"Orang yang tepat, datang disaat yang tepat pula."
Hal pertama yang dilihatnya adalah sebuah ruangan serba putih, serta bau obat-obatan yang sangat mengganggu indera penciumannya.
"Akhirnya, Lo bangun juga." Ucap seseorang yang duduk disamping ranjang rumah sakitnya itu.
Vanya menoleh kearah orang tersebut dengan raut wajah bingung.
Seolah tahu apa yang sedang Vanya pikirkan, orang itu berkata "Lo tadi pingsan. Jadi gue bawa ke sini." Ucap orang itu.
"Makasih ya, udah nolongin gue. Dan maaf kalo ngerepotin Lo." Ucap Vanya tulus kepada orang itu.
"Iya, sama-sama. Gue tadi engga sengaja ngelihat Lo di rooftop gedung hotel terus gue mau pergi aja tapi takut kalo-kalo Lo bunuh diri. Jadinya, gue ajak bicara aja tadi, hehe." Ucap orang itu.
"Enak aja! Engga lah! Gue engga mau buat dosa dengan bunuh diri. Walaupun cobaan hidup ya mungkin, bisa dibilang sangat berat,hehe." Ucap Vanya.
"Nama Lo?"tanya Vanya.
Orang itupun mengulurkan tangannya dan berkata"Kenalin, nama gue Kenando Gilbert Wong. Biasa dipanggil Kenan. Kalo Lo?" Tanya Kenan.
"Vanya. Panggil aja Vanya." Ucap Vanya sedikit cuek dan membalas uluran tangan Kenan. Walaupun tak sampai 5 detik, dia sudah melepaskannya.
Kenan yang melihatnya, hanya menyimpulkan satu hal.
Mood swing.
Kebanyakan para wanita atau bahkan hampir seluruh populasi mereka pasti seperti itu. Yeah, like a air conditioner Broh!
"Ah, iya iya. Salam kenal Nya."
"Iya."
Kemudian, terjadi keheningan beberapa saat diantara mereka berdua. Sampai suara Kenan, memecahkan lamunan Vanya dari dunianya sendiri.
"Van?"
"Hmm?"
"Kata dokter tadi, Lo pingsan karena kecapean dan Lo punya penyakit asam lambung ketambahan Lo kekurangan darah. Jadinya bisa sampai pingsan begitu. Oh iya, kata dokter juga, kalo Lo udah siuman, Lo bisa langsung pulang." Ujar Kenan.
"Ini jam berapa sih?" Tanya Vanya.
"Kurang lebih jam setengah 9 malam sih Nya." Jawab Kenan.
"Yaudah deh, gue mau pulang aja. Males balik ke acara resepsi."
"Gue antar." Ucap Kenan tegas.
Vanya yang ingin bicara lagi, langsung disela oleh Kenan.
"Ngga ada penolakan."
"Oke deh kalo gitu. Thanks ya." Ucap Vanya tersenyum simpul.
***
Sebuah mobil yang ditumpangi oleh dua orang didalamnya, membelah jalan raya ibu kota di langit malam.
Tidak ada pembicaraan di dalam mobil itu. Hanya suara musik yang mengiringi perjalanan mereka menuju ke rumah Vanya. Sampai salah satunya bertanya, dan membuyarkan keheningan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamais Vu [ON GOING]
Teen FictionCerita yang mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Vanya. Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Mamanya adalah seorang pebisnis kuliner yang memiliki beberapa cabang yang tersebar di seluruh Nusantara. Sedangkan papanya, adalah seoran...