Bagian Enam

12 5 3
                                    

Pagi hari ini seperti biasa Shenina sudah berada di kantornya sejak pukul tujuh pagi. Mungkin hanya Shenina satu-satunya karyawan Emily Group yang sudah tiba satu jam lebih awal dari jam masuk kantornya. Tentunya selain petugas cleaning dan security.

Kini Shenina sedang mengesap susu coklat panasnya sambil menonton serial drama korea di hanphone-nya. Jangan lupakan ada beberapa potong Sandwich yang sengaja ia bawa dari rumah sebagai bekal sarapannya.

Shenina sudah terbiasa berangkat pagi selama beberapa hari ini. Entah karena alasan takut Anggara sengaja mengerjainya karena ia datang telat. Atau mungkin untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Tapi jelas Shenina yakin, mau ia berangkat pagi ataupun telat pada kenyataannya Shenina tetap menjadi budak korporatnya Anggara. Dan hal itu tak bisa ia hindarkan. Ahh.. persetan dengan Anggara. Shenina tetap akan melawan boss menyebalkannya ini.

Selang dua puluh menit kemudian, Anggara tiba di ruangan divisi. Baik Shenina maupun Anggara sudah tak heran lagi. Sebab urutan manusia terajin adalah Shenina dan diurutan kedua Anggara. Ralat, Anggara menjadi urutan kedua jika tidak ada hambatan.

Anggara berjalan menghampiri Shenina yang sedang sibuk memakan sandwich nya sambil menonton.

“Kemana aja kamu semalam?” (busettt udah kayanya cowoknya nanya ke ceweknya aja wkwkwk)

Shenina melirik sinis Anggara dengan raut wajah yang datar. Ia hanya menatap malas tanpa membalas pertanyaan Anggara dan kembali melanjutkan makannya.

Melihat respon Shenina yang mengacuhkan dirinya. Anggara
menghela nafas kasar.

Lantas ia sedikit berjalan mendekati Shenina–lebih dekat lagi–Ia menarik kursi yang sedang perempuan ini duduki dengan satu tangan yang lain menyandar di atas meja Shenina.

Shenina sontak kaget mendapatkan pergerakan dari Anggara secara tiba-tiba ini. Apalagi kini wajah mereka sangat dekat.

“Apa sih kamu?! Harus banget narik-narik gini?” tanya Shenina sinis.

Anggara tersenyum dengan senyum seringai, “Makannya kalau ada orang yang nanya itu dijawab.”

Lantas Anggara melepaskan pegangannya pada lengan kursi Shenina dengan sedikit dorongan. Shenina mendengus kesal.

Kemudian lelaki itu menatap datar Shenina seraya melipatkan kedua tangannya di depan dadanya.

“Jadi kemana kamu semalam? Kenapa chat saya ngga kamu balas, bahkan telpon saya ngga satu pun kamu angkat?”

“Udah malem bukan jam kerja dan waktunya istirahat, kayak ngga punya waktu lain aja.” ucap Shenina sinis.

Anggara mendengus kesal mendengar jawaban Shenina yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Anggara.

“Apa kamu bilang? Perlu kamu ingat yaa Shenina, saya ini atasan kamu dan kamu masih dalam pengawasan saya.”

“Begini yaa bapak Anggara yang terhormat. Atasan saya yang paaaling saya cintai, saya tau kalau saya ini masih dalam masa pengawasan anda, lagi pula saya selama ini selalu terima semua pekerjaan dari anda kan? Tiap hari saya kerja sampai sore, tiap hari saya kerja lembur bahkan kerja lebih keras dari yang lain..

..I know, you know that Anggara.”

“Iyaa lantas kamu bisa mengabaikan pekerjaan kamu begitu saja?”

Shenina menggaruk dahinya yang tak gatal dengan helaan nafas kasar.

Urgensi-nya apa sih? cuma ganti font dan warna doang jadi gold kan? Hari ini juga bisa saya kerjakan dan bisa selesai hari ini juga kenapa harus dikerjakan malam itu juga?”

HOLD MY HANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang