Aku menerimanya

2 1 0
                                    

Hari ini adalah hari di mana ia harus memberikan jawaban atas permintaan orang tuanya. Di ruang tamu sudah pada berkumpul orang tuanya dan abangnya, Aisyah sedari tadi hanya diam dan menunggu bapaknya untuk bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama beberapa hari yang lalu.

" Kau anak perempuan kami satu-satunya, terima lah permintaan kami. Aisyah tidak mungkin sebagai orang tua kau, tidak memikirkan kau dan masa depan kau. Kami juga gak mungkin sembarangan menikahi kau dengan seorang pria."

"Insyaallah kami yakin, bahwa dia akan menjadi suami yang baik buat kau. Dan bisa membimbing dan menjaga kau. Bapak dan sama mamak kau sudah tua, dan kau anak perempuan kami satu-satunya. Kau tidak bisa terlalu berharap kepada kami, apa lagi sama abang-abang kau. Terimalah nak, permintaan kami. Insyaallah dia yang terbaik buat kau."

Aisyah merenung ucapan bapaknya barusan. Gadis itu bingung dengan perasaannya, ia ingin menolaknya tapi kenapa di hati kecilnya ingin menerima permintaan orang tuanya. Karena ia tidak ingin melihat orang tuanya sedih dan kecewa. Walaupun sebenarnya ia takut, sedih, kecewa, dan yang pastinya ia tidak mengenal pria itu dan tidak mencintainya.

Aisyah juga masih berharap kepada orang tuanya, ke mungkinan ingin membatalkan permintaan mereka. Eskpektasi tidak sesuai dengan realitanya, ia merasa sakit dan kecewa karena masih berharap selain kepada Allah.

" Aisyah apa jawaban kau?" desak pak Lanik.

Aisyah menarik napas sebelum mengatakan jawabannya. " Bismillahirrahmanirrahim, jika memang ini yang terbaik buat aku. Dan ini yang kalian inginkan, aku menerimanya. Semoga dia memang yang terbaik buat aku, dan bisa menjadi imam yang baik."

" Serius dengan jawaban kau ini?" tanya pak Lanik yang ingin memastikan ucapan anaknya.

Aisyah menunduk kepalanya lalu mengangguk.

Pak Lanik, bu Yati, dan, Mail mendengar jawaban dari Aisyah membuat mereka senang dan sedih secara bersamaan.

" Terimakasih Ais, kau mau menerima permintaan kami sebagai orang tua kau. Kami akan selalu mendoakan yang terbaik buat kau, dan semoga dia memang yang terbaik buat kau. Pernikahan kau akan di selenggarakan secepatnya. Dan kau hanya cukup untuk menyiapkan diri saja, karena urusan yang lain kami yang akan menyiapkannya."

" Bapak apa dengan jawaban dari aku tadi, membuat kalian bahagia mendengarnya? aku memang menerimanya, tapi kenapa hati aku sakit? Allah apa kah ini takdir aku? yang harus menikah muda, dan apa kah dia yang terbaik buat ku? aku tidak kenal dia dan tidak tahu dia seperti apa. Semoga dia bisa menerima ku, dan semoga bisa menjadi imam yang baik buat ku." batin Aisyah.

" Aku menerima pernikahan ini, bukan berarti aku mau pernikahan ini di ketahui orang lain. Cukup keluarga kita saja dan keluarganya. Karena aku tidak ingin di anggap perempuan yang tidak-tidak, karena menikah muda."

" Kami juga sudah berbicara mengenai ini kepada keluarga calon suami kau. Dan mereka setuju dengan permintaan kami. Jadi kau gak perlu mikirin yang lain, cukup mikirin diri sendiri aja."

Aisyah mengangguk. Ia merasa ada yang menatapnya sedari tadi, dan yang menatapnya ialah mamaknya. Mamak yang selalu bisa membuatnya tenang jika melihatnya dan ia paling menyukai senyuman manis mamaknya. Aisyah membalas senyuman kepada mamaknya, gadis itu tidak ingin menangis lagi di depan keluarganya.

Tanpa banyak kata bu Yati langsung memeluk anaknya dengan erat. Wanita paruh baya itu mengerti dan paham apa yang sedang anaknya rasakan.

" Aisyah anakku mamak bukan tidak sayang kepadamu. Justru mamak sayang kepadamu dan pada akhirnya mamak setuju dengan permintaan bapakmu. Mamak juga yakin bahwa pria itu insyaallah pria yang baik dan bisa mencintai mu anakku. Maaf kan mamak, yang selalu memarahi mu dan mungkin sering menyakiti kau." batin bu Yati yang sudah menetes air matanya membasahi pipinya.

Tiba-Tiba Dipinang Pak CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang