Chindy mengigit kukunya sambil berjalan mondar-mandir, pikirannya berusaha mengingat hal lain yang dibacanya dalam cerita End The True Love, namun yang diingat oleh Chindy hanyalah bagian inti dari cerita tersebut yaitu takdirnya yang harus dihukum mati karena membunuh Sofia. Padahal Chindy selalu membaca cerita itu namun tidak dapat mengingat alur lainnya.
" Sudahlah serasa mau pecah kepalaku mengingat alur cerita ibu. Tapi, kenapa aku harus hidup di sebuah cerita novel? Apa ini mimpi? " Chindy menarik pipi kenyalnya keras. " Akkhh..ini asli sialan!! Astaga, apa yang ku ucapkan? " Chindy tidak percaya apa yang diucapkannya. Apakah sifat kasar Chindy Brilona Scriptorez akan menyatu dengan diri Erine yang bahkan tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar itu walaupun Erine sedikit sombong.
" Aku harus berubah, setidaknya aku bisa menghindari alur cerita dengan mengubah sifatku, aku rasa itu tidak akan sulit. " Chindy tersenyum mematut wajahnya di cermin. " Mungkin ada sedikit hal yang perlu disyukuri, aku masuk ke tubuh yang cantik jelita ini. Kenapa seorang Chindy harus iri dengan Sofia padahal dirinya lebih cantik. "
Seorang pelayan masuk setelah mengetuk pintu kamar Chindy, " Siang Putri, saya akan membantu Lady bersiap. " Pelayan dengan nametag Alice itu dengan sigap menyiapkan permandian untuk Chindy.
" Apa hari ini ada kegiatan penting? " Chindy mengernyit bingung.
" Hari ini, Putri akan didaftarkan ke Universitas jadi Putri perlu segera bersiap. Bukankah Lady yang menyuruh saya untuk mempersiapkan semuanya agar tampil secantik mungkin. " Alice menuangkan berbagai sabun di bak mandi besar Chindy.
Chindy ingat, di cerita karangan ibunya. Awal mula Chindy sangat menyukai pangeran Alfrezt adalah di Universitas. Chindy sangat tahu rumor yang mengatakan pangeran Alfrezt sangat tampan karena itu sejak setahun lalu, ia sudah menantikan hari dimana ia masuk ke Universitas mewah itu. Tapi, Chindy yang sekarang tidak akan segila dulu. Chindy tidak mungkin menyerahkan kehidupan keduanya untuk cinta yang bertepuk sebelah tangan itu.
" Apa ada pria lain yang lebih tampan dari pangeran Alfrezt?? " Tanya Chindy pada Alice yang sibuk mencuci rambut panjang Chindy.
Alice sedikit berpikir, " Jika itu tampan mungkin ada banyak yang lebih tampan dari pangeran Alfrezt namun jika kekuasaan saya pikir itu hanya satu namun itu juga belum terlalu setara. " Alice mendekatkan bibirnya ke telinga Chindy. " Hanya satu Putri, itu adalah anak sulung Grand Duke dari Utara, Thierry Hugo Chaves. " Alice memelankan suaranya karena saking takutnya dengan keluarga Chavez. Keluarga mereka memang cukup terkenal karena mereka keluarga bangsawan pertama yang menciptakan rumah dari kaca yang mampu menanam jenis tumbuhan yang tidak dapat subur di dataran dingin Utara. Apalagi dulu, sang Grand Duke Reynand Hugo Chavez adalah pria nomor satu yang ingin dinikahi oleh kalangan gadis bangsawan. Keluarga Chavez termasuk keluarga berpengaruh karena mereka mampu menghidupkan wilayah mereka tanpa bantuan kerajaan luar. Grand Duchess, Lilyana Brisena Chavez adalah wanita yang hebat. Chindy mengakui hal itu karena beliau tahu bagaimana menggunakan sumber daya yang tersedia di Utara.
" Tapi, kenapa kau sangat takut pada keluarga Chavez? " Chindy merapikan gaun yang sudah dikenakannya dan sangat pas ditubuh ramping itu.
" Apa Putri lupa, cerita yang sangat populer itu. Dulu dataran Utara sangat mengerikan karena banyak monster yang bermunculan disana hingga semua wilayah lain bahkan enggan membantu karena takut para prajurit mereka akan tewas disana, namun Grand Duchess sendiri yang menyelesaikan konflik itu dibantu oleh Grand Duke. "
Chindy menatap Alice bingung, " Bukankah itu cerita yang superior kenapa kau malah takut pada keluarga mereka. "
" Suu .. superior itu apa Putri? Pokoknya apapun itu, keluarga mereka menakutkan bahkan diumur yang masih balita, kedua anak mereka sudah diajarkan untuk membunuh dan seni pedang. Bahkan banyak warga yang disana tidak bisa keluar dari daerah tersebut karena takut mendapat hukuman. Bahkan siapapun yang pernah masuk ke wilayah Utara tidak pernah kembali lagi. " Alice menata rambut Chindy seindah mungkin lalu memasangkan mahkota.
" Bukan mahkota yang itu, bodoh!! Itu terlihat miskin, pilih yang dengan mutiara dan batu berlian merah itu. " Chindy bersungut marah karena tidak ingin terlihat lusuh. Tapi apa yang barusan dikatakannya, ia malah mengatai Alice.
Alice segera memasangkan mahkota yang diinginkan Chindy, " Maaf aku tidak bermaksud mengataimu. "
" Tidak apa-apa Putri, saya sudah terbiasa dengan emosi Putri yang naik turun. Saya tahu anda bukan orang yang jahat, hanya sering berkata kasar. " Chindy terharu, ternyata masih ada orang tulus disekitarnya. Dulu, Erine bahkan tidak mendapatkan orang yang benar-benar tulus kepadanya. Semua mendekat padanya untuk sebuah tujuan namun jika semuanya sudah tercapai mereka akan memperlakukan Erine seperti sampah. Jika Erine bukan aktris nomor satu mungkin tidak akan ada yang peduli padanya. Apalagi, orang yang membunuhnya.
" Selesai, saatnya kita berangkat ke Universitas Putri. Putri Sofia juga akan ikut menemani pendaftaran Putri. "
Chindy turun tangga dengan anggun. Ingatan antara Erine dan Chindy bergabung di otaknya, jadi walaupun Erine tidak pernah belajar tata krama kerajaan, tubuh dan pikirannya mengingat hal itu.
" Astaga putri bungsu ayah. Sangat cantik sekali. " Ayahnya, sang raja Carlos Brilona Scriptorez memeluk putri bungsunya. " Entah kenapa ayah merasa sedih harus melepas putri kecil ayah. Rasanya baru kemarin Chindy masih setinggi lutut ayah. "
" Ayolah ayah, jangan menangis. " Chindy membalas pelukan ayahnya. Di dunia ini, Chindy dapat merasakan hangatnya keluarga yang tidak dapat dirasakan oleh Erine.
" Ayah, Chindy hanya masuk Universitas bukan menikah ayah. " Sofia berdiri dari kursi ruang makan sambil terkekeh melihat adiknya yang ikut menangis karena tangisan ayah mereka.
" Menikah? Chindy bahkan sudah setinggi ini, waktu ia menikah pun tidak akan lama lagi. Apalagi putri sulung juga sudah sedewasa ini, kalian berdua akan meninggalkan ayah menua sendiri. " Sofia ikut memeluk ayahnya. Ayah mereka memang raja yang tegas namun sangat lembut di keluarga.
" Ayolah suamiku. Lihat, kau sudah membuat kedua putri kita menangis di siang hari. Satu lagi, menikah bukan akhir segalanya, mereka masih akan bersama kita . Karena kita keluarga. " Sang Ratu, Griena Loveyz Scriptorez menarik pelan suaminya agar segera duduk di meja makan.
" Ayo kita makan dulu. Setelah itu, barulah Chindy mendaftar ke Universitas ditemani oleh Sofia ya. " Griena berkata lembut. Chindy menahan air matanya, suara Griena sangat mirip dengan ibunya. Ia jadi merindukan ibunya.
" Hati-hati, jangan lupa ayah akan menunggu kalian di kastil. " Carlos kembali berlinang air mata. " Kami hanya pergi 4 jam ayah. Dan juga, aku akan menjaga adikku dengan baik. " Sofia menahan tawanya begitu juga dengan Chindy.
" Aku pergi dulu ya ayah. " Chindy memeluk ayahnya lagi sebelum masuk ke kereta canggih yang sudah tidak menggunakan kuda. Chindy awalnya berpikir, di masa ini akan persis seperti dunia kerajaan dalam pikirannya, aesthetic, kereta kuda dan lainnya.
" Kakak senang, Chindy akhirnya masuk Universitas. Itu adalah keinginanmu dari tahun kemarin. " Sofia menggenggam tangan Chindy.
" Kenapa kakak tidak masuk universitas juga. Pasti menyenangkan jika kita pergi sekolah bersama. " Chindy ingat kakaknya bahkan tidak merasakan indahnya bersekolah karena memilih belajar di istana dengan guru pribadi.
" Kakak juga harus belajar tentang Kerajaan karena kakak akan diangkat menjadi putri mahkota, pembelajaran di sekolah berbeda dengan guru khusus kerajaan. Jika kakak ikut masuk universitas, itu hanya akan menambah waktu belajar kakak karena harus belajar lagi di istana. "
" Apa sangat berat kakak? " Chindy mengelus punggung Sofia. Bagaimana bisa Chindy dalam cerita End The True Love sangat membenci kakaknya yang sebaik ini. Untuk kebahagiaan Chindy, bahkan ia merelakan masa mudanya mendekam belajar di istana hanya karena tanggungjawab sebagai putri sulung.
Sofia menggeleng, " Semua beban kakak akan hilang jika melihat keluarga kakak bahagia apalagi itu dirimu, Chindy. "
" Aaah ... sialan!! Air mataku tidak mau berhenti!! Berhentilah menangis kakak!! Riasanku jadi jelek.. Pak Inyoz berhenti dulu, aku perlu memanggil Alice memperbaiki riasaku. Bagaimana jika siswa disana menganggapku remeh karena jelek.. Ahh kakak!! Sudah kubilang berhentilah menangis, bodoh!!! " Kata-kata itu terucap lagi dan lagi, bahkan Chindy juga memarahi Alice yang terlalu lama memperbaiki riasannya dan juga marah pada cuaca yang saking panas ini. Sepertinya akan sulit mengubah sifat aslinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Loveling Devil's
Romance•Sequel from Full Love Duke of The North• Erine Elvert seorang wanita sempurna begitulah yang selalu diberitakan dan ditulis di berita namun kenyataannya ia hanya seseorang yang merindukan bagaimana hangatnya rumah. Sampai akhirnya suatu malam, ia t...