I : Tatap Cantik Kahiyang

143 16 6
                                    

. . .

"Ambil posisi sit up push up dan lakukan seperti biasanya, segera!"

Suara tegas yang menggema di lapangan, buat para murid segera bersiap dalam posisi mereka. Kala denting waktu dalam ponsel sang senior berbunyi, para murid segera melakukan hal yang diperintahkan.

Di tengah para murid yang tengah melakukan perintah, salah seorang senior yang menyalakan penghitung waktu terfokus pandangannya pada sosok yang baru keluar dari laboratorium. Sosok itu tengah tertawa bersama temannya seraya mengunci pintu laboratorium, serta menenteng tas yang entah apa isinya itu.

Sang senior seolah mengunci pandangannya pada sosok itu, hingga suara denting waktu berhenti menyadarkannya dari memandangi si sosok. Setelah meneriakkan kata "cukup", para murid diminta bergantian memegangi temannya untuk posisi sit up, di sini mereka bergantian bila melakukan sit up untuk menahan bagian kaki agar tidak mengangkat.

Setelah denting waktu dimulai, sang senior kembali memandang ke arah si sosok yang kini menyadarinya, dan mereka berakhir saling menatap. Yang ditatap merasa kebingungan, sedang yang menatap hanya mengunci pandangannya pada si sosok.

"Kenapa, Ji? Kamu naksir yo sama Yayang?"

Sang senior mengerjapkan mata dalam terkejut, salah seorang temannya berceletuk seraya menepuk bahunya begitu saja, seolah ia tak punya rasa kaget.

"Ah, ndak, cuma kaget ae kenapa ada orang secantik dia,"

Sang teman terkekeh mendengarnya, "Ah, bilang ae naksir, dia emang cantik banget, yang naksir banyak. Dia udah lulus dan mengabdi jadi laboran di sini katanya, walau dia ogah karena gak digaji tapi dia suka sama pekerjaannya. Dia dulu ambil jurusan kimia analisis, dan dia pinter banget, ampe sekarang malah."

Sang senior hanya angguk - angguk kepala, seolah ia paham pada ucapan sang teman. Ah, sekolah mereka adalah sekolah kesehatan kalau ingin tahu, dan si senior juga berada pada jurusan yang sama. Berada pada jurusan itu membuat kepalanya hampir meledak dengan segala zat kimia, dan ia merasa menyesal berada di jurusan itu.

Tapi, di sisi lain ia menyadari ternyata mempelajari kimia itu lumayan menyenangkan.

Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan dan membubarkan para murid, sang senior kembali menatap ke arah tempat yang sama dan tak lagi menemukan sosok "Yayang". Sang senior menggaruk tengkuknya seraya terus mengedarkan pandangan, mencari sosok yang tadi ia tatap lamat - lamat.

"Panji, kalau naksir sama orang bilang dong. Sekarang aja nyariin,"

Dan lagi - lagi, sang senior yang disebut Panji itu terkejut dengan temannya. Panji menghela napas kasar, sedang sang teman terkikik geli melihat Panji terkejut.

"Sialan, Bang Dian, aku kaget,"

Dengan panggilan Bang, sepertinya aku tidak bisa menyebutnya sebagai sang teman.

Sosok yang disebut Dian itu tertawa kecil lantas berkata, "Gak sopan kamu gitu ambek senior."

Panji menepuk bibirnya lantas segera berdiri dengan sikap sempurna, "Siap salah. Maaf, Bang, kaget."

"Dah, gak usah serius amat, guyon aku. Kamu nyariin Yayang, yo? Tuh, anaknya lagi nongkrong di motorku sambil cemberut,"

Dian menunjuk ke arah "Yayang" yang sedang cemberut karena Dian malah menghampiri Panji daripada pulang. Oh, iya, Dian adalah senior yang lebih tua dari Panji, lebih tepatnya seorang purna, dan Dian memang masih mengajar di sini sebagai guru olahraga, sekaligus pembimbing ekstrakurikuler paskibra.

"Mas Dian, ayo!"

Suara teriakan "Yayang" menggema, masih disertai dengan wajah cemberutnya. Pertama kalinya Panji mendengar suara "Yayang" dan ia terkejut, suaranya cukup lembut walau sedikit berat, dan tak tinggi cempreng seperti orang - orang.

Locked Out Of Heaven | JongsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang