan, nggak jadi?" Tanya Prilly penasaran karena tadi saat di telepon El bilang akan berkencan dahulu.

"Gue bo'ong. Cuma mau liat apa yg lo lakuin pagi ini." Jawab El yang diakhiri dengan kerlingan mata.

"Lo mau gue bunuh langsung apa disiksa dulu?!" El hanya tertawa mendengar pertanyaan Prilly. Sepertinya dia sudah membuat singa betina marah.

"Aaaaakh!" Teriak Prilly sambil memegang perut bagian kirinya. El yang mendengar langsung menghentikan tawanya.

"Bie! Ada apa?" Tanyanya panik sambil meneliti setiap inci wajah Prilly.

"Sakit, El." Rintih Prilly. Mukanya sudah mulai pucat dan keringat bercucuran.

"Shit! Apa pagi ini lo belum minum obat?" Tanya El setelah menyadari apa yg Prilly rasakan. Prilly tampak sedikit mengingat dan kemudian menganggukkan kepalanya. Dengan cekatan El lalu menggendong Prilly dan membawanya ke kamar.
"Jangan pingsan. Tetep liat gue." Kata El sambil menggoncang tubuh Prilly yang sudah hampir menutup matanya. Ini bukan yang pertama penyakit Prilly kambuh karena keteledoran pemiliknya. El semakin mempercepat langkahnya saat merasa badan Prilly makin dingin dan menggigil.

"Bie! Tetaplah tersadar!" Teriak El. Prilly semakin kehilangan kesadarannya, ini tak bagus. El langsung menendang pintu kamar Prilly dan langsung merebahkan Prilly di ranjang. Ali yang mendengar kegaduhan pun keluar dari kamar dan masuk ke kamar Prilly dengan kemarahannya. Kemarahannya seketika hilang saat melihat muka pucat Prilly. Seketika dia langsung berlari menghampirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Uncle LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang