0.4

552 72 9
                                    

~ - Little Brother - ~
-
-
-
-
-

_______________________________________

Matahari mulai terbit, menyinari ruang tamu yang gelap di mana gempa tertidur di atas sofa dengan selimut hangat.

Gempa terbangun dan mengucek matanya. Melihat suasana yang mulai terang, dan gempa baru menyadari jika ia berada di atas sofa. Seingatnya ia tidur di sebelah halilintar, namun sekarang orang itu tidak ada di sini.

Ia bangkit, mencari halilintar dan taufan. Mungkin saja mereka berdua meninggalkannya sendirian di rumah ini.

Langkahnya mulai melambat, gempa sadar mungkin ia tidak banyak berharap dan terlalu percaya dengan kedua orang itu. Jika ia ditinggalkan sendiri di sini, maka gempa bisa saja kabur meskipun ia tidak memiliki tujuan yang jelas.

Melihat pantulannya di cermin, gempa terlihat sangat berantakan. Mengabaikan penampilannya, ia memilih untuk keluar rumah.

Namun baru saja melangkah, tiba-tiba pintu rumah terbuka menampilkan dua orang dengan bercak darah di pakaian mereka. Gempa melihat itu sontak menjauhkan diri dan bersembunyi di balik sofa. Napasnya tidak karuan saat melihat bercak darah di tubuh mereka berdua.

Halilintar terkejut saat gempa bersembunyi darinya, dan ia baru menyadari jika gempa memiliki trauma. Menepuk dahinya, langsung saja halilintar melepaskan jaketnya dan melemparkannya kesembarangan arah.

"Gempa? Maaf, aku tidak bermaksud" halilintar mencoba mendekati gempa, namun gempa menggeleng keras dan semakin menjauh.

Taufan memegang pundak halilintar, menyuruhnya untuk membersihkan tubuh mereka terlebih dahulu dan memberi gempa waktu. Halilintar mengangguk paham dan memberi gempa waktu.

Setelah beberapa lama, gempa sudah merasa lebih baik dan kini sedang duduk di atas sofa sambil menonton televisi. Sedangkan halilintar dan taufan, mereka memilih untuk menata kamar yang masih kosong.

Meskipun hanya ada kasur dan lemari, itu cukup bagi mereka selagi masih bisa digunakan untuk tidur.

Kini taufan sedang bingung melakukan apa, karena tugasnya sudah selesai. Berbeda dengan halilintar yang masih sibuk membicarakan sesuatu dengan atasannya.

Karena bosan ingin melakukan apa, akhirnya taufan duduk di sebelah gempa.

"Gempa, kau menonton apa?" Taufan bertanya, namun tidak digubris oleh gempa.

Oke, Taufan tidak pandai dalam hal ini. Bagaimana kakaknya yang dingin itu bisa akrab dengan gempa.

'apakah orang pendiam bisa akrab dengan orang pendiam lainnya' batinnya heran saat memikirkan cara halilintar berinteraksi dengan gempa.

Mungkin ia harus menjadi seperti halilintar terlebih dahulu (?)

Menghela napas, taufan menyenderkan kepalanya ke bahu gempa. Karena terkejut gempa langsung bangun dari duduknya, alhasil taufan terjatuh dengan kepala membentur lantai.

"Aduh-!!" Rintihnya sambil mengusap kepalanya.

Halilintar yang melihat kejadian itu sejak awal langsung menggelengkan kepalanya sambil melipat kedua tangan di dadanya.

"Heh katanya pandai berkomunikasi dengan anak-anak" sindirnya dengan pedas.

Merasa tersindir, taufan bangkit dan langsung memberikan jari tengah kepada halilintar namun tidak dihiraukan olehnya.

Halilintar mendekati gempa dan mengelus kepalanya.

"Hari ini aku lupa membeli makanan saat ke kota tadi, mungkin kita bisa mencari sesuatu di sekitar sini. Ingin membantuku?" Tawarnya dengan tenang.

Little Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang