First Mission

0 0 0
                                    

"Sama seperti lomba cerdas cermat. Harus Cepat, tepat, dan tenang.

"Bi Ratmi." Panggil Vanya tepat bersandar di depan pintu kamar Bi Ratmi. Masih mengenakan seragam sekolahnya. Tak lupa dengan tas berwarna biru dongker yang masih melekat dipundaknya. Bi Ratmi yang sedang melipat baju itupun menoleh. Lalu dia langsung berdiri ketika melihat Vanya yang baru pulang sekolah itu.

"Eh, non?" kaget Bi Ratmi.

"ada perlu apa non?" lanjutnya.

Vanya memasuki kamar Bi Ratmi, lalu duduk di kasur milik Bi Ratmi.

"Bi, Vanya boleh tanya sesuatu ngga sama Bibi? Dan Vanya harap, Bibi bisa jujur ke Vanya." Ucap Vanya.

"Boleh non. Bibi akan usahakan non." Jawab Bi Ratmi.

"Apa Bibi tahu alasan Mama dan Papa selalu perlakukan Vanya berbeda dari Cia, Farel, ataupun Kak Lion?" tanya Vanya dengan menatap bi Ratmi. Namun, yang ditatap malah menatap ke arah lantai rumahnya.

"Bibi ngga tahu banyak non." Ucap bi Ratmi.

"Yaudah, yang Bibi tahu aja. Tolong ceritain ke Vanya ya Bi." Ucap Vanya dengan wajah berharap. Tetapi tetap saja, Bi Ratmi tetap melihat ke arah lantai.

Melihat keterdiaman Bi Ratmi, mengundang Vanya berpikir kalau Bi Ratmi tahu akan beberapa hal mengenai dirinya. Lalu dengan inisiatif, Vanya menepuk tempat disampingnya, bermaksud menyuruh Bi Ratmi duduk disebelahnya.

"Bi, jangan berdiri. Ayo duduk disamping Vanya. Bibi udah Vanya anggap keluarga sendiri. Jangan sungkan sama Vanya Bi." Ucap Vanya. Setelahnya, Bi Ratmi menurut apa yang dikatakan oleh Vanya. Duduk disebelah Vanya.

"Sekarang, ayo Bibi cerita apapun yang Bibi tahu tentang masa lalu Mama Papa dan aku ya Bi." Ucap Vanya sambil memegang kedua sisi pundak Bi Ratmi mengarah menghadapnya.

"Huft, sebelumnya maafin Bibi ya non. Bibi bukannya engga mau kasih Non Vanya, tapi Bibi sudah berjanji untuk tidak mengatakan hal apapun itu. Tapi, Bibi akan kasih tau sesuatu untuk Non Vanya bisa dengan mudah mengungkap kebenaran yang selama ini disembunyikan dari semua orang." Ucap Bi Ratmi.

Vanya menatap lekat Bi Ratmi, sambil menunggu jawaban selanjutnya yang akan dia dengar.

"Mungkin, semua jawaban yang non cari ada di suatu tempat tempat yang ngga semua orang boleh masuk dan hanya beberapa orang saja yang pergi kesana. Tempat itu ada di sekitar Pak Doni." Ucap Bi Ratmi.

Mendengar hal itu, Vanya sedikit kebingungan. Ucapan Bi Ratmi seperti perlombaan Cerdas Cermat yang dimana kita akan menang apabila kita berhasil menjawab pertanyaan itu dengan cepat, tepat, dan juga tenang.

Bi Ratmi yang melihat Vanya hanya tersenyum simpul dan berkata "Bibi yakin kalau non Vanya bisa jawab apa yang bibi maksud. Dan maaf sekali lagi non, Bibi sudah terikat oleh janji, jadi Bibi tidak bisa memberitahu alasan apapun itu." Ucap bibi dengan wajah sedih.

Vanya mendongak kearah Bi Ratmi, dan berkata "Ngga papa Bi. Dengan teka-teki itu juga, bibi udah bantu Vanya. Vanya akan berusaha cari tahu apa yang terjadi selama ini. Sekali lagi terimakasih ya Bi." Ucap Vanya dan langsung memeluk Bi Ratmi. Bi Ratmi pun sama halnya dengan Vanya, membalas pelukan Vanya. Vanya sudah dianggap anaknya sendiri. Maka dari itu, dia sangat sayang kepada Vanya.

Vanya melepaskan pelukan tersebut dan berkata "Kalau gitu, Vanya ke kamar dulu ya Bi. Vanya belum ganti baju sekolah, hehe." Ucap Vanya sambil menyingkir.

"Iya non." Balas Bi Ratmi sambil tersenyum.

Setelahnya, Vanya langsung menuju ke kamarnya.

Bi Ratmi yang melihat kepergian Vanya tersenyum dan berkata "Semoga non cepet dapet jawaban dari semua pertanyaan yang sekarang ini belum terjawab sama sekali ya non." Ucap Bi Ratmi.

Jamais Vu [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang