BUNGKAM BUKAN BERARTI TAK PEDULI

120 40 17
                                    

HAPPY READING❤️


"Pah...kenapa papah tinggalin aku? Aku mau ikut papa sama bunda boleh yaa? Aku capek pa, aku capek" shankara mengadu pada bingkai foto yang di pegangnya seakan memberi tahu seberapa sakit dirinya saat ini. Tapi tempat peraduannya tak memberi respon apapun.

"Bunda. Bunda...kara boleh minta putar waktu gak? Biar aku aja yang meninggal waktu bunda lahirin aku...aku gak mau ada didunia ini..."mulutnya kelu sesak di dada kian terasa, ia tak ingin dilahirkan saja jika keadaan terus seperti ini.

"Dulu waktu aku kecil aku bertanya-tanya kenapa mama bedain aku sama biyas...kenapa mama bersikap dingin dan kasar ke aku. Tapi, semakin aku besar aku tau mama ternyata benci sama aku" lagi-lagi air matanya mengalir deras di pipi.

Ingatan akan masa lalu selalu tercetak jelas seberapa menusuk kata-kata mama kepadanya.

"Tahu diri! tak ada yang mengharapkan kamu di dunia ini"

"Sorot matamu itu seperti ibumu! Memuakan!

"Saat kamu lahir kedunia, kamu merenggut semua yang saya punya apakah kamu tidak ingin pergi seperti ibumu?!"

"Saya tak akan prihatin dengan keadaanmu, kamu terlahir hanya untuk menanggung karma dari perbuatan wanita itu"

"Anak saya hanya biyas! Bagi saya kamu tak lebih dari sebuah KESIALAN"

Shankara menutup mata dan menutup telinga dengan kedua tangannya. Ucapan mamanya terdengar jelas memenuhi otaknya. Dadanya semakin sesak. Semesta seperti ingin membunuhnya dengan takdir seperti ini. Ia tak bisa lagi menangis dalam diam, ia meraung dengan keras agar seluruh mahluk didunia tahu akan kesakitannya.

Tak ada binar kebahagiaan di kedua manik matanya. Hanya ada mata kosong penuh keputus asaan. Seolah memberi tahu pada setiap orang yang menatapnya "apakah kalian melihat? Apakah mata ini menginginkan kehidupan?"

Dibalik pintu kamarnya ada seseorang yang selalu setia duduk disana. Menemani tangis pilu seorang shankara seakan merasakan apa yang ia rasa.
Dia diam menunduk, dan merapalkan doa agar shankara baik-baik saja.
Tak lupa ia selalu menaruh kotak obat dan sepiring makanan didepan pintu kamar shankara lalu ia mengetuk pintu itu dan pergi dengan cepat.

*
*
*

"Ingat ya biyas kamu jangan cari masalah lagi disekolah barumu" ucap seorang wanita menghampiri pemuda bernama biyas yang tengah duduk di meja makan.

"Iya ma. Lagi pula aku bantuin temen aku uang di bully, kok malah aku yang dikeluarin dari sekolah" kesalnya.

"Mama gak mau tau, itu pertama dan terakhir kalinya kamu buat masalah disekolah" final mamanya tak mau dibantah.

Sang lawan bicara hanya mendengus sebal, lalu matanya menyorot kedatangan seseorang.

Mamanya memutar bola mata malas "awas kamu pulang telat lagi kara!"
Shankara duduk dengan wajah yang tertunduk "iya ma" jawabnya singkat.

"Tugas kamu itu hanya sekolah dan belajar tak perlu keluyuran tidak jelas!" Peringat mamanya lagi.

Sontak kepala shankara mendongak dan menatap mamanya, ini pertama kalinya mama mengatakan itu
seketika senyumnya tercipta "apa mama mulai perhatian?" Batinnya

DUNIA SHANKARA ||Yoshi TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang