BOSAN

36 1 0
                                    

                                                                                 

Aku kembali menangis ketika notifikasi akun Instagram milik Raja muncul di ponselku, menampilkan balasan direct message dari seorang perempuan dengan kata-kata yang manis. Ini untuk ke tiga kalinya Raja secara terang-terangan selingkuh di depan aku. Sakit sekali rasanya. Raja tidak lagi takut ketahuan selingkuh, justru Raja ingin aku tahu bahwa dia selingkuh, bahwa dia memiliki perempuan lain, bahwa dia benar-benar ingin selesai denganku.

Wajar saja jika perempuan-perempuan itu tidak mencurigai Raja sudah memiliki pacar, karena sudah enam bulan terakhir Raja tidak pernah mengunggah potoku, atau poto kami berdua. Pun dalam akun sosial medianya, poto-poto ku sudah diarsipkan atau mungkin dihapus?

Dengan tangis yang masih terisak, aku langsung menghubungi Raja yang padahal aku sendiri tahu bahwa Raja tidak akan mengangkat teleponnya. Benar saja, sampai panggilan itu berakhir, tidak ada jawaban di seberang sana. Aku mengepalkan tangan sambil berteriak dengan suara yang tertahan. Aku sudah gila, aku gila oleh Raja. Aku mencoba mengatur napas yang terengah-engah akibat menangis, lalu menghapus pipiku yang sudah basah. Aku beranjak dari kasur dan mendekat ke meja rias, menatap wajahku sendiri di depan cermin. Sangat buruk. Menakutkan. Mungkin ini alasan Raja ingin putus dariku. Aku jelek, aku kenakan-kanakan, aku keras kepala, aku tidak bisa menahan emosi, aku lemah, aku kurang segalanya dari perempuan-perempuan yang jadi selingkuhan Raja. Air mataku kembali mengalir namun dengan cepat aku mengusapnya.

Aku menghela napas Panjang, lalu keluar dari kamar untuk mencari ponsel milik Bunda. Ini adalah satu-satunya cara agar Raja bisa menemuiku. Ya, melalui perantara Bunda. Sungguh egois bukan. Aku memanfaatkan kelemahan Raja untuk hal-hal seperti ini. Aku mengirim pesan kepada Raja menggunakan ponsel bunda yang sedang di charge, kebetulan sang pemilik ponsel sedang mandi, sepertinya beliau akan pergi keluar.

"Aja, Bunda abis bikin kue brownis. Bunda sisihkan buat Mami kamu, bisa tolong ke rumah?"

Tak perlu menunggu lama, pesan itu langsung centang dua biru dan ada balasan. Aku tersenyum tipis lalu sedetik kemudian kembali pudar. Disambut dengan mata yang mulai memanas. Lucu sekali bukan? Padahal baru saja panggilanku diabaikan, tapi apa ini? Dengan cepat Raja bisa membalas pesan dari Bunda. Baik. Tidak apa, setidaknya Raja akan ke rumahku, bertemu denganku, dia terjebak olehku—lagi.

Aku kembali ke kamar. Aku tidak boleh terlihat seperti ini di hadapan Raja. Lalu aku mengambil tisu, menghapus sisa-sisa basah di ujung mata dan di sudut-sudut lubang hidung, kemudian memulas sedikit wajah dengan riasan sederhana. Lebih baik. Kata siapa aku jelek? Aku cantik, dan Raja menyukaiku, akan selamanya seperti itu. Kejadian tadi, ah mungkin saja perempuan itu saja yang genit, karena memang Raja adalah primadona, siapa yang tahan tidak menggoda seorang Raja ketika melihat ketampanannya.

Baru selesai merias, terdengar ada ketukan pintu di depan. Pasti itu Raja. Tidak butuh waktu lama untuk sampai rumah, karena jarak rumah aku dan Raja hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit saja.

"Eh Raja, kok Vira gak bilang kalo mau ke rumah?" Aku mendengar suara Bunda, dan aku langsung berlari menghampiri mereka. Pasti Raja bingung karena dia kesini pun disuruh Bunda melalui whatsapp.

"Lho, bukannya—"

"Hai, Ja," selaku.

"Kamu kok gak bilang kalo Raja mau kesini?" tanya Bunda padaku.

"Eh, kan Bunda juga mau pergi, jadi Vira gak bilang deh,"

"Iya Ja, kebetulan Bunda ada arisan, jadi Bunda tinggal dulu yah. Vira, ajak masuk Ajanya. Bunda pergi dulu ya," ucap Bunda kemudian berlalu, meninggalkan Raja yang terlihat sangat kikuk, dan tentu saja kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang