Kenapa harus aku?

5 1 0
                                    


" Siapakah dirimu tuan? kenapa kau sangat ingin sekali memiliki ku. Andai kau tahu aku gadis seperti apa, apakah kau tetap ingin memiliki ku?"
_ Siti Aisyah

" Aisyah ke sini sebentar." panggil pak Lanik yang melihat anaknya baru saja keluar dari kamar.

Gadis itu Aisyah, nama lengkapnya adalah Siti Aisyah. Dengan rasa penasaran ia langsung menghampiri orang tuanya, yang sedang duduk di ruang tamu.

Pak Lanik melihat anaknya yang sudah berada di dekatnya. Langsung saja pak Lanik mengatakan.

" Kau duduk dulu, bapak dan mamak kau mau ngomong." pinta pak Lanik.

Aisyah mengangguk dengan menduduki dirinya di sebelah mamaknya. Ia merasa kalau orang tuanya kali ini ingin ngomong serius dengannya, karena biasanya kalau orang tuanya mau ngomong akan langsung saja.

" Aisyah kau akan kami nikahan dengan seorang pria yang sangat cocok buat kau." titah pak Lanik dengan tegas mengatakannya.

Aisyah langsung terdiam dengan tubuhnya seolah-olah membeku. Ia ingin sekali membantah ucapan bapaknya, tapi kenapa bibirnya tiba-tiba seperti terkunci. Dan ia hanya bisa diam dengan melihat bapaknya yang sangat serius dengan ucapannya.

" Aisyah ini sudah keputusan kami. Kau harus menuruti nya." tegas pak Lanik yang tidak main-main dengan ucapannya.

" Aisyah jangan menolak permintaan kami!"

Aisyah menghela napas panjang dengan tatapan kecewa sekaligus sedih menatap bapaknya. Ia tidak pernah menangis di depan orang tuanya kecuali saat ini, yang begitu saja air matanya mengalir membasahi pipinya.

" Aisyah..." bu Yati merasakan apa yang sedang anaknya rasakan.

" Kenapa harus aku? Kenapa aku, yang kalian nikahkan!?" pekik Aisyah yang di ikuti dengan tangisannya. " Aku gak masalah gak kuliah. Tapi kenapa kalian nikahkan aku, dengan seorang pria yang aku saja tidak tahu siapa! aku gak mau kalian nikahkan!" sambung Aisyah dengan menggeleng kepalanya.

" Aisyah!!" hardik pak Lanik yang tiba-tiba saja emosi. Padahal pak Lanik tidak ingin mengeraskan suaranya.

" Hahaha.... salah jika aku menolak permintaan kalian? bagaimana dengan perasaan aku pak!? aku tetap gak mau nikah!" tegas Aisyah.

" Kami tidak mau tahu, kau tetap akan kami nikahan!"

Aisyah menatap bapaknya itu dengan tatapan tidak percaya. Kenapa harus dirinya? aku gak mau nikah! Aisyah menghapus air matanya dengan kasar. Lalu ia langsung mendekati mamaknya untuk meminta bantuan.

" Mamak pasti gak setuju kan? aku nikah? jawab aku mamak. Aku mohon tolong bantu aku, aku gak mau menikah untuk saat ini. Please bantu aku mamak." pinta Aisyah dengan suara bergetar.

Bu Yati langsung mengalihkan pandangannya. Wanita paruh baya itu tidak sanggup melihat wajah anaknya. " Maaf mamak tidak bisa. Terima saja permintaan kami. Jangan buat orang tua kau ini kecewa."

Kepada siapa lagi ia harus meminta tolong? jika mamaknya saja tidak menolong dirinya, yang mau di nikahkan dengan seorang pria asing. Tatapan kecewa dan sedih sangat jelas di wajah Aisyah , ia tidak menyangka kalau orang tuanya memintanya untuk menerima permintaan mereka.

" Hahaha... kalian lucu. Kalian meminta aku untuk menerimanya? supaya aku tidak mengecewakan kalian. Lantas bagaimana dengan perasaan aku mamak!?" Aisyah menatap kecewa dengan keputusan orang tuanya.

" Aisyah kami akan memberikan kau waktu untuk berpikir. Tapi ingat kau harus menerimanya. Kami tidak mungkin memberi kau kepada pria sembarangan." ucap pak Lanik, setelah itu langsung pergi meninggalkan ruang tamu.

Aisyah hanya terdiam tidak ada keinginannya untuk menjawab ucapan bapaknya.

Bu Yati ingin sekali membela anaknya, tapi apa lah daya sebagai seorang istri harus mengikuti suaminya. Tanpa banyak kata bu Yati langsung mendekap Aisyah dengan sangat erat. Dua perempuan yang beda umur itu saling memeluk dengan menumpahkan tangisan mereka berdua.

Aisyah menumpahkan tangisan tatkala mamaknya memeluknya erat. Gadis yang selalu ceria dan tersenyum, kini tengah menangis meratapi dirinya.

Dari celah pintu kamar ada seorang pria yang tidak lain adalah abangnya Aisyah. Namanya Nur Ismail, umur mereka berjarak 7 tahun dengan Aisyah yang menjadi adiknya. Mail seolah-olah memahami apa yang di rasakan oleh Aisyah. Ia pun tidak bisa membantu dan membantah ucapan bapaknya. Karena ia pun hanya seorang anak, yang di mana harus mengikuti apa kata orang tuanya. Hanya doa yang bisa ia lakukan untuk Aisyah, dan ia ingin sekali menghibur adiknya itu.

Setelah bapak dan mamaknya pergi. Aisyah langsung bangkit dan meninggalkan ruang tamu, ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Tidak terlalu besar kamarnya, tapi ruangan itu selalu menjadi saksi jika ia sedang tidak baik-baik saja. Seperti saat ini, pikirannya sangat capek dan lelah sekali.

Aisyah memilih untuk duduk di pinggiran tempat tidur. Berkali-kali ia menghela napas untuk menghilangkan rasa sakit dan sesak di dalam dadanya. Ia ingin berteriak tapi kenapa suaranya seperti tercekik hingga ia tidak ingin mengatakan apapun untuk saat ini. Dan kenapa hati kecilnya ingin mengikuti permintaan orang tuanya.

" Allah apakah ini rasanya? jika berharap dan menaruh kepercayaan kepada manusia. Rasanya sesakit ini? walaupun mereka keluarga sendiri. Allah aku tidak ingin menikah untuk saat ini, bisa kah engkau membantu ku? aku tidak mengenalnya, aku tidak pernah bertemu dengannya, dan aku tidak mencintainya. Tapi kenapa dia tiba-tiba datang menemui orang tua ku, tanpa aku sadari. Allah apakah ini takdir ku? yang harus menikah muda. Apakah dia benar-benar pria yang baik? apakah dia bisa menerima ku, Allah engkau maha segalanya dan engkau maha tahu. Aku harus apa ya Allah?" batin Aisyah yang seolah-olah sedang berdialog dengan Allah.

Aisyah terkenal dengan senyuman manisnya dan juga tingkah konyolnya. Tapi kini lihatlah hilang dalam sekejap senyuman manisnya dan juga tingkah konyolnya, karena permintaan orang tuanya tadi. Tidak pernah menangis di depan orang tuanya, ia selalu tersenyum manis seolah-olah tidak punya masalah. Padahal ia selalu memendam semua perasaannya sendiri.

Tiba-Tiba Dipinang Pak CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang