Bab 6

40 22 18
                                    

Beberapa hari kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari kemudian

Athar menarik nafasnya dengan panjang lalu menghentakkan tangannya yang sedang menjabat tangan wali hakim dari Hana dengan sekali hentakan dan penuh keyakinan. 

“Saya terima nikahnya Hana Adelia Khanza dengan mas kawin seperangkat emas 100 gram, satu unit apartemen, satu mobil lamborghini, dan sebuah peternakan sapi dibayar tunai!”

“Bagaimana para saksi sah?” tanya Pak penghulu yang berada di depan Hana.

“Sah,” jawab semua orang serentak diiringi dengan hamdalah.

Athar pun berucap syukur dalam hatinya dan mengusap wajah dengan kedua tangannya yang ternyata bergetar sejak tadi. Laki-laki 29 tahun itu benar-benar tak menyangka kalau sekarang masa lajangnya sudah berakhir, dan Hana sudah sah menjadi istrinya.

Hana wanita yang tak pernah Athar duga-duga kehadirannya dalam kehidupannya.

….

Setelah berbagai rangkaian akad dan resepsi yang berjam-jam, kini Athar dan Hana pun menuju kamar pengantin mereka. Ibu Delisa sudah sengaja menyewa kamar termahal di hotel bintang lima itu untuk malam pengantin sang cucu. Ibu Delisa menyebutnya malam pengantin karena setahunya Athar sudah melakukan malam pertama bersama Hana.

“Silahkan Tuan Athar ini kamarnya,” ucap pelayan hotel yang mengantarkan kedua pengantin baru itu.

“Baik terima kasih ya.”

“Sama-sama Tuan, selamat menikmati malam pengantinnya Tuan. Jangan ragu menghubungi pihak hotel jika ada yang dibutuhkan.”

“Baik, saya mengerti,” ucap Athar sambil mengangguk.

Petugas hotel itu pun pergi meninggalkan keduanya. Hana langsung merebahkan tubuhnya ke atas ranjang yang dipenuhi oleh hiasan kelopak bunga berwarna merah untuk melepas rasa lelahnya.

“Lelahnya, tubuhku rasanya remuk menjadi patung duduk seharian ini,” keluh Hana.

“Hei, kau ini sedang hamil, jangan tidur tengkurap seperti itu!” Athar refleks memperingatkan Hana saat melihat wanita itu tidur dengan posisi menindih perutnya.

Hana yang tersadar buru-buru membalikkan tubuhnya. “Astaga aku lupa, maafkan mama ya nak.”

Hana mengelus perutnya yang datar lalu kemudian menatap Athar. “Ngomong-ngomong kenapa Tuan bisa tahu kalau ibu hamil itu tak boleh tengkurap?”

“Iya aku mencari tahu soal kehamilan di internet kemarin malam.”

Hana mengeremyitkan keningnya merasa heran hingga Athar pun meralat jawabannya. “Aku mencarinya karena iseng dan penasaran tentang kehamilan saja. Tak usah berpikiran macam-macam."

“A-aku tak berpikiran macam-macam kok Tuan," sahut Hana seraya mencebikkan bibirnya.

Athar menghela nafasnya, entah kenapa dia mulai merasa dia sedikit kegerahan. Athar pu  mulai membuka satu persatu baju yang dipakainya. Mulai dari jas, dasi dan kancing kemejanya, tapi tiba-tiba Hana berteriak saat Athar baru membuka satu kancing baju kemejanya.

Fake CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang