Malam Minggu

2 0 0
                                    

Setelah selesai dengan makan malam bersama, Aisyah, suaminya, dan keluarganya pergi ke kamar mereka masing-masing.

Di dalam kamar, Aisyah tidak sendirian melainkan bersama suaminya yang berada di dalam kamar bersamanya. Arkan yang sudah selesai shalat isya berjamaah di mesjid, langsung masuk ke dalam kamar istrinya ketika sudah pulang dari mesjid.

Suasana di dalam kamar Aisyah tidak cuman hening saja, tapi juga terasa canggung bagi mereka berdua, bahkan untuk sekedar mengobrol. Arkan yang duduk di kursi meja belajar Aisyah, sedangkan Aisyah duduk di tempat tidurnya dengan memainkan handphone nya.

Arkan melihat istrinya yang sibuk dengan memainkan handphone. " Sayang sudah malam, jangan main handphone lagi." ujar Arkan dengan mendekati istrinya.

Aisyah yang sedang main handphone, sampai terkejut dengan kehadiran suaminya yang sudah berada di sampingnya. " Mau ngapain?" tanya Aisyah was-was, merasa takut sebab mereka berada di satu kamar.

Arkan semakin memajukan wajahnya tepat di depan wajah istrinya. " Sudah jam setengah sebelas kurang waktunya tidur, jangan main handphone lagi." ucap Arkan masih di posisi yang sama, dengan menatap lekat mata istrinya.

Aisyah memundurkan tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan wajah suaminya, bahkan ketika Arkan sedang berbicara kepadanya aroma pekat maskulin sampai tercium ke hidungnya.

Arkan tersenyum geli, melihat istrinya yang sedang memundurkan tubuhnya. Membuat Arkan duduk di ujung tempat tidur Aisyah. " Kenapa hm?"

Aisyah menggeleng, ia merasa tidak nyaman karena satu kamar dengan Arkan walaupun sudah menjadi suaminya.

Arkan memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan istrinya. " Tidur sayang jangan main handphone lagi." ujar Arkan dengan mengusap rambut panjang Aisyah.

Aisyah menepis tangan Arkan yang sedang mengusap kepalanya. " Stop!" Arkan menatap bingung kepada Aisyah.

Aisyah mengalihkan pandangannya menatap ke arah lain. " Kita gak mungkin kan satu kamar?" tanya Aisyah dengan rasa cemas. Arkan tersenyum, gemas melihat ekspresi istrinya.

Ekhem

Arkan menegakkan tubuhnya. " Kenapa gak mungkin sayang?" tanya Arkan balik.

" Ya, aku cewek dan kamu cowok, jadi kita gak bisa satu kamar kayak gini!" jawab Aisyah pelan, Arkan sampai terkekeh kecil mendengar ucapan dari istrinya.

Aisyah menoleh menatap Arkan datar, sampai Arkan menghentikan tertawanya. " Gak ada yang lucu!"

Arkan menggaguk. " Soalnya aku lucu dengan pertanyaan kamu sayang. Kamu lupa kita sudah menikah, jadi gak ada masalah kalau kita satu kamar seperti ini."

Aisyah bahkan sampai lupa kalau ia sudah menikah dengan pria yang berada di sampingnya. " Terus kita satu kamar, gitu?"

Arkan menggaguk, Aisyah sampai menghela napas berat karena harus satu kamar dengan seorang pria, yang lebih parahnya lagi sudah menjadi suaminya sendiri.

" Gini aja deh, kamu tidur di kamar abang aku saja, gimana mau kan?" saran Aisyah agar Arkan tidak tidur satu kamar dengannya.

Arkan menggeleng, tidak setuju.

" Kenapa kalau aku tidur sini, kita kan sudah suami istri."

" Tapi kan ak--"

" Sayang tenang saja aku gak akan macam-macam sama kamu, aku gak akan memaksa kamu kalau tidak merasa nyaman."

" Ya, tetap aja Arkan aku tuh, gak nyaman berada satu kamar seperti ini."

Arkan menghela napas, lalu merebahkan tubuhnya ke tempat tidur istrinya. Melihat itu Aisyah merasa mau pergi aja dari kamarnya, ia tidak bisa satu kamar seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tiba-Tiba Dipinang Pak CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang