Bagian Lima

20 5 7
                                    

Shenina keluar dari kamar mandi dengan setelan piyama ungu mudanya yang bermotif kucing putih kecil-kecil. Lantas Shenina mendudukan dirinya pada kursi meja rias. Sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan hair dryer.

Drrtt.. Drrtt.. terdengar bahwa ponselnya berdering. Dengan segera Shenina mengambil benda pipih itu yang tak jauh dari jangkauannya. Tertera nama Anggara pada layar lock screen-nya hingga cukup membuat Shenina menghela nafas kasar.

“Apalagi nih orang?”

Anggara tukang marah
/mengirim file/

Setelah melihat pesan dari Anggara, Shenina kembali menyimpan ponselnya dan terus melanjutkan aktivitasnya tanpa berniat untuk membalas pesan Anggara.

Drrtt.. ponselnya kembali terdengar, Shenina mengambil kembali benda pipih dengan pelindung berwarna ungu muda.

Anggara tukang marah
/mengirim file/

Drtt..

Anggara tukang marah
Tolong perbaiki design ini, font ganti Warna ganti jadi gold

Shenina kembali menyimpan ponselnya. Namun, dering Handphone nya kembali terdengar. Shenina memejamkan matanya sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

“Apa sih dia ngechat-ngechatin mulu!!”

Anggara tukang marah
Ditunggu sekarang.

“Bodo amat Anggaraaa!!!” ucap Shenina sambil meletakkan kembali ponselnya dan beranjak keluar dari kamarnya.

Anggara tukang marah
Balas Shenina. Gue tau lo udah baca

Anggara tukang marah is calling

Shenina tengah berdiri di depan pintu kamar kakaknya–Bian yang berada di seberang kamarnya. Shenina mengetuk pintu kamar berwarna putih itu sambil memanggil nama kakaknya.

Tokk..tokk.. “Kak Biann..”

“Siapa?”

“Ini aku Shen. Kak Bian.”

Tak lama pintu kamar putih itu terbuka menampilkan seorang pria tampan yang memiliki tubuh lebih tinggi dari Shenina, “Ada apa Shen?”

“Kak Bian lagi sibuk ngga?”

Bian tampak berpikir sejenak, “Hmm.. ngga Shen, kenapa?”

“Jalan yukk Kak.. kita makan di luar, lagian juga kan Bunda sama Ayah ngga ada di rumah.”

Bian kembali berpikir sebentar dengan raut wajah yang dibuat sok serius seraya tangannya memegang dagu miliknya. Jahil. Bian sedang menjahili adiknya. Shenina yang tahu bahwa ia sedang dijahili. Lantas ia memegang lengan Bian sambil terus ia goyang-goyangkan.

“Ihh.. Kakak nyebelinn.. ayolah Kak kita main keluar..”

“Gimana yaa Shen..” ucap Bian sendu.

“Kenapa sih Kak?! Ayolahh Kak..“ rengek Shenina sambil memeluk tubuh besar kakaknya.

Bian yang tak tahan dengan tingkah gemas adiknya membuat tangan Bian ingin mengacak-ngacak rambut Shenina.

“Ihh Kakak!! Bukannya jawab malah ngacak-ngacak rambut aku!!”

Bian mencubit pipi Shenina yang kini sedang memajukan bibirnya, “Ngga usah cemberut gitu, jelek. Yaudah ayo kita berangkat, pakai jaketnya.”

Shenina berjingkrak-jingkrak kesenangan mendengar ucapan Bian yang menyetujui ajakannya.

“Ayeayyy!” lantas Shenina beranjak masuk ke kamarnya untuk mengambil jaket miliknya.

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang