Bunga Terakhir

66 1 0
                                    

Hari itu perayaan wisuda di sekolah. Acara yang ditunggu-tunggu bagi kelas 12 karena akhirnya mereka lulus dan mulai memilih untuk menentukan perjalanan hidup selanjutnya. Khansa Mahira. Begitu namaku dipanggil lantas aku langsung menuju ke atas panggung untuk dikalungi gordon sebagai simbolis bahwa aku benar-benar lulus setelah tiga tahun menduduki bangku SMA. Aku mencoba untuk tersenyum sepanjang acara ini untuk menutupi segala kecemasanku. Hari yang seharusnya bahagia, tapi ada sesuatu yang membuatku sedih. Yaitu Arrayan.

Arrayan memang bukan pacarku, kita hanya berteman yang ... cukup dekat, namun aku menyukainya sejak kelas 10. Seharusnya Arrayan juga di sini, merayakan kelulusan kami bersama, berfoto-foto, bercerita tentang kelanjutan hidup setelah ini, dan apapun yang seharusnya kita lakukan di sini. Namun semua memang tak seindah yang diharapkan. Kini Arrayan sedang terbaring lemah di rumah sakit, dengan infusan dan beberapa alat medis ditubuhnya. Ya, Arrayan sedang sakit, dia sedang berjuang melawan penyakit kankernya yang semakin parah.

Kemarin aku mendapat kabar bahwa kondisi Arrayan memburuk, dan tentu saja aku semakin cemas dan takut. Namun tadi pagi Nicky -temannya Arrayan mengabari bahwa Arrayan kembali membaik membuat aku sedikit tenang dan bisa sedikit menikmati acara kelulusan ini, meski hati dan pikiranku tidak bisa lepas dari Arrayan.

Selesai acara, aku buru-buru pulang ke rumah untuk siap-siap ke rumah sakit. Perasaanku belum tenang jika belum bertemu Arrayan dan memastikan langsung keadaannya sekarang. Tidak lupa membawa buket bunga yang sudah aku siapkan dari jauh-jauh hari, spesial untuk Rayan.

Ditemani oleh Kevin, Kakakku yang baik hati dan sabar, rela menunggu adiknya berdandan centil untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Kevin sudah seperti sahabatku sendiri, jadi aku tidak malu-malu atau sungkan lagi jika ingin bercerita. Meskipun ya, tetap saja sifat seorang Kakak yang usil melekat pada dirinya. Karena semua yang aku bicarakan padanya tentang Arrayan, Arrayan, dan Arrayan, yang awalnya Kevin meledek dengan jail sampai akhirnya dia bosan nyaris mual jika mendengarkan aku bercerita tentang Arrayan. Namun aku tetap sayang kok pada Kakakku satu-satunya ini.

Di dalam mobil, aku terus memandangi buket bunga ini sambil mengingat waktu di mana aku sedang bersama Arrayan. Lucu sekali ketika ingatan itu kembali terputar. Pertemuan pertama kami dimulai dari perlombaan Olimpiade Sains Nasional. Dan kebetulan aku dan Arrayan ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam OSN itu, aku ditempatkan di bidang biologi sedangkan Rayan Fisika. Setiap pulang sekolah kami mengikuti pelajaran tambahan, atau kadang-kadang inisiatif untuk belajar berdua jika sedang tidak ada jadwal belajar.

Awalnya kami memang belajar, tapi seiring berjalannya waktu aku dan Arrayan mulai membuka percakapan, mulai menceritakan tentang diri masing-masing sampai topik-topik lain yang bergulir begitu saja hingga akhirnya kami mengenal satu sama lain. Aku yang awalnya mengira Arrayan adalah orang yang pendiam, kaku, dan seperti malas untuk berinteraksi dengan orang lain, ternyata tidak seperti itu. Aku salah menilai Rayan. Meskipun ya, memang Rayan pendiam, tapi dia tidak sekaku itu ketika ngobrol. Tapi yang membuat aku semakin salah tingkah ketika bersama Arrayan yaitu cara bicaranya yang lembut -bukan berarti kemayu. Selain itu dia perhatian, perhatian yang gak lebay. Pokoknya Arrayan adalah cowok idaman.

Ada satu waktu di mana kami pulang sore setelah mengikuti pelajaran tambahan. Biasanya kami menunggu angkot di halte depan sekolah, namun kebetulan hari itu angkot tidak kunjung lewat dan hari semakin gelap. Akhirnya Rayan bersuara, "Cha, lo mau gak jalan sebentar ke rumah temen gue? Gak jauh kok. Gue pinjem motor temen gue buat anterin lo pulang biar gak kemaleman."

Begitu manisnya Arrayan, sampai kata-kata itu masih teringat di kepalaku, persis, tidak ada kata yang tertinggal. Sejak saat itu aku menyadari bahwa aku menyukai Arrayan. Aku nyaman ketika sedang bersama Arrayan. Sebuah rasa aneh yang terus-menerus menggerakan bibirku untuk tersenyum.

Kumpulan Cerpen RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang