3 - Kemurahan Hati Jav

132 25 2
                                    

Mohon bantuannya, tandai jika ada typo.

-------------------------------------------------------------------

Air mata mengalir di pipiku, memaksaku menarik napas dalam-dalam. Aku tak boleh hancur sekarang. Aku tak menangis saat ibu menghembuskan nafas terakhirnya, tak menangis saat peti matinya diturunkan ke tanah dingin, dan tak menangis saat menjual satu-satunya tempat tinggalku. Aku takkan hancur sekarang. Aku akan melewati ini.

Uangku tak cukup untuk menyewa kamar hotel. Sedan tua menjadi satu-satunya tempat berlindung. Menemukan tempat aman untuk memarkirnya menjadi masalah utama. Kota ini terkesan aman, tapi sedan tua terparkir semalaman pasti menarik perhatian. Aku tak ingin diganggu petugas keamanan sebelum sempat tertidur. Lima puluh ribu rupiah terakhirku harus digunakan untuk membeli bahan bakar. Aku akan berkendara ke kota yang lebih kecil, di mana sedanku tak terlihat paling usang.

Mungkin aku bisa parkir di belakang restoran dan mendapat pekerjaan di sana. Tak perlu bensin untuk berangkat dan pulang kerja. Perutku keroncongan, mengingatkanku bahwa aku belum makan sejak pagi. Aku harus menyisihkan beberapa rupiah untuk membeli makanan, lalu berdoa agar mendapat pekerjaan di pagi hari.

Aku akan baik-baik saja. Aku menoleh ke belakang sebelum memutar sedan dan mundur. Namun, sepasang mata balas menatapku.

Jeritan kecil tertahan di tenggorokanku. Javier! Apa yang dia lakukan di luar sedanku? Apakah dia datang untuk memastikan aku meninggalkan propertinya? Aku benar-benar tak ingin berbicara dengannya lagi. Aku mulai mengalihkan pandangan dan fokus untuk keluar dari sana, ketika dia mengangkat alisnya ke arahku. Apa maksudnya?

Dia tahu apa? Aku benar-benar tidak peduli. Meskipun dia terlihat sangat seksi saat melakukan itu semua. Aku mulai menghidupkan sedan tua tetapi bukannya deru mesin, aku malah disambut dengan bunyi klik dan keheningan.

Oh tidak. Tidak sekarang. Tolong jangan sekarang.

Aku menggoyangkan kuncinya dan berdoa aku salah. Aku tahu pengukur bahan bakarnya rusak tetapi aku telah memperhatikan jarak tempuhnya. Aku seharusnya tidak kehabisan bensin. Aku masih punya beberapa mil lagi. Aku tahu aku melakukannya.

Aku membanting telapak tanganku ke kemudi. "Ayolah Aki, jangan kayak gini, Aki nggak boleh menyerah di saat seperti ini. Kita pergi dari sini dulu ya, Aki." Aki atau kakek dalam bahasa sunda adalah panggilan sayungku untuk sedan tua peninggalan almarhumah ibuku ini.

Aku terjebak. Akankah Javier memanggil keamanan? Dia sangat menginginkanku keluar dari lingkungannya sehingga Javier repot-repot datang ke sini untuk memastikan aku pergi.

Sekarang aku tidak bisa pergi, apakah dia akan menangkap aku? Atau lebih buruk lagi, bisa jadi dia memilih menghubungi sedan tua derek. Aku tidak punya uang untuk mendapatkan kembali sedan tuaku jika dia melakukan itu. Tapi tunggu, kalau dipikir-pikir lagi, ditangkap polisi bukan hal buruk. Setidaknya di penjara aku punya tempat tidur dan makanan.

Menelan gumpalan yang tersangkut di tenggorokanku, aku membuka pintu sedan tua dan berharap yang terbaik.

"Ada masalah?" Javier bertanya.

Aku ingin berteriak sekuat tenaga karena frustrasi. Sebaliknya, aku berhasil mengangguk. "Aku kehabisan bensin." Javier menghela napas. Aku tidak berbicara. Aku memutuskan menunggu tanggapannya adalah pilihan terbaik di sini. Aku selalu bisa memohon dan memohon setelahnya.

"Berapa usiamu?"

Apa? Apakah dia benar-benar menanyakan umurku? Di saat seperti ini? Aku terjebak di halaman rumahnya, dia ingin aku pergi dan bukannya mendiskusikan pilihan aku, dia malah menanyakan usia aku. Pria itu aneh.

Should We Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang