Bagian Empat

16 4 2
                                    

Pagi ini Shenina berangkat ke kantor lebih awal bahkan mungkin kini ia sudah tiba di kantor sejak pukul 07:15. Ia duduk di kursi meja kerjanya sambil menikmati secangkir susu hangat tak lupa dengan roti sandwich nya yang ia bawa dari rumah.

Sengaja ia berangkat sejak pagi buta supaya kejadian kemarin tak terulang kembali di hari ini. Jika benar perlakuan Anggara kemarin itu terulang kembali hari ini, Shenina bersumpah bahwa ia benar-benar akan mengibarkan bendera perangnya!

"Pagi bener jam segini udah dateng," mendengar suara yang datang begitu tiba-tiba, membuat Shenina terkejut bahkan tersedak makanannya.

Shenina memukul-mukul dadanya pelan seraya dengan cepat meminum air mineralnya.

"Lo bisa ngga sih, ngga ngagetin orang? Dateng tiba-tiba, setan lo?"

"Language Shenina, ini kantor,"

"Sorry ini belum jam kantor dan belum ada siapapun di sini, jadi suka suka gue,"

"Oh gitu? Oke,"

Anggara mendekat pada meja kerja Shenina dengan raut muka yang datar tanpa ekspresi.

Tentu saja Shenina juga tidak mau kalah. Ia memasang raut wajah yang menantang Anggara.

Tepat berada di meja kerjanya. Anggara memasuki tangannya pada saku celananya. Lantas ia mengeluarkan kain hitam kecil itu dari saku celananya. Ia memberikan sapu tangan itu pada Shenina. Shenina yang bingung dengan Anggara, hanya menatap heran laki-laki yang berada di depannya ini.

"Apa?"

"Ada noda di bibir, elap noh," ucapnya seraya menyerahkan sapu tangannya pada Shenina.

"Gausah! Gue juga punya tissue,"

"Dih, yaudah,"

"Hari ini kamu kerjain delapan project yang baru kita terima dan selesai hari ini,"

"Gue lagi?"

"Iya, kenapa ngga terima?"

"Jelas lah, lo kalau ngasih kerjaan yang masuk akal aja, project sebanyak itu harus selesai hari ini gimana ceritanya dan harus gue sendiri yang kerjain,"

"Kalau kamu lupa, kamu masih dalam masa pengawasan saya ya Shenina, saya berhak menilai kinerja kamu dan cara kamu menyelesaikan masalah,"

"Pengawasan sih pengawasan tapi ngga gini juga Anggara," ucap Shenina dengan nada bicara yang sudah berubah.

"Lo kok nyolot?" Shenina terkekeh namun raut wajahnya seakan mengejek Anggara.

"L a n g u a g e Anggara, ini kantor ngga sepantasnya kamu ngomong lo gue di sini,"

Anggara menunjuk wajah Shenina menggunakan telunjuknya,

"Lo bener-bener yaa, lo nantangin gue?"

"Iya? Kenapa? Emang cuma lo doang yang bisa seenaknya, gue juga bisa,"

"Saya ini atasan kamu yaa Shenina!"

Tanpa sadar kali ini mereka sudah tak lagi berdua. Sudah ada Shaka, Sean dan Ody di ruangan ini. Mereka yang baru datang harus dikejutkan dahulu oleh pertengkaran Shenina dan Anggara.

Sean mendekati Ody dan membisikan sesuatu di telinganya, "Mereka ini beneran musuh bebuyutan Dy?"

Ody melirik Sean yang sedang berdiri di sampinganya, "Lebih dari itu,"

"Anda memang atasan saya! Tapi anda tidak berhak berlaku seenaknya seperti itu!"

"Kalau gitu saya tambahkan dua project lagi dan harus selesai juga hari ini!"

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang